32 - Kalung

2.4K 393 18
                                    

Satu-satunya saat di mana Kara melihat aliran listrik secara harfiah adalah ketika badai dan banyak petir menyambar. Kara tidak terlalu suka suara petir. Tetapi, aliran listrik dari jari Aldas yang mengenai Adre hanyalah segaris kecil yang menimbulkan suara pelan bukan suara sambaran seperti Petir. 

Meski hanya segaris kecil listrik mengalir dari jarinya, listrik itu efektif membuat Adre jatuh terbaring pingsan. Adam, Kara dan Aldas saling bertukar pandang.

"Sekarang bagaimana?" Tanya Adam.

"Kabur?" Jawab Kara dengan nada ragu.

Aldas berdiri tegak. Ia merenggangkan badannya. Rambutnya yang panjang sampai sebahu bergerak mengikuti gerakan kepalanya. "Ahh, aku ingin mandi." Gumamnya pelan.

Kara dalam hati setuju dengan ucapannya. Lelaki itu berdiri menjulang tinggi bahkan lebih tinggi dari Adam. Saat berdiri di sebelahnya tinggi Adam hanya sampai kuping si Yaksa. 

"Ada berapa orang di atas sana?" Tanya Aldas pada Adam.

"Ada dua orang lagi yang seperti dia ..." Gumam Adam sambil menunjuk Adre.

"Seingatku masih ada beberapa orang lainnya tapi mereka tidak terlalu menampakkan diri." Tambah Kara yang diamini oleh Adam.

"Hmm, kalau begitu aku bisa mengatasi mereka. Masalahnya adalah kalian. Mereka bisa saja menangkap kalian dan menggunakan kalian jadi sandra." Gumam Aldas.

"Kami akan menunggu di sini. Jika kamu butuh bantuan teriak saja .. yah walaupun kami tidak tahu bisa jadi bantuan atau tidak." Jawab Kara.

Aldas mengangguk. "Kalau begitu tunggu di sini selama dua puluh menit. Ah kalau sempat bunuh dia sekalian." Ujar Aldas sambil memberi isyarat pada Adre yang tergeletak.

Lelaki itu kemudian melompat dan mendarat di bagian tangga atas ruangan untuk keluar dari ruang bawah itu. Kara dan Adam sementara itu saling bertukar pandang. Ekspresi Adam terlihat panik.

"Apa kita benar-benar harus membunuhnya?" Tanya Adam sambil menatap ke arah Adre.

Suara perkelahian mulai terdengar dari atas sana membuat Kara tidak bisa diam saja.

"Kita kurung saja dia di penjara dengan merantai badannya ke sel. Kalaupun dia bisa melepaskan itu, setidaknya dia akan butuh waktu." Jawab Kara.

Akhirnya kakak beradik itu menyeret Adre menuju penjara yang tadi ditempati oleh Aldas. Bau tidak enak memenuhi hidung mereka saat masuk ke penjara itu.

Mereka berdua dengan susah payah menyandarkan Adre agar duduk bersandar pada jeruji besi. Mereka lalu menyilangkan tangan Adre di punggungnya lalu merantai tangan itu dengan potongan rantai yang tersisa. Setelah selesai mereka mengunci rantai dengan sel dan keluar dari ruangan itu.

"Jadi .. bagaimana kita pergi dari sini?"

Kara mengamati sekeliling ruangan bawah tanah itu. "Ayo kita cari jalan keluar lain."

Kara mulai mengelilingi ruangan mencari lubang atau pintu rahasia yang bisa dijadikan jalan kabur dari ruangan itu. Meskipun mereka punya Yaksa di pihaknya, Kara tidak yakin apakah Yaksa itu baik atau tidak. Apalagi, jika seandainya Grey dan kelompoknya berhasil melumpuhkan Aldas, mereka berdua takkan punya peluang untuk kabur.

Kara tidak menemukan pintu keluar lain di ruangan itu. Rasa putus asa memenuhi kepalanya, ia akhirnya memeriksa meja-meja dengan menggeledah buku dan dokumen yang terlihat.

Ia terkejut saat menemukan sebuah buku catatan kecil seukuran telapak tangan. Suara Adam membuat Kara secara instingtif memasukkan buku catatan itu ke dalam celana belakangnya.

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang