"Ini apa Yah?" Azzam mengernyit menatap kafe di depannya.
Semalam Fahri mengatakan akan cuti hari ini karena ada sesuatu yang ingin dia tunjukkan pada Azzam. Awalnya Azzam tidak berfikir macam-macam, dia nurut saja saat Fahri menyuruhnya bersiap pagi tadi.
Keduanya pergi menaiki mobil kemudian sempat sarapan bubur ayam pinggir jalan, Azzam pun masih tidak curiga sama sekali.
Sampai akhirnya mobil berhenti di depan sebuah kafe yang saat mereka sampai sudah ramai oleh pengunjung. Fahri masih belum bicara apa-apa dan malah mengajak Azzam untuk masuk ke dalam.
Disana sudah ada beberapa karyawan yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.
"Pak Fahri.." sambut salah satu pelayan yang sedang bertugas di balik meja kasir.
"Gimana kafenya Tom?"
"Alhamdulillah dari kemaren rame Pak, semalem aja kita sampe lembur soalnya makin malem makin rame.."
"Alhamdulillah, tenang nanti ada bonus.."
"Siap Pak!!" pemuda yang Fahri panggil Tom itu berseru dengan semangat, sedangkan Azzam masih berdiri diam di samping sang Ayah. Matanya mengedar ke beberapa penjuru dan dirinya berhasil dibuat kagum dengan konsep yang diusung kafe ini.
"Oh ya kenalin, ini Azzam anak saya.." akhirnya Fahri memperkenalkan Azzam pada pemuda tersebut, Azzam pun menyambut uluran tangan Tomi dengan ramah.
"Dia pemilik asli kafe ini..."
"Hah?"
"Maksudnya Yah?"
"Ayah bangun kafe ini memang buat kamu Mas.."
"Tolong bikinin latte dua ya.." ujar Fahri pada Tomi sebelum mengajak Azzam untuk duduk di salah satu kursi.
"Kenapa Ayah nggak pernah bilang?"
"Ya kan kamu sibuk kuliah, waktu awal-awal juga nggak serame sekarang. Jadi Ayah tahan dulu buat kasih tau kamunya.."
"Tapi Yah, Azzam nggak mau ngrepotin. Azzam mau berusaha sendiri dari nol.." Fahri tersenyum mendengar penuturan Azzam, ditepuk nya pundak sang anak dengan lembut.
"Ayah tau, tapi nggak salah juga kan kalo Ayah mau kasih sesuatu ke anaknya? Ayah kerja kan buat Bunda sama kamu, lagian ini juga bisa jadi investasi buat masa depan."
"Anggap aja Ayah kasih kamu modal, nanti kedepannya ya tugasmu buat mengembangkan..."
"Ayah tau ya kalo Azzam ada niat mau nikahin Aisyah? Makanya Ayah kasih ini ke Azzam?"
Fahri menggeleng, "Ayah bangun kafe ini jauh sebelum Bunda bilang soal itu, jadi ini nggak ada hubungannya sama niat kamu menikahi Aisyah."
"Ini juga bukan kafe satu-satunya yang Ayah bangun, masih ada dua lagi buat Bunda sama Buat Ayah sendiri."
"Ayah kan udah tua Mas, nggak mungkin bisa kerja terus-terusan. Jadi pilihan terbaiknya ya dengan berbisnis..."
"Permisi Pak, kopinya.." seorang pelayan datang membawa nampan berisi dua cangkir coffe latte.
"Iya terimakasih..."
Kedua Ayah dan anak itu lalu melanjutkan perbincangan mengenai berbagai macam topik.
.
.
.
.
Azzam baru sampai di rumah selepas maghrib, itu pun dia pulang sendirian karena Fahri sedang ada urusan dengan rekan bisnisnya.
Setelah membayar taksi yang dia tumpangi, Azzam berjalan masuk ke halaman rumahnya. Namun baru beberapa kali melangkah, suara sirine ambulans mengalihkan atensinya. Suara itu semakin mendekat sampai akhirnya ambulans berhenti di depan rumah Aisyah. Dari dalam rumah suara teriakan bersautan dengan suara tangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Terindah
Fiksi Umum"Ummi punya satu permintaan, Aisyah mau kabulkan?" "Apapun akan Aisyah lakukan asal Ummi bahagia.." Aisyah membawa tangan Danira untuk dia kecup. "Menikahlah dengan Azzam Nak.." "Iya, Aisyah pasti menikah sama Mas Azzam. Aisyah janji.." Danira te...