41 - Kawanan Serigala

3.5K 379 6
                                    

Vella lega ia mendapat kabar Kara selamat dari Fero. Ia dan Jeffri akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Jayakarta. Entah kenapa insting Vella mengatakan untuk berkunjung ke Jayakarta. Ia sensiri tidak tahu kenapa ia ingin mengunjungi tempat portal pertama kali membawa mereka ke tempat ini.

"Kenapa kamu tiba-tiba ingin datang ke sini?" Tanya Jeffri saat mereka berdiri di pagar luar monumen nasional Nagaragung.

Saat itu sudah waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Suasana sudah sepi dan para manusia tidak banyak berkeliaran di sana.

"Entahlah, setelah pagi tadi aku merasakan kekuatanku tersalurkan lagi, aku tiba-tiba ingin datang ke sini." Jawab Vella.

Jeffri mendengus, "Memangnya kali ini kamu memberi restu siapa?"

"Sepertinya Kara sudah mendapatkan restu dari orangtua Raga. Ucapan restu dari mereka otomatis memberi Kara restuku juga."

Jeffri terlihat mengeryit. "Kamu sudah merencanakan ini semua?"

Vella melompat melewati pagar setinggi dua meter itu dengan mudah. Jeffri mengikuti teladannya sambil mengamati situasi sekitarnya. Saat Jeffri sudah mendarat di sebelahnya, Vella menjawab. "Dari awal aku memang berniat memberi Kara posisi penerus tanggung jawab Rajasa tapi dengan syarat dia harus mendapat restu dari orangtua Raga."

Vella mulai berjalan mendekati monumen dengan diikuti Jeffri. "Kenapa harus restu orangtua Raga???"

Vella memandang Jeffri dengan ekspresi seakan mengatakan, "Masa kamu tidak tahu?"

Lelaki itu berpikir keras lalu sebuah gagasan terlintas di kepalanya. "Maksudnya dia harus direstui untuk menikah??"

Vella mengangguk. "Aku merasakannya pagi tadi. Anak itu sudah memiliki restuku."

Jeffri memandangnya dengan sendu. "Vell, sejak kapan kamu memberinya restu?"

"Saat pernikahan Dita. Aku bertemu dengannya dan yah .. instingku mengatakan kalau dia penerus yang kuat. Apalagi dengan Raga di sampingnya."

"Apa kamu akan baik-baik saja?" Tanya Jeffri dengan nada khawatir.

Vella bertransformasi. Kedua tanggannya berubah menjadi kedua kaki harimau. Sepasang kuping timbul di kepalanya dan ekor terlihat muncul di belakangnya. Vella tersenyum dalam wujud transformasi tidak sempurna lalu kembali ke wujud manusia seutuhnya. Seekor harimau transparan mewujud keluar dari tubuh Kara dan berjalan mengelilingi mereka berdua.

"Lihatlah .. aku masih kuat." Jawab Vella percaya diri.

Jeffri tersenyum, "Aku masih kagum kamu bisa menguasai jurus dari klan lain."

"Harus kuakui, klan reptil sangat hebat bisa menggunakan jurus pemecah jiwa. Jurus itu sangat sulit dipelajari. Aku mungkin menghabiskan hampir lima puluh tahun lebih untuk menguasainya  sampai titik ini."

Jeffri tertawa kecil. "Setiap klan siluman memiliki keutungan dan kekurangannya tersendiri saat dalam wujud binatang. Kami para ular tidak mungkin menang melawan hewan berkaki sepertimu atau bersayap seperti elang dengan wujud hewan melata. Jadi yah kami mrnciptakan jurus pemecah jiwa."

"Terima kasih sudah mau mengajariku."

Jeffri menaikkan kedua bahu. "Tidak masalah."

Mereka berdua berjalan dalam diam menuju monumen.

"Tapi tetap saja kamu tidak boleh terus memberikan restu seperti ini. Kekuatanmu bisa habis nanti. Kamu secara harfiah memberikan sebagian dari dirimu pada siapapun yang memiliki restumu."

Mereka berdua sampai di dekat monumen, Vella memasang ekspresi tenang. "Aku tidak pernah menyesal membagi kekuatanku dengan orang-orang ini. Termasuk dirimu, Noel, Fero dan Erfan. Kalian ... tetap memilih bersamaku walaupun tahu aku memilih melakukan dosa besar."

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang