Semakin Adam dan Kara mengikuti tiga orang penolong mereka, semakin keduanya merasa tidak nyaman.
Selain karena suasana selama perjalanan, juga karena cara bicara mereka yang terkesan seenaknya dan tidak sopan.
Setelah Adam dan Kara menghabiskan mie instan mereka, Adre dan Ellen masing-masing mendekat ke arah mereka.
"Kenapa?" Tanya Kara panik.
Ellen memandang ke arahnya lalu mendongak ke atas. "Memangnya kamu bisa merangkak sampai ke atas sana?"
Kara mengikuti arah pandang Ellen lalu memandang gadis itu lagi. Ia meringis bodoh, "Ah .. iya .. jadi apa kamu akan menggendongku?"
Ellen terlihat kesal mendengar pertanyaan itu tetapi dia berjongkok di depan Kara agar gadis itu naik ke punggungnya. "Terima kasih." Ucap Kara sambil naik ke punggung Ellen.
Adre juga berjongkok agar Adam bisa naik ke punggungnya. Ellen dan Adre bahkan tidak menghirup napas saat mengangkat beban manusia di punggung mereka. Tanpa aba-aba mereka berdua langsung melompat ke arah pintu yang ada di atas dan otomatis membuat Adam dan Kara berteriak kaget.
Saat mereka sudah keluar dari tempat itu, Kara dan Adam otomatis turun dari punggung penggendong mereka. Keduanya masih merasa canggung tapi tidak banyak komentar. Grey naik paling terakhir. Mereka melihat ketika ruang bawah tanah itu begergetar lalu hancur tertimpa tanah di sekelilingnya.
Grey tersenyum pada mereka berdua. "Baiklah .. mari ikut dengan kami. Banyak hal yang perlu kita bahas."
Mereka berdua kemudian ikut berjalan mengikuti Grey dan kedua muridnya. Tidak banyak hal yang dibahas oleh Kara ataupun Adam saat mengikuti ketiga orang itu, tapi mereka berdua lega karena setidaknya markas besar Grey bukanlah ruang bawah tanah atau bangunan yang berdiri di tengah hutan.
Kara mengamati sekitarnya lalu mulai mengelus perutnya. Ia berbisik pelan pada Adam. "Kalau kita sudah sampai, tolong belikan aku pembalut."
Adre dan Ellen yang berjalan di depan mereka menoleh sekilas tapi tidak berkomentar.
"Harus langsung banget?" Tanya Adam.
Kara mengangguk sambil menghembuskan napas keras. "Aduh jangan banyak alasan. Dari tadi rasanya udah gak enak tahu. Belikan pembalut malam yang ada sayapnya."
"Kak, yakin?" Tanya Adam.
Kara menggerutu pelan. Mereka sudah sampai di pinggiran kota yang mulai familiar. Ternyata tempat tadi tidak terlalu jauh dari tempat mereka bertemu rampok. Suasana kota sudah mulai normal lagi dengan banyaknya kegiatan. Kendaraan berlalu lalang dan secara umum kegiatan manusia pada umumnya.
Hari sudah menjelang malam saat mereka sampai di rumah besar. Lampu rumah menyala dengan terang dengan banyak orang yang bersiaga di sana. Sebelum Kara dan Adam masuk ke rumah Kara berhenti untuk bertanya.
"Apa ada minimarket di dekat sini? Ada barang yang harus dibeli Adam untukku."
Adre melirik ke arah Grey, "Bagaimana guru?"
Grey menatap Kara yang kini masih memegang perutnya. "Silahkan, tapi demi keamanan, Adikmu akan ditemani salah satu anggota kami."
Kara spontan menoleh ke arah Adam. "Pokoknya nanti belikan yang merk Lore ya .. harus itu .. kalau tidak nanti pasti bocor." Gumam Kara pada Adam.
Anak itu lalu berjalan keluar dengan diikuti satu orang anggota Grey. Kara kemudian masuk ke rumah besar itu mengikuti penolongnya.
Ketika dia akhirnya masuk di ruang tamu yang megah, Kara memilih duduk di lantai dan bukan sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed [END]
ChickLit[SEKUEL PRIVILEGE] Cerita Beririsan dengan Gate Into The Unknown. Akan lebih seru kalau kalian baca itu juga. Setelah selesai seleksi, Kara berniat kembali pada kehidupan normalnya. Tetapi dia kesulitan mendapat pekerjaan dan masih galau dengan stat...