19 - Hilangnya Putri

2.8K 360 6
                                    

Perasaan Dita campur aduk setelah mendengar fakta-fakta yang ia dengar dari Kara. Pagi sebelum keberangkatannya menuju tempat liburan, ia menyempatkan diri mendatangi Ayahnya. Gusti Prabu menerima kedatangan mendadak Dita dan mengajak anaknya untuk berbincang sekilas di teras samping ruang kerjanya.

Ayah Dita menyeruput minuman hangatnya pagi itu sambil menikmati udara pagi. Dita menunggu Ayahnya menaruh cangkir, lalu ia bertama. "Apa Ayah tahu bagaimana kejadian penculikan yang menimpa bibi?"

Ayah Dita terkejut ketika mendengar anaknya menanyakan itu. "Ayah tidak terlalu ingat. Kamu tentu tahu bahwa tradisi menyembunyikan anak Raja sampai mereka menginjak umur dua puluh lima tahun dimulai pada generasi Ayah. Jadi kami bertiga memiliki keluarga asuh yang sama. Kita mendapat restu negitu menginjak umur sepuluh tahun, dan dengan di dapatnya restu, kamu tahu efek sampingnya kan?" Tanya Ayah Dita penuh makna.

"Maksud ayah yang kebal dari sebagian besar senjata?"

"Ada efek samping yang lain kan?"

Dita memasang ekspresi tanya, "Maksud ayah, melihat sosok yang tidak terlihat?"

Ayah Dita mengangguk. "Kamu tentu tahu kalau hal seperti itu tidak umum kan? Dan bayangkan jika kemampuan seperti itu tiba-tiba diberikan pada anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi?"

"Apa bibi tersesat lalu diculik?" Tanya Dita.

"Ada dua versi cerita yang aku dengar." Jawab Ayah Dita.

Lelaki itu melepaskan cincin sederhana dari jari tengah tangan kirinya lalu meletakkanya di meja. Ia menekan bundaran kecil cincin yang otomatis membuat cincin itu terpisah menjadi dua cincin. 

"Versi pertama, menurut pengakuan ibu asuh kami, saat beliau sedang mencuci baju di belakang rumah, Suharti juga bermain di dekatnya. Tanpa sepengetahuan ibu asuh kami, Suharti pergi tanpa suara. Saat beliau sadar Suharti menghilang, ia mencoba mencari anak itu di seluruh rumah, hingga mendatangkan tetangga untuk membantu mencari bibimu di sekitar rumah tapi hasilnya nihil. Mereka bahkan memanggil orang untuk menyusuri sawah, hutan dan tempat di sekitar rumah sampai akhirnya mereka menyatakan bibimu hilang lalu melapor ke pihak Keraton."

Dita bergumam, "Jadi maksudnya, bibi menghilang begitu saja atas kemauan dirinya?"

Ayah Dita mengangguk, "Tapi ada versi lain dari cerita ini. Pada waktu yang sama, pengurus rumah besar sedang membersihkan kebun rumah. Ia melihat ibu pengasuh kami menggandeng tangan bibimu untuk berjalan pergi menjauh ke arah persawahan. Masalahnya saat ibu asuh kami kembali, bibimu sudah tidak ada."

Dita menghembuskan napas, cerita kedua sangat mirip sekali dengan informasi yang diberikan oleh Kara kemarin. "Apa Ayah tahu kalau ada kasus penculikan yang serupa pada waktu itu?" Tanya Dita.

"Penculikan serupa?"

Dita akhirnya menceritakan informasi yang didapatnya dari Kara semalam kepada ayahnya.

"Pola penculikannya mirip. Para orangtua ingat meninggalkan anak mereka tetapi saat mereka sudah 'sadar' tiba-tiba mereka bingung kenapa meninggalkan anak mereka? Parahnya ketika mereka kembali, anak mereka sudah hilang."

Ayah Dita merenung. "Aku tidak tahu kelanjutannya, tapi yang aku dengar Kakekmu murka pada orangtua pengasuh kami dan langsung mengusirnya pergi. Aku tidak tahu cerita mana yang lebih dipercayai kakekmu, tapi yang pasti mereka langsung mulai penyelidikan. Ia bahkan memohon bantuan dari nyoya Vella secara langsung."

Dita terkejut mendengar fakta baru itu. "Tapi, mereka tidak berhasil menemukannya kan?" Tanya Dita.

Ayah Dita mengangguk. "Tapi kondisi politik waktu itu sedang panas dengan adanya kasus pembunuhan misterius di seluruh Nagaragung hingga kakekmu harus fokus menyelesaikan urusan politik."

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang