Chapter 37 - How Can?

45.5K 5.1K 472
                                    

Starley akhirnya tidak bisa melanjutkan ucapannya setelah melihat perubahan pada wajah Damien. Damien terlihat tidak senang mendengar ucapan Starley. Seketika keheningan di antara mereka begitu tegang.

"Kau pasti mendengarnya dari Dante," jawab Damien. Jawabannya tidak terdengar seperti pertanyaan, lebih seperti Damien sudah tahu.

"Iya," jawab Starley.

Damien mengangguk mengerti, tapi rahangnya terlihat kaku. Lalu ia mengembalikan flashdisk itu kepada Starley. Starley menerimanya.

"Istirahatlah," seru Damien. Entah kenapa terdengar dingin dan kaku. Lalu tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Damien pergi ke kamarnya. Meninggalkan Starley yang masih berdiri di depan pintu kamar.

Starley ingin mengutuk dirinya yang tiba-tiba menjadi bodoh tidak berpikir lebih panjang. Harusnya dia diam saja. Starley memejamkan matanya lalu menghela napas berat. Sekarang dia merasa tidak enak hati kepada Damien.

Starley menatap flashdisk di tangannya, apa mungkin seharusnya dia tidak perlu mengambil flashdisk ini? Pikirnya.

Setelah itu Starley juga masuk ke kamarnya dan mandi. Setelah selesai, ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Sepertinya sebentar lagi pagi. Ia coba memejamkan matanya. Tapi beberapa menit kemudian matanya kembali terbuka, dia masih terpikirkan kejadian tadi dengan Damien.

Tapi dia dapat mengetahui cerita tentang masa lalu Damien bukan karena dirinya memaksa Dante untuk berbicara. Dantelah yang memberitahu Starley sendiri.

Starley harusnya tahu kalau itu adalah pembicaraan yang sensitif. Tapi dia dengan bodohnya mengatakan itu. Dia benar-benar kecewa dengan dirinya sendiri, tindakannya begitu gegabah.

Juga kenapa dia ingin tahu lebih dalam? Sebenarnya masa lalu Damien bukanlah urusan dia.

Starley terdiam sejenak. Lalu seketika ia membayangkan Damien yang masih kecil diperbudak, membayangkan entah apa yang mungkin sudah dilalui Damien. Membayangkan semua itu membuat hati Starley nyeri. Ada rasa simpatik yang begitu dalam memenuhi dirinya. Itulah yang mendorong Starley mengambil flashdisk itu.

Starley kembali memejamkan matanya, tubuhnya butuh istirahat, dia akan memikirkan tentang Damien setelah dia tidur. Dan tidak butuh waktu lama sampai akhirnya Starley terlelap.

***

Beberapa jam kemudian. Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Starley terbangun dari tidurnya. Starley mengerang pelan. Lalu suara ketukan pintu kembali terdengar. Kali ini diikuti suara Josè.

"Miss Bell, Tuan Mavros menyuruh saya membangunkan anda. Kita akan langsung pulang ke Chicago," ucap Josè dari luar pintu.

Mata Starley pun perlahan terbuka. Lalu ia mencari jam, ternyata sudah pukul dua belas siang. Tapi ia merasa masih kurang tidurnya.

"Aku sudah bangun," seru Starley sambil menghelakan napas.

"Baik Miss, kalau butuh sesuatu katakan pada saya," jawab Josè. Setelah itu Josè sepertinya sudah pergi dari situ.

Starley pun bangun dari kasur itu. Lalu menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Ia mandi dengan cepat, lalu mengganti bajunya. Setelah sudah rapi, dia keluar dari kamar dan langsung menuju ruang TV.

Di sana, sudah ada Damien menunggunya sambil menatap layar ponselnya dan Josè sedang duduk rapi tanpa melakukan apa-apa. Starley mendeham.

"Aku sudah siap," seru Starley. Damien mengangkat tatapannya dari ponselnya, ke Starley yang berdiri. Damien meletakkan ponselnya di kantong jasnya, lalu ia berdiri dari sofa. Begitu pula dengan Josè.

Damien's Possession ✔️ (Mavros Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang