Renita terbaring di kasur dalam keadaan demam. Dayang Ana masih merawatnya seharian penuh sejak mereka kembali semalam. Dita, Ferdi dan Reno terlihat bersiaga menemani Renita, meskipun hanya Dita yang ada di kamar.
Dayang Riani memandang ke arah Renita yang terbaring lemas dengan ekspresi khawatir. Renita sendiri baru pertama kali merasakan demam aneh seperti ini. Badannya serasa pegal, tidak ada energi dan kesadarannya selalu datang dan pergi tiap menit. Tidurnya tidak tenang dengan mimpi buruk yang terus menemani setiap kali ia tertidur.
Akhirnya saat tengah hari, Renita terbangun dari mimpi buruknya hingga dia terduduk. Ana yang tadi sedang menyeka leher Renita berjengit karena kaget. Dita yang sedang duduk di sofa sambil sibuk berkutat dengan ponselnya segera beranjak berdiri menghampiri Renita.
Renita spontan memeluk Dita yang datang mendekat. Dayang Ana segera mengambil ember berisi air hangat dan langsung berjalan keluar.
"Aku mimpi buruk ..." Ucap Renita sambil gemetaran.
Dita memeluknya dari samping sambil mengelus punggung Renita, "Tidak apa-apa, kamu aman di sini. Kita akan kembali ke keraton segera setelah keadaan kamu membaik."
Renita melingkarkan kedua lengannya ke leher Dita semakin erat. Tubuhnya masih hangat. "Makhluk yang menyerang kita ... itu .. itu ..." Renita kehabisan kata-kata.
Dita masih terus menenangkan Renita, "Aku akan ceritakan itu saat kondisi badanmu sudah membaik. Diserang kutukan untuk pertama kalinya memang bukan hal yang menyenangkan."
"Aku melihat harimau .. lalu sosok hitam yang mengerikan ... mereka bertarung ..." Ujar Renita tergagap.
"Sstt, udah kamu jangan ingat-ingat itu lagi ... istirahat saja."
Renita menggeleng. "Tiap aku tidur, aku mimpi itu terus mas." Ucap Renita dengan nada lelah dan
Dita menarik Renita dalam pelukannya sambil berbaring di kasur. Ia terus menenangkan Renita hingga gadis itu tertidur lagi dalam pelukannya.***
Ketika Renita terbangun entah bagaimana dia sudah berbaring di kasur kamarnya yang di keraton. Tidurnya barusan adalah tidur ternyenyak tanpa mimpi yang dia rasakan, hingga ia tidak ingat atau terbangun selama perjalanan pulang dari bulan madunya.
ia beranjak duduk dan merasakan badanya sudah tidak sepegal sebelumnya. Ia merasa segar tetapi masih bingung dengan keadaan di sekitarnya. Ia mencari-cari di sekitarnya tapi tak menemukan ponsel atau barang miliknya.
Gadis itu memutuskan untuk beranjak bangun. Ia melihat ke bawah dan pakainnya sudah berganti menjadi baju tidur dari sutra berwarna hitam dengan tali lengan tipis. Gadis itu segera mengambil kardigan untuk menutup badannya lalu melangkah keluar.
Suasana keraton seperti biasanya. Hari sudah gelap dan hanya beberapa penjaga yang bersiaga di beberapa titik keraton. Renita berjalan ke arah kamar Dita sambil merapatkan kardigannya karena udara malam itu lumayan dingin.
Dua orang penjaga berdiri di kanan-kiri pintu saat Renita datang. Mereka langsung menurunkan pandangan sambil memberi hormat. Salah satu dari mereka mengetuk pintu ruangan Dita lalu dijawab dari dalam. Ia membukakan pintu membiarkan Renita masuk.
Dita mendongak dari meja kerjanya dengan Reno bersiaga di sebelah kirinya. Ia langsung berdiri dan berjalan mendekat ke arah Renita.
"Kamu kenapa ke sini? harusnya istirahat saja." Ucap Dita sambil memegang kedua lengan Renita.
Gadis itu menggelengkan kepala, "Aku sudah lebih baik dan ... aku tidak mau sendirian." Ucapnya sambil memandang lurus ke arah mata Dita.
"Reno. Kamu boleh keluar sekarang." Perintah Dita pada Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed [END]
ChickLit[SEKUEL PRIVILEGE] Cerita Beririsan dengan Gate Into The Unknown. Akan lebih seru kalau kalian baca itu juga. Setelah selesai seleksi, Kara berniat kembali pada kehidupan normalnya. Tetapi dia kesulitan mendapat pekerjaan dan masih galau dengan stat...