Ferdi mencoba menghubungi Raga melalui tiga orang yang lain, tapi hasilnya nihil. Lagi-lagi anak itu menghilang tanpa kabar. Kalau Raga sudah menghilang seperti ini, kemungkinannya hanyalah dia sedang melakukan pekerjaan yang memerlukan seluruh fokusnya.
Dita dan Renita duduk di sofa dengan Ferdi berdiri di antara mereka. Surat dari Paman Dita membuat keduanya menghentikan perdebatan dan duduk untuk membahas ini. Renita membaca surat itu dan terkejut dengan isi dengan kasus itu.
"Kasus penculikan aneh?" Ucap Renita dengan nada bingung.
Dita mengangguk, "Bagaimana semua ini bisa lepas dari penyelidikan polisi?" Gerutu Renita.
"Kasus pertama yang terjadi digagalkan oleh empat anak SMA yang berada di lokasi. Mereka sudah bersaksi pada polisi, tapi kasus itu tidak diselidiki lebih jauh karena tidak ada korban dan kerugian signifikan."
Renita menggelengkan kepala, "Tapi ini aneh mas, setelah kejadian pertama, banyak penculikan terjadi di daerah lain dengan cara yang sama?"
"Orangtua melaporkan penculikan, tapi mereka juga mengaku merekalah yang memasukkan anak-anak mereka ke dalam mobil penculik?"
"Kejadian ini tidak masuk akal, itulah alasan para polisi memasukkan kasus ini dalam kasus orang hilang bukan penculikan. Para orangtua menyebut ini sebagai penculikan, tapi jika polisi mengkategorikan ini sebagai penculikan, maka orangtua anak-anak itu bisa dituduh sebagai tersangka." Jelas Dita.
Renita masih membaca laporan kasus-kasus penculikan yang tidak masuk akal itu. Ia mendapati ada hampir delapan belas kasus yang terjadi di seluruh negeri. "Bukannya kita harus turun tangan?"
"Polisi tidak akan bisa mengatasi kasus ini. Ini yang kita sebut kasus di luar nalar." Ucap Dita.
Dita menarik napas lalu memandang ke arah Renita, "Dan kasus seperti inilah yang diselidiki oleh Raga."
Renita menatap Dita dengan ekspresi yang lebih serius, "Sebenarnya Raga ini tugasnya apa sih selain menjaga keluarga keraton?"
Dita bersandar di sofa, Ia mengacak rambutnya. "Raga akan menggantikan posisi Paman Mada. Melindungi keluarga Keraton mencakup banyak hal. Dia akan menjadi orang yang mengerjakan pekerjaan tidak resmi Keraton. Pekerjaan tidak resmi ini, bisa dibilang sebagai hal yang ilegal dan ya di luar nalar." Jelas Dita sambil menatap Renita penuh arti.
"Hal ilegal ini tidak membahayakan orang lain kan?" Tanya Renita hati-hati.
Dita diam, "Intinya, dia melakukan hal itu sekaligus menjadi penyelidik hal-hal di luar nalar seperti kasus ini."
"Tapi kenapa hal-hal di luar nalar seperti ini harus ditangani langsung oleh keluarga Keraton, apa tidak ada tim khusus yang mengurus ini?"
Dita menggeleng, "Untuk hal-hal ilegal yang berhubungan dengan manusia, tentu ada. Tapi jika berhubungan dengan hal yang di luar nalar, kami sendiri yang harus turun tangan, karena kamu tahu sendiri kan, keluarga keraton dilindungi oleh Nyonya Vella. Satu-satunya hal yang diwanti-wanti Nyonya Vella adalah jika ada kejadian yang tidak masuk akal, dia ingin kami yang menyelidiki duluan, dan jika memang kejadian itu terlalu bahaya, dia sendiri yang akan turun tangan."
Renita mengangguk mengerti. "Baiklah. Tapi apa Raga tidak kerepotan jika kita sampai harus menyuruh dia mengurus hal ini?"
"Kita tidak punya banyak pilihan, Paman mendapat informasi ini beberapa hari lalu karena kasusnya sudah membesar. Sedangkan dia sendiri sedang mengurusi hal yang lain jadi dia tidak bisa turun tangan sendiri." Jelas Dita.
Sebelum Renita sempat menjawab, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar. Dita dan Renita memandang ponsel Renita, mereka berdua melihat nama Kara tertulis di sana. Renita mengambil ponselnya lalu menerima telepon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed [END]
ChickLit[SEKUEL PRIVILEGE] Cerita Beririsan dengan Gate Into The Unknown. Akan lebih seru kalau kalian baca itu juga. Setelah selesai seleksi, Kara berniat kembali pada kehidupan normalnya. Tetapi dia kesulitan mendapat pekerjaan dan masih galau dengan stat...