10 - Pembiasaan

2.8K 463 11
                                    

Renita tidak pernah merasa selelah ini sebelumnya. Sialnya, sehari setelah pemberian restu oleh nyonya Vella, ia harus bersiap mengikuti festival pengarakan pengantin berkeliling kota Yogyakarta.

Pagi saat ia bersiap, Ana harus membantunya berdiri tegak untuk berpakaian. Renita bahkan bernapas lega saat dia akhirnya bisa duduk saat waktunya dirias. Ana mengamati Renita dengan seksama, Ia memegang kening Renita dan mendapati suhunya normal.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Ana khawatir masih memegangi bagian wajah leher Renita untuk mengecek suhu.

"Aku cuma lemas saja kok mbak ..." Jawab Renita masih memejamkan mata.

Ana kemudian meminta pada dayang lain untuk menyiapkan minuman jahe manis dan bubur untuk sarapan Renita. Tidak lama setelah dayang itu pergi, suara ketukan di pintu membuat Ana beranjak pergi untuk membuka pintu.

Gusti Pangeran berdiri dengan pakaian dan penampilan yang sudah rapi. Ana segera mempersilahkan Gusti Pangeran masuk ke kamar pribadi Renita. 

Dita mendatangi Renita yang sedang dirias, lalu secara spontan memegang kening gadis itu. Suhunya normal, tetapi Renita benar-benar terlihat tidak bertenaga. Dita menoleh ke arah Ana, "Kamu tadi menyiapkan apa untuk sarapannya?"

"Saya meminta disiapkan Jahe manis dan bubur untuk sarapan Kanjeng Putri ... apa saya perlu mengubahnya Kanjeng?"

Dita menggelengkan kepala, "Tambahkan lagi makanan yang manis-manis untuknya. Dia butuh banyak tenaga." Jawab Dita tenang. Ia lalu menempatkan diri duduk di sofa untuk menunggu Renita selesai dirias.

Makanan yang diminta Ana akhirnya datang bersama beberapa tambahan makanan lain sesuai perintah Gusti Pangeran. Ana segera mencoba semua makanan dan minuman itu lalu menyajikannya di meja. Dita mengamati makanan itu saat ditempatkan di meja di depannya. Nampan itu dipenuhi makanan manis, Dita kemudian mengambil satu camilan lalu memakannya sambil menunggu Renita.

Saat gadis itu akhirnya selesai dirias, Renita berdiri dan baru menyadari kalau Dita sedang menunggunya. Ia kemudian berjalan ke sofa dan duduk di sofa di depan Dita. Renita memandangi makanan yang ada di depannya, selama keduanya duduk bersama, para dayang dan penjaga yang semula berada dalam ruangan perlahan berjalan ke luar ruangan.

Dita akhirnya angkat bicara saat mereka hanya tinggal berdua. "Kamu masih lemas?" Tanyanya.

Renita yang mengambil sendok lalu menyuap buburnya menjawab, "Iya mas ... aku lemas banget. Rasanya ngantuk terus. Kalaupun aku jalan rasanya seperti setengah sadar. Misal minum kopi berpengaruh nggak ya?"

Dita menggeleng, "Kamu butuh banyak gula sekarang. Kamu butuh energi." Lelaki itu mengamati Renita yang makan pelan-pelan. Dita sesekali melihat jam tangannya dan mendapati kalau mereka harus cepat. Ia lalu beranjak duduk di sebelah Renita, "Sini, aku suapin aja ..." Ucap Dita lalu mengambil sendok Renita dari tangannya sekaligus mengambil mangkuk bubur dari meja.

Renita terkejut dan secara spontan duduk tegak karena posisi Dita yang dekat dengannya. Lelaki itu menyuapi Renita dalam diam. Ia sesekali mengusap bibir Renita untuk menghilangkan sedikit makanan yang menempel. Tindakan kecil Dita justru membuat Renita semakin gugup. Badannya yang awalnya lemas tanpa tenaga mendadak dipenuhi adrenalin yang membuatnya bisa fokus.

Setelah Renita selesai makan, Dita memberinya minuman jahe hangat dan terus memberi Renita makanan manis untuk dimakan. Gadis itu sebenarnya sudah kenyang, tetapi ia menerima semua makanan yang diberikan Dita padanya hingga dia benar-benar sudah mencapai batas.

"Mas ... aku udah kenyang." Ujar Renita setelah mengigit kue sus. "Beneran udah kenyang?"

Renita mengangguk. Dita lalu memakan kue sus sisa Renita dan mengunyahnya dengan cepat. Tak berapa lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar dari luar yang mengingatkan mereka untuk segera berangkat. 

"Iya, kami akan keluar ..." Teriak Dita. Ia lalu beranjak berdiri dan mengulurkan tangan untuk membantu Renita. Gadis itu menerima uluran tangan Dita untuk berdiri. Renita berjalan ke arah meja rias untuk mengecek riasannya, ia akhirnya memutuskan untuk memperbaiki lipstiknya karena ada sedikit bagian yang terhapus setelah makan.

Dita sedang menunggu Renita di dekat pintu dengan berdiri menghadap Renita. Saat gadis itu mendekat, Dita langsung menarik pinggang Renita untuk merapat ke arahnya. "Kalau kamu tidak kuat jalan bilang aja ya ... nanti aku gendong ..."

Renita yang sebenarnya sudah sedikit sadar karena aliran adrenalin saat mereka makan tadi, tersenyum dan menerima perlakuan dari Dita. Ia memanfaatkan keadaan 'lemas' nya untuk membuat Dita terus merangkulnya sepanjang perjalanan menuju kereta kuda yang sudah di siapkan di depan.

Kereta kuda sudah siap di pelataran Keraton bagian depan. Para penjaga akan mengawal mereka dengan naik kuda dan ada juga yang naik kendaraan. Kereta kuda itu lebih besar dan tinggi dari kereta kuda biasanya dengan kusir yang duduk di bagian depan kereta yang agak bawah memegangi tali yang mengekang empat kuda penarik kereta.

Saat mereka naik, Dita sengaja naik duluan lalu dia mengulurkan kedua lengannya ke pinggang Renita untuk membantu mengangkat gadis itu saat naik ke kereta. Renita mendapati bagian bawah mereka terdapat makanan dan minuman yang sudah dipersiapkan jika mereka lapar. Bagian atap kereta kuda dipasang untuk melindungi pasangan keraton dari sinar matahari tapi cukup terbuka di bagian samping agar masyarakat bisa melihat mereka dengan jelas.

Dita menata bagian tempat duduk kereta agar lebih nyaman, Ia menempatkan bantal-bantal agar nyaman ditempati lalu duduk duluan. Ia mengulurkan tangannya agar Renita masuk ke dalam rangkulannya.

Gadis itu menurut saja saat ia duduk dan merasakan satu tangan Dita di pinggangnya dengan kepala Renita bersandar di pundak Dita.

"Apa mas Dita tidak masalah jika aku bersandar terus seperti ini?"

Dita mengelus punggung Renita dengan tangannya lalu memberi isyarat pada staf kalau mereka siap. "Tidak masalah, kalau kamu tidak kuat dan mau tidur, langsung tidur saja, nanti biarkan aku yang melambai pada orang-orang." 

Kereta mulai bergerak maju. Iring-iringan itu akhirnya berangkat. Renita yang tadi sadar dan dialiri adrenalin, kini mulai merasa lemas lagi. Apalagi cuaca pagi itu yang cerah dengan angin semilir.

"Kalau aku tidur gak bakal jadi gunjingan orang kan mas?" Tanya Renita masih sambil melambai, tetapi mata dan kepalanya sudah mulai tidak fokus lagi.

Dita mendengus lalu tertawa, "Paling mereka menganggap kamu kelelahan karena hal lain saja." Jawab Dita.

Renita yang saat itu tidak bisa berpikir jernih, hanya tertawa pelan tanpa benar-benar bermaksud tertawa. Kesadarannya sudah semakin menurun. Ia sebenarnya kesal karena fokusnya sudah mulai hilang lagi. "Ini bahkan belum setengah jam sejak kita keluar dari Keraton. Kalau aku sudah tidur nanti apa kata masyarakat ..." Gumam Renita semakin tidak jelas.

"Yah, gimana lagi ... ini efek semalam. Memangnya aku bisa memaksamu untuk membuka mata?" Tanya Dita.

Renita yang kini sudah berada di ambang kesadaran menyeletuk, "Kayaknya kalau mas Dita cium aku, bakal bisa sadar sih. Karena kaget ... kayak tadi pas makan ..." 

Gadis itu bahkan tidak sadar kalau dia berkata seperti itu. Ia sudah setengah tidur dan hanya mengoceh spontan tanpa adanya hal yang disensor. Dita mengamati keadaan sekitarnya. Ia menunduk ke arah Renita, gadis itu membuka matanya yang berat. Saat ia menatap ke arah Dita, lelaki itu mengecup bibir Renita cukup lama hingga membuat gadis itu sadar sepenuhnya, lalu mendorong Dita menjauh sambil mengamati keadaan sekitar.

Orang-orang yang melihat mereka terlihat malu dan menghindari pandangan dari keduanya.

"Mas Dita kok cium aku di sini sih?"

"Kamu sendiri kok yang minta ..."

"Hah?"

Dita tersenyum lalu mengalihkan pandangan pada orang-orang. "Ternyata ucapanmu benar ..."

Renita tidak mengerti maksud ucapan Dita hingga membuat Renita merasa malu sepanjang festival sedangkan Dita terlihat menikmati itu semua.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tolong diingat kalau timeline antara fokus cerita Kara dan Renita akan berbeda. Chapter kali ini terjadi setelah Renita mendapat Restu dan sebelum adegan telanjang di depan Kara ya :)



Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang