| 23. Pulang

4.2K 346 0
                                    

Azzam dan Yovela duduk berhadapan di dalam kereta, keduanya memilih melarutkan diri dalam lamunan masing-masing.

Merasa cukup dengan pikiran liarnya, Yovela kembali menatap pemuda di depannya, senyum gadis itu muncul saat sadar Azzam sudah terlelap tidur.

"Aku beruntung banget bisa ketemu kamu.." gumamnya lirih.

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan akhirnya Azzam sampai di Jakarta, pemuda itu menghirup udara kuat-kuat. Ada bahagia tersendiri yang dia rasakan saat ini.

Yovela sudah lebih dulu dijemput oleh Maminya, dan kini Azzam sedang menunggu sang Ayah untuk menjemputnya.

Tak lama mobil milik Fahri sampai di hadapan Azzam, lelaki parubaya itu segera turun untuk memeluk putranya yang sudah 2 tahun ini tidak dia temui. Dua orang yang tidak terlalu akrab saat di rumah itu kini terlihat begitu dekat karena rindu.

"Sehat kamu Mas?"

"Alhamdulillah sehat Yah.."

"Alhamdulillah, yaudah ayok. Bunda udah nggak sabar mau ketemu kamu.." Azzam mengangguk dengan semangat, pemuda itu bergegas naik ke dalam mobil bersiap membelah jalanan ibukota yang sudah sangat dia rindukan.

Sebelum sampai ke rumah, dua lelaki beda umur itu memutuskan untuk membeli beberapa oleh-oleh lebih dulu karena Azzam tidak sempat membelinya di Jogja langsung. Fahri juga mengajak sang anak untuk berbelanja kebutuhan rumah karena bahan makanan sudah mulai habis.

Setelah selesai dengan semua urusan, keduanya kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Mobil memasuki halaman rumah Azzam yang luas, mata pemuda itu sempat melirik ke arah samping rumahnya tempat dimana rumah Aisyah berdiri.

Tidak ada yang berubah selain rumput di halaman yang tumbuh lebih tinggi dari dua tahun lalu.

Azzam lekas turun kemudian masuk ke dalam rumah, hal pertama yang dia cari tentu saja Amira.

"Bunda!!" serunya begitu melihat Amira sedang duduk di ruang keluarga, melihat sang anak datang Amira pun langsung menyambutnya. Pening di kepala seketika sirna karena obat yang sejak kemarin dia butuhkan sudah ada di depan mata.

"Mas Azzam.." Amira memeluk Azzam dengan begitu erat, dikecupnya pipi sang putra dengan brutal sampai Azzam terkekeh karena geli.

"Aduh Bundaa.."

"Bunda kangen banget tau!!"

"Iya iya, ini kan udah di rumah. Lagian Bunda nggak sabar banget nunggu liburan. Sampe harus sakit gini.." ujar Azzam membalas kecupan sang Bunda.

"Ya namanya juga kangen, emang kamu nggak kangen sama Bunda? Ada apa si di Jogja sampe bikin betah gitu?"

"Ya kangen lah Bun.. Nggak ada apa-apa Bundaa, kan udah dibilang aku sibuk."

"Sibuk sampe lupa orang tua?" Azzam meringis mendengar sindiran Amira.

"Maaf Bun.."





Azzam masih mengurung diri di kamarnya, belum ada keberanian untuk keluar karna jujur saja dia takut bertemu dengan Aisyah. Namun nyatanya, di dalam kamar pun pemuda itu tidak berhenti melirik ke arah jendela. Tempat dimana dia bisa melihat kamar Aisyah dengan sangat jelas.

Bahkan hanya dengan memandang balkon dan pohon mangga yang berdiri disana saja mampu membuat jantung Azzam berdebar. Apalagi jika nanti dia bertemu muka dengan si pemilik kamar?

"Mas, Bunda boleh masuk nggak?" lamunan Azzam buyar saat suara Amira terdengar diiringi ketukan pintu.

"Masuk Bun, nggak dikunci.."

Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang