| 38. Ceroboh

5.5K 380 1
                                    

little bit 🔞




"Mas, nanti sore jadi ke rumah Bunda kan?" tanya Aisyah yang masih sibuk berhias di depan cermin.

Azzam yang sejak tadi masih berbaring di atas ranjang hanya mengangguk, pria itu sedang mengagumi istrinya yang pagi-pagi begini sudah rapi dan wangi. Ah bukan pagi, lebih tepatnya masih subuh.

Azzam menjilat bibir bawahnya saat tetes demi tetes air dari rambut Aisyah yang basah mengalir membasahi bagian bahu yang terbuka, istrinya itu tampak lebih seksi saat tengah mengandung begini.

Apalagi Aisyah jadi lebih ganjen dari biasanya.

"Mau kemana si sayang? Emang nggak dingin mandi subuh begini?"

Aisyah mengoles bibirnya dengan liptint berwarna merah sebelum berbalik untuk menjawab.

"Seger tau Mas, setiap bangun tidur Aisyah tuh gerah, jadi yaudah mandi aja sekalian."

"Sini." panggil Azzam sembari melambaikan tangan, Aisyah menurut. Gadis itu berdiri kemudian mulai melangkah mendekat ke arah ranjang.

Azzam menidurkan kepalanya di paha Aisyah yang terekspos, karena gadis itu hanya memakai piyama pendek yang sangat terbuka bahkan transparan. Mengambil posisi miring, Azzam membenamkan wajahnya di perut sang istri yang sudah mulai membulat, dikecupnya satu satu dari semua sisi. Aisyah sampai harus menggigit bibir karena rasa geli yang menjalar.

"Cantik banget si sayangku..."

"Mmhh..." tanpa sadar Aisyah melenguh saat telapak tangan Azzam mengusap perutnya dengan gerakan memutar.

Entah bagaimana awalnya, tapi sekarang posisi mereka sudah berubah. Aisyah berbaring terlentang sementara Azzam mengungkungnya dari atas.

Bibir keduanya bertemu, awalnya mungkin hanya kecupan biasa. Tapi siapa yang tahan melihat ekspresi Aisyah saat ini?

Azzam harus mengandalkan kekuatan tangannya untuk tetap menopang tubuh agar tidak mengenai perut Aisyah yang sudah mulai membesar.

"Akhh! Sakit ih!" Aisyah memukul dada Azzam dengan kepalan tangannya yang kecil, sedangkan pria itu hanya terkekeh. Diusapnya bibir bawah Aisyah yang baru saja dia gigit, sedikit bengkak dan memerah.

"Salah sendiri punya bibir seksi..."

"Dasar mesum!"

"Loh, mesum sama istri sendiri kan nggak papa..."

"Iya tapi udah sampe sini aja, kata Dokter kan nggak boleh dulu. Masih rawan buat dedeknya..."

Azzam tersenyum kecil, ditepuk nya kepala Aisyah dengan lembut. "Iya sayang, tapi nanti kalo udah 4 bulan boleh kan?" tanya Azzam dengan jail.

Pipi Aisyah langsung memerah mendengar pertanyaan semacam itu, "Y-ya nggak tau!!"

Karena takut Azzam bertindak lebih, Aisyah pun memilih untuk menyelinap dari celah ketiak pria itu untuk kabur. Dia keluar dari kamar berniat untuk beberes rumah dan memasak untuk sarapan.

Aisyah berdiri di ujung tangga untuk mengamati setiap sudut rumah, semuanya sudah bersih dan rapi. Karena semalam sebelum tidur, dia juga membereskannya.

"Kok udah bersih si?" gumamnya sambil menggigiti jari.

"Beresin ulang aja deh..." putusnya seraya tersenyum lebar.

Entah mengapa dia selalu gemas dan ingin terus menata berbagai barang, padahal baru semalam gadis itu ditegur sang suami untuk tidak melakukan kegiatan yang terlalu berat. Kehamilan Aisyah yang masih muda tentu sangat beresiko jika Aisyah terus bersikap seperti ini.

Tapi seakan tidak peduli, Aisyah malah kembali menyapu lantai yang sudah bersih kemudian mengepel nya lagi. Karena pakaian dan piring tidak ada yang kotor sama sekali, jadi dia beralih untuk mengelap setiap sudut rumah. Mulai jadi meja, jendela, bahkan pintu depan pun sampai Aisyah lap dengan serbet dan air.

Gadis itu berjalan kesana kemari tanpa kenal lelah, sampai tidak sadar lantai sudah dipenuhi oleh cipratan air disana sini.

"Awww...!!" Aisyah terpleset saat hendak berlari ke arah dapur. Pinggulnya terbentur cukup keras.

Azzam yang mendengar teriakan itu langsung bergegas menghampiri istrinya. Pria itu bahkan keluar dengan hanya mengenakan celana pendek, rambutnya tampak basah mungkin karena baru saja selesai mandi.

"Aisyah!!" teriaknya panik saat melihat Aisyah sudah terduduk dengan wajah meringis kesakitan.

"Mas sakit..." lirihnya masih terus memegangi perut, tiba-tiba merasa bersalah karena tidak menuruti ucapan Azzam dan malah terus mengikuti egonya sendiri.

"Kita ke rumah sakit." ujar Azzam dengan datar, dia membopong tubuh Aisyah kemudian mendudukan nya di atas sofa.

Setelah itu Azzam kembali ke kamar untuk berganti pakaian dan mengambil kunci mobil, tak lupa gamis dan jilbab instan untuk Aisyah juga.





Azzam diam bahkan saat keduanya sudah berada di dalam mobil, dia tidak tau harus bersikap seperti apa. Sebenarnya Azzam juga tidak ingin mendiamkan istrinya, tapi melihat betapa keras kepalanya Aisyah sepertinya Azzam harus memberikan sedikit hukuman.

Meski diam, Azzam masih terus mengusap perut Aisyah untuk menenangkan.

"Mas, Aisyah minta maaf..." lirih gadis di sampingnya dengan mata berkaca-kaca. Namun Azzam memilih tetap fokus menatap ke depan.

Beruntung jarak rumah sakit tidak terlalu jauh, Azzam langsung meminta perawat untuk membawakan kursi roda. Dengan cepat pria itu membawa Aisyah menuju Dokter yang selama ini memantau kandungan istrinya.

Azzam memilih untuk menunggu di luar ruangan, beberapa kali pria itu terlihat mengusap wajah dengan kasar. Marah, kesal, bersalah, semuanya bersarang di dalam dada. Azzam mungkin tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika kandungan Aisyah tidak bisa diselamatkan.

"Pak Azzam..."

Pria itu sontak berdiri saat Dokter keluar dari dalam ruangan, "Bagaimana Dok..."

"Alhamdulillah semuanya baik-baik saja, benturannya memang cukup keras, tapi kandungan istri Bapak juga sangat kuat."

"Alhamdulillah..."

"Silahkan, Ibu Aisyah sejak tadi menangis dan butuh untuk anda dampingi..."

"Terimakasih Dok..."

"Sama-sama, saya permisi." Azzam mengangguk, dia masih berdiri bahkan saat Dokter sudah menghilang dari pandangannya.

Setelah beberapa kali menghela nafas, akhirnya Azzam memberanikan diri untuk masuk. Dan hal pertama yang dia lihat adalah Aisyah yang masih terbaring sedang menangis sesenggukan. Azzam jelas merasa bersalah, tidak seharusnya dia bersikap seperti tadi disaat Aisyah sedang butuh dukungan seperti ini.

"Sayang..." Azzam mendekat, dikecupnya kening Aisyah cukup lama.

Tangannya bergerak mengusap pipi istrinya yang sudah basah.

"Sstt, Mas minta maaf..."

Aisyah menggeleng, "Aisyah yang m-minta maaf, k-karena Aisyah, d-dedek bayinya jadi kesakitan..."

"Enggak sayang, dedeknya kuat kok. Tapi abis ini kamu harus dengerin apa kata Dokter dan Mas ya.."

"I-iya, Aisyah janji nggak akan bandel hiks..."

Setelah mengecup bibir Aisyah, kini Azzam beralih pada perut istrinya.

"Dedek pinter banget si sayang, baik-baik di dalem sana ya Nak. Maafin Ummi karena tadi udah ceroboh, maafin Abi juga karena nggak bisa jagain Ummi dengan baik..."




To be continued

Sebentar lagi tamat 🤪

Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang