Chapter 36 - Oh No...

44.6K 4.9K 362
                                    

Starley dan Damien masih berusaha tidak bergerak dan mengeluarkan suara di dalam lemari.  Ruangan itu begitu sunyi. Jantung Starley berdetak begitu cepat. Apa Rasheed akan langsung menyadari kejanggalan itu?

"Ah sial aku terlalu mabuk untuk berpikir, yang terpenting di mana benda sialan itu?" gumam Rasheed sendiri. Setelah itu Rasheed terdengar seperti meneguk minuman. Sepertinya itu adalah alkohol.

"Ledakkan itu benar-benar mengganggu waktu bersenang-senangku," gerutu Rasheed. Lalu Rasheed mengumpat dalam bahasa arab.

Setelah itu Rasheed kembali mencari benda itu dalam keadaan yang cukup mabuk di sebuah laci. Sampai akhirnya beberapa menit berlalu, Rasheed menyerah. Dia langsung menelpon anak buahnya.

"Kenapa listriknya belum menyala juga you idiot?!" bentak Rasheed dengan nada marah. Tapi sebelum anak buahnya menjawab, Rasheed sudah menambahkan.

"Yang terpenting cepat carikan benda itu! Sialan, atau kalian ku tembak!" Rasheed langsung menutup telponnya. Setelah itu terdengar langkah berat Rasheed menjauh, dan Rasheed  keluar dari ruangan itu, tanpa menutup kembali pintunya.

Tidak lama kemudian sinyal dari sensor yang Damien letakkan di lorong masuk. Yang artinya Rasheed sudah berjalan menjauh dari pintu ruangan kerja. Starley langsung bernapas lega.

Mereka menunggu beberapa saat sejenak, dan tidak lama kemudian, masuk notifikasi dari Josè kalau Rasheed sudah turun tangga. Damien dan Starley pun keluar dari lemari itu.

Damien mengirim pesan kepada Josè untuk segera ke titik temu karena dokumen yang mereka cari sudah didapatkan.

"Ayo kita ke titik temu," seru Damien.
"Tunggu!" ucap Starley tiba-tiba. Membuat Damien bingung. Starley tiba-tiba masuk lagi ke pintu yang tadi ia retas. Lalu ia mengambil salah satu flashdisk di dalam situ, dan ia letakkan di kantong bajunya.

"Apa itu?" tanya Damien penasaran.
"Aku pun juga penasaran, makanya ku ambil," jawab Starley.
"Ayo, nanti Josè menunggu lama," tambah Starley. Damien menatap Starley sejenak, sebelum ia mengangguk setuju.

Damien mengintip terlebih dahulu sebelum keluar ruangan. Ketika yakin sudah aman, dia keluar dari kamar duluan memandu jalan. Starley pun mengikutinya dari belakang. Mereka turun tangga dengan hati-hati.

Tapi untungnya mereka belum berpapasan dengan siapa pun. Sampai akhirnya mereka berhasil keluar mansion lewat pintu belakang. Dengan hati-hati mereka berjalan dalam kegelapan taman belakang mansion itu.

Ketika mereka sudah sampai tembok belakang mansion. Mereka berdua berhenti sejenak, tembok itu cukup tinggi.

Damien menoleh ke arah Starley, lalu berkata. "Kau dulu yang panjat, agar aku bisa membantumu naik." Ucapan Damien membuat alis Starley terangkat sambil menatap Damien.

"Bilang saja kau ingin menyentuh bokongku," seru Starley.
Mendengar jawaban Starley membuat Damien tersenyum miring nakal. "Itu tidak buruk juga," jawab Damien.

Starley memutar bola matanya, memang lelaki ini mata keranjang.
"Aku tidak perlu bantuanmu, aku bisa memanjat tembok ini sendiri," ucap Starley. Lalu tanpa menunggu lagi, Starley sudah memanjat tembok tanpa kesulitan, lalu mendarat dengan mulus.

Damien mengerjapkan matanya melihat semua itu. Lalu detik selanjutnya Damien hanya terkekeh. Tentu saja Starley bisa, Starley bukan lah seperti wanita kebanyakan. Damien pun langsung ikut memanjat tembok dengan sangat mudah, mengingat dia memiliki kaki panjang. Dan mendarat tepat di sebelah Starley.

Sekarang Damien dan Starley sudah berdiri di luar lahan Rasheed. "Di mana Josè?" tanya Starley sambil menoleh kanan kiri mencari Josè. Tapi Damien tidak menjawab, ia tetap berjalan menuju salah satu pohon cukup besar.

Damien's Possession ✔️ (Mavros Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang