Saat Renita membuka matanya, ia berbaring di pangkuan Dita. Renita merasakan kepalanya dielus pelan, ketika dia mencoba beranjak bangun, Dita mendorong Renita untuk tetap berbaring di pangkuannya.
Renita menatap ke arah Dita lelaku itu hanya memberi isyarat untuk diam. Renita baru menyadari kalau semua orang terlihat sedang berdiskusi pelan sambi duduk di sofa.
Nyonya Vella, Tuan Fero, Ibu Sastria, Gusti Prabu, Gusti Ratu dan Raga berkumpul di sofa yang agak jauh dari tempat Renita berbaring, meski begitu obrolan mereka masih terdengar jelas di telinga Renita.
"Apa kita tidak perlu bergabung dengan mereka?" Bisik Renita dengan nada cemas.
Dita masih mengelus puncak kepala gadis itu, "Tidak perlu. Kamu harus istirahat dulu. Lagipula kita masih bisa menyimak pembicaraan dari sini." Jawabnya pelan.
Renita baru menyadari suasana ruangan lebih redup daripada sebelumnya. Ia melihat asap rokok mengepul di tengah diskusi. Seorang wajah baru terlihat duduk di sana, wajahnya familiar tetapi Renita tidak bisa mengingat siapa orang itu.
"Aku sudah meminta Mada untuk memulai lagi penyelidikan tentang kasus penculikan adik kalian dulu ..." Ucap Nyonya Vella pada mereka semua.
"Tapi bukannya akan sulit untuk mencari pelakunya? kejadiannya sudah berlalu hampir lima puluh tahun yang lalu." Sergah Gusti Prabu.
"Pram, ini bukan masalah waktu, tapi tentang pelaku yang menculik adikmu. Aku merasa ada yang mengganjal. Sayangnya, waktu itu luput dari perhatianku. Lagipula informasi yang kudapatkan dari para hantu mengatakan Suharti selamat dari kebakaran itu tanpa ingatan tentang identitasnya."
Renita bergidik pelan mendengar suara Nyonya Vella, beliau bahkan memanggil Gusti Prabu dengan nama saja.
"Saya sudah mencoba menelusuri jejak manusia dalam kasus ini Nyonya, tapi seperti yang dibilang mas Pram, kasus ini sulit ditelusuri karena sudah lama berlalu. Banyak saksi yang sudah meninggal atau terlalu ringkih untuk diajak diskusi." Ucap si wajah baru yang membuat Renita menyadari identitasnya sebagai adik Gusti Prabu.
Nyonya Vella menyandarkan diri di sofa. "Mada, sudah kubilang kalau penyelidikan ini akan butuh cara yang berbeda. Kita tidak bisa menyelidiki semuanya melalui jalur nyata ... seperti yang kubilang, meskipun tidak bisa dibuktikan secara hukum prioritas kita adalah mencari pelaku yang bertanggung jawab atas kejadian ini."
"Baik Nyonya, saya akan melakukan penyelidikan dengan metode retrokognisi." Jawab Mada lugas.
"Oh Iya Pram, Kartini, aku hanya mau bilang kalau aku mengutus Raga untuk mencari keturunan dari Suharti. Aku mendengar kalau keturunan Suharti adalah perempuan. Dan seperti yang kalian lihat, Sastria butuh pewaris untuk melanjutkan tanggung jawab keluarga Rajasa." Kata Nyonya Vella.
Gusti Ratu terkejut, "Maaf nyonya, bukannya Kartika adalah pewaris dari tanggung jawab Rajasa?"
Nyonya Vella menghembuskan napas pelan. "Anak itu terlalu liar. Lagipula aku tidak mau memaksa orang yang tidak mau menerima peran ini. Akan sulit jika kemauan saja tidak ada."
Raga tiba-tiba saja berkata, "Tapi nyonya, bagaimana kalau keturunan dari bulek Suharti tidak mau menjadi pewaris tanggung jawab Rajasa?"
"Pertanyaan cerdas Raga. Aku belum memikirkan itu. Untuk sekarang prioritas kita adalah mencari pelaku penculikan yang akan diurus Mada, lalu mencari keturunan Suharti menjadi tugas Raga. Jika kita sudah menyelesaikan dua masalah itu, kita akan berkumpul lagi untuk membahas lebih lanjut." Jelas Nyonya Vella.
Renita mendengarkan percakapan itu dengan badan masih terbaring lemas. "Sepertinya sampai di sini dulu diskusi kita. Raga, sebelum berangkat kamu masih harus melatih kemampuan retrokognisimu. Jangan memulai penyelidikan tanpa perintah dariku. Tunggu kabar dari Sastria." Ucap Nyonya Vella sambil beranjak berdiri. Renita yang masih dalam keadaan setengah sadar, samar-samar melihat Tuan Fero, Ibu Sastria dan Gusti Pangeran Mada berdiri melingkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed [END]
ChickLit[SEKUEL PRIVILEGE] Cerita Beririsan dengan Gate Into The Unknown. Akan lebih seru kalau kalian baca itu juga. Setelah selesai seleksi, Kara berniat kembali pada kehidupan normalnya. Tetapi dia kesulitan mendapat pekerjaan dan masih galau dengan stat...