06 - Bless

3.3K 526 21
                                    

Malam hari setelah acara pernikahan Keraton, Renita dan Dita mendapat waktu istirahat dan untuk pertama kalinya mereka akhirnya sekamar. Keduanya saling bertukar pandang canggung dengan Renita yang mulai melepas hiasan kepala dan berniat menghapus make up.

Dita juga mulai berganti pakaian. Sebelum Dita pergi ke kamar mandi ia bergumam, "Sebelum istirahat, kita harus bertemu seseorang dulu untuk menyampaikan salam dan meminta restunya .... jadi yeah ... persiapkan dirimu." Ucap Dita lalu bergegas ke kamar mandi sebelum Renita sempat bereaksi.

Selama resepsi Keraton, mereka tidak banyak berbicara satu sama lain karena harus menyapa tamu yang datang sehingga setelah mereka benar-benar tinggal berdua, rasanya cukup canggung. Sebelum menikahpun ketika mereka sedang berdua di ruangan, setidaknya akan ada Dayang atau Penjaga yang bersama mereka, tetapi kali ini untuk pertama kalinya mereka hanya berdua dalam satu ruangan. Memang wajar, karena itu adalah kamar pengantin. Tapi, tetap saja rasanya canggung.

Renita sudah memakai pakaian yang lebih santai ketika Dita kembali dari kamar mandi. Lelaki itu memakai celana tidur dan kaus sederhana sedangkan Renita sudah memakai pakaian tidur terusan yang membuat Dita menaikkan kedua alisnya. Ia kemudian memberikan outer panjang pada Renita untuk digunakan sebagai penutup tambahan. Renita menerima itu, lalu segera memakainya.

Dita lalu mengulurkan tangan untuk mengajak Renita keluar dari kamar. Gadis itu menerima uluran tangan Dita kemudian mereka berjalan bersama. Ruangan yang mereka tempati adalah salah satu paviliun di Keraton yang berdekatan dengan pavilun Gusti Prabu dan Ratu sehingga penjagaan difokuskan di bagian lorong luar saja. Ferdi sudah menunggu di bagian depan paviliun dan secara otomatis mengikuti Dita dan Renita yang berjalan keluar.

"Jadi, sekarang kita ke mana?" Tanya Renita.

"Bertemu dengan mereka. Tahukan yang kita bahas dengan Kara?" Jawab Dita singkat.

Renita berpikir sejenak, "Maksudnya, penjaga keluarga Keraton?"

"Iya ... apapun yang kamu lihat, pastikan kamu tetap tenang dan jangan banyak bertanya."

"Apa mereka menakutkan?" Tanya Renita.

Dita terlihat berpikir sejenak. "Mereka tidak menakutkan ... tapi mempunyai aura yang kuat ... kamu akan mengerti dengan apa yang kumaksud saat bertemu mereka."

Dita menuntun Renita menuju paviliun tempat tinggal Gusti Prabu dan Ratu. Beberapa penjaga dengan pakaian yang sedikit berbeda sudah bersiaga di sekeliling paviliun. Renita menyadari itu karena para penjaga yang sedang berjaga ini entah kenapa memancarkan aura yang berbeda. Ferdi membukakan pintu untuk Dita dan Renita lalu mempersilahkan keduanya masuk. Ferdi segera menutup pintu begitu Renita dan Dita masuk ruangan.

Renita mendapati ruang tamu paviliun itu bersinar terang. Ia melihat beberapa wajah familiar di sana. Gusti Prabu dan Gusti Ratu berdiri di kiri, Ibu Sastria dengan tongkat jalannya bersama seorang lelaki bertundung berdiri di kiri lalu tepat di tengah mereka seorang wanita muda berdiri dengan ekspresi ceria.

Wanita itu mungil dengan badan yang proposional. Tinggi badannya mungkin hampir menyentuh angka seratus tujuh puluh sentimeter. Rambutnya digerai panjang sampai pinggang dengan kondisi rambut bergelombang berantakan. Ia mengenakan setelan kebaya lengan pendek dengan bawahan jarik selutut. Cukup eksentrik menurut Renita.

Sebelum ada yang angkat bicara, pintu depan diketuk pelan lalu pintu terbuka. Raga berjalan masuk ke ruangan, ia memberi hormat pada semua orang di ruangan lalu berdiri di samping ibunya.

Gusti Ratu terlihat senang melihat anak bungsunya. Ia merangkul anaknya sekilas lalu kembali fokus pada Dita dan Renita. Gusti Prabu akhirnya buka suara.

"Selamat datang Renita, kamu sudah makan malam kan?" Tanya beliau dengan nada bicara yang halus.

Renita menganggukkan kepala, "Sudah Kanjeng." 

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang