26 - Suwarna [2]: Silent Killer

2.6K 416 15
                                    

Kara terbangun dalam keadaan bingung. Kegelapan menyelimuti jarak pandangnya. Ia menunggu sejenak untuk mengingat apa yang terjadi padanya, tetapi kepalanya masih pusing. Setelah beberapa menit berlalu, Kara duduk lalu memanggil adiknya.

"Adam ... adam? kamu di sini kan?"

Kara bersyukur dia tidak dalam keadaan terikat, ia meraba-raba sekelilingnya sambil merangkak. Matanya mulai terbiasa dengan kegelapan dan ia mendapati sebuah gundukan panjang tidak jauh darinya. Kara segera merangkak ke arah gundukan itu. Ia bernapas lega saat dia tangannya merasakan tubuh seseorang. Kara segera menggoyang-goyangkan tubuh itu keras dengan asumsi bahwa itu adalah tubuh Adam.

"Adam! Bangun!!!" Teriak Kara masih dengan nada cemas.

Ia menyesali keputusannya yang terlalu percaya diri akan kecerdasannya. Kali ini dia sadar kalau otak cerdasnya akan sia-sia jika dia melawan seorang dengan kekuatan yang jauh lebih besar darinya. Gundukan badan itu akhirnya mengerang kesakitan dan Kara bernapas lega karena mendengar suara Adam.

Adiknya itu kemudian terbangun dengan menjengit pelan seperti kaget akan sesuatu. Napasnya tersegal dan ia bergerak menjauhi Kara dengan panik. Saat Adam sudah tersadar, ia menghelai napas lega lalu bergumam, "Apa yang terjadi?"

"Kita mencari alamat informan ingat? lalu tiba-tiba ada perampok datang dan setelah kita berhasil menyelamatkan diri lalu ... lalu seorang datang dan entah kenapa kita sudah sampai di hutan ..." Jelas Kara dengan nada ketakutan.

Adam masih bernapas keras. Ia meraba badannya sendiri untuk mencari ponselnya. "Bagaimana mungkin kita bisa tidak sadar berjalan di area kota yang sunyi? dan apalagi apa kamu ingat bagaimana ceritanya kita bisa tiba-tiba sampai di hutan??" Tanya Adam.

"Aku juga tidak tahu. Aku hanya ingat melihat punggung lelaki itu, tetapi begitu aku sadar sekitar kita sudah berada di tengah hutan." Jawab Kara.

Adam beranjak berdiri, "Adam, kamu mau ke mana?" Tanya Kara dengan cemas.

"Kita tidak bisa diam di sini .." Ujarnya masih sambil meraba-raba dinding. Kara akhirnya mengikuti teladan Adam. Ia paham bahwa Adam bermaksud mencari saklar lampu atau mungkin jalan keluar.

Setelah mencari selama kira-kira sepuluh menit, Adam akhirnya menaikkan saklar dan ruangan seketika menjadi terang. Kara kini menyadari betapa besarnya ruangan itu. Adam dan Kara berada di ujung berlawanan. Kara akhirnya menghembuskan napas lega saat ia bisa melihat keseluruhan ruangan yang terkesan kosong itu.

Kara menduga, Ia tergeletak di salah satu sisi ruangan yang dekat dengan tembok dengan Adam. Setelah lampu menyala, Kara segera berlari ke arah Adam lalu menarik adiknya dalam pelukan erat.

Adam menerima pelukan itu dengan canggung. Ia tidak tahu harus meletakkan tangannya di mana. Kara melepas pelukannya lalu menangkupkan tangan di pipi Adam. "Kamu tidak apa-apa kan?"

Adam mengangguk keras. Ia perlahan mundur untuk melepaskan diri dari afeksi kakaknya. Ia mengalihkan perhatian pada ruangan besar itu. Mereka seakan berada pada ruangan yang tidak biasa. Jendela kecil hanya berada di langit-langit dinding. Perabot yang ada di ruangan itu hanya sebuah kasur berukuran king size yang rapi dan bersih. Sebuah pintu mengarah ke kemar mandi terlihat di sudut ruangan. Sofa yang menghadap ke tv ditempatkan tepat di seberang kasur.

Mereka berdua tidak melihat adanya pintu keluar.

"Jadi bagaimana caranya kita keluar dari sini?"

Adam menggelengkan kepala, mengamati dinding. "Mungkinkah ada pintu rahasia di sini?" Gumam Adam.

Kara hanya menghembuskan napas frustasi. Ia berjalan ke arah lemari dan membuka pintunya. Ia tidak menyangka kalau ada persediaan makanan instan di sana. Bubur, mie dan minuman instan dan sebuah teko listrik untuk merebus air. 

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang