33 - The Silent Killer

2.6K 475 56
                                    

Lelaki itu bahkan tidak menghiraukan para kelompok Grey yang sedang melayang atau terdiam di sekitarnya. Ia berjalan mendatangi Kara dan Adam yang tersungkur di sisi ruangan dalam keadaan tidak berdaya.

Ia berjongkok di depan mereka berdua lalu bergumam, "Kalian tidak terluka kan?" Tanyanya pelan.

Adam menarik mundur kakaknya dengan perasaan sedikit ketakutan. "Tenanglah .. aku datang untuk menolong. Lagipula aku sudah mencari mereka selama berbulan-bulan dan berkat kalian aku menemukan mereka." Gumamnya sambil menunjuk ke arah belakang tempat para kelompok itu masih di tempat masing-masing dengan keadaan terdiam.

"Fero akan segera datang ke sini jadi jangan khawatir." Ucapnya sambil beranjak berdiri.

Lelaki itu berbalik memunggungi mereka berdua. Sebelum ia menyerang Kara berkata, "Apa anda tuan Erfan?" Tanyanya dengan suara bergetar.

Lelaki itu menoleh menatapnya, ia tersenyum. "Ya aku Erfan. Suami Vella." Jawabnya pelan.

Bagian penjelasan suami Vella itu sebenarnya tidak penting tapi Kara lega karena ia sudah aman. Ia sudah di bawah perlindungan seorang yang ada di pihak Nyonya Vella.

"Tuan hati-hati. Mereka menembakkan semacam bola-bola hitam yang memukuli musuh. Yaksa itu yang di tengah, Aldas mendapat pukulan itu dan menjadi semakin lemah."

Erfan tersenyum kecil, lelaki itu berkeliling di ruangan mencari-cari sesuatu.

"Yah, aku mungkin akan terluka jika terkena pukulan itu, tapi mereka harus bisa menyerangku dulu kan?"

Erfan menarik sebuah pedang berukuran sekitar empat puluh sentimeter dari lemari koleksi. Pedang itu tidak terlalu besar tapi ia puas dengan itu. "Jadi apa perlu aku menghabisi Yaksa itu juga?" Tanya Erfan berjalan mendekat pada Aldas yang masih terduduk, dengan Adre di pundaknya dan Grey berdiri di depan mereka.

"Sepertinya dia Yaksa baik, dia mencoba menolong kami." Ujar Kara.

"Baiklah, akan kubunuh mereka semua. Ah mungkin akan kusisakan satu untuk introgasi." Gumam Erfan.

Ia memandang ke arah Grey dengan seksama lalu tersenyum. "Jadi benar .. Handoko ... si brengsek ini masih hidup saja ternyata."

Erfan meninju Grey tepat di wajah dan membuatnya terlempar sejauh sepuluh meter. Kalung yang ada di tangannya jatuh berkerincing. Aldas yang tadinya terdiam tiba-tiba bisa bergerak lalu melemparkan Adre dari pundaknya.

"Aku menyarankan kalian tutup mata. Adegan ini tidak baik ditonton anak kecil." Teriak Erfan yang segera membuat Kara dan Adam tersadar.

Kara dan Adam saling berpelukan sambil menutup mata.

Erfan mencekik leher Grey dengan tangan kirinya dan dengan hentakan cepat ia menusuk Grey tepat di jantungnya. Suara teriakan menggema di ruangan. Kara melakukan kesalahan dengan mengintip adegan itu.

Ia melihat tubuh Grey terbakar api biru hingga menguap menjadi asap hitam tetapi sosok hitam itu tidak menghilang. Asap tadi menggumpal menjadi kumpulan hitam pekat yang perlahan berbentuk seperti kain terbang transparan. Kara tercekat saat melihat sosok itu memunculkan mata merah di tengah-tengah.

Sosok itu terbang diam tidak bisa pergi. Erfan hanya menghembuskan napas keras ketara sekali kelihatan kesal.

Sedangkan di sisi lain Aldas menyetrum Adre dengan listriknya tetapi lelaki itu tidak terbakar seperti Grey. Erfan yang melihat itu langsung berteriak. "Tusuk jantungnya dengan benda tajam. Kekuatan supranatural atau fisik tidak akan bisa membunuhnya."

Setelah nasihat dari Erfan, Aldas menyerang kelompok itu dengan lebih lihai. Mereka berdua menusuk semua  anggota kelompok hitam itu menjadikan mereka hantu bermata merah, dan hanya menyisakan Ellen seorang.

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang