| 5. Teman Baru

5.7K 440 0
                                    

Hari minggu ini Rena mengajak Aisyah bergabung untuk mengajar anak-anak yang tinggal di kolong jembatan. Sebelumnya Aisyah juga sudah izin dan tentu saja Abah dan Ummi mengizinkan, apalagi ini adalah kegiatan yang bermanfaat.

Rena membawa Aisyah bertemu sebuah komunitas baca, disana ada banyak orang dari berbagai jenjang pendidikan yang ikut tergabung.

Awalnya Aisyah hanya melihat bagaimana mereka mengajar, tapi lama kelamaan dia juga mulai mencoba. Aisyah memilih tugas untuk membacakan dongeng, di depan sekumpulan anak yang sudah duduk dengan rapi, Aisyah mulai menyampaikan cerita yang dia bacakan dengan berbagai intonasi dan ekspresi, membuat banyak anak yang menyukai cerita tersebut.

"Wahh, bagus banget ceritanya Kak Aisyah..." Aisyah tersenyum canggung saat ada seseorang yang memuji dirinya sambil bertepuk tangan, ternyata Jason juga ikut mendengarkan cerita yang Aisyah sampaikan.

Jason adalah mahasiswa semester 4 jurusan kedokteran, tadi Aisyah sempat berkenalan sebentar.

"Makasih Kak..."

"Udah cocok jadi guru beneran tuh."

Pipi Aisyah jadi memerah saat menatap wajah tampan Jason, mirip dengan artis korea yang sering Aisyah tonton di TV.

Mereka menghabiskan hari minggu ini dengan kegiatan yang menyenangkan, selain belajar, komunitas ini juga mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional.

Aisyah sangat senang bisa merasakan pengalaman ini, dia jadi punya banyak teman dan rasa kekeluargaan yang kental juga membuat Aisyah nyaman.

Setelah puas belajar dan bermain, biasanya mereka akan makan siang bersama.

"Ada yang mau ngambil konsumsinya?" tanya Devi, gadis berambut pendek dengan kacamata bulat yang bertengger di hidung mancung nya.

"Aisyah!!" seluruh pasang mata menoleh ke arah Aisyah yang sedang mengangkat tangan dengan penuh semangat. Devi dan yang lain terkekeh melihat tingkah lucu Aisyah.

"Ayok sama aku..." ujar Jason menanggapi ucapan Aisyah.

Aisyah cengo beberapa detik, baru saat Rena menyenggol lengannya dia mengangguk kemudian pergi bersama Jason menggunakan motor.

Di sepanjang jalan jantung Aisyah rasanya tidak berhenti berdebar, tidak menyangka dirinya bisa duduk di belakang Jason. Hal itu membuat tubuhnya menjadi kaku seperti patung, Jason yang melihat dari kaca spion jadi tidak bisa menahan tawanya.

"Kamu kenapa Aisyah? Tegang banget," tegur nya yang membuat Aisyah jadi makin salah tingkah.

"Eng, Enggak kok hehe."

"Kamu lucu banget si, gemes." Aisyah rasanya ingin lompat dari motor sekarang juga.

Hanya butuh beberapa menit akhirnya mereka sampai di sebuah tempat makan, mereka hanya tinggal mengambil pesanan saja karena semua sudah dibayar di awal.

"Biar aku aja yang bawa..." ujar Jason menawarkan diri karena melihat Aisyah yang kesusahan.

"Aisyah bisa kok Kak, ayo!" Jason terkekeh melihat wajah Aisyah yang memerah.

"Yakin nggak mau dibantu?" kali ini Aisyah hanya mengangguk karena sudah tidak sanggup bersuara lagi.

"Yaudah ayo."

Aisyah terharu melihat bagaimana lahapnya anak-anak itu makan, bahkan tadi ada yang bilang ini pertama kalinya dia memakan ayam. Aisyah jadi merasa kurang bersyukur selama ini, dia sering dibuatkan masakan yang enak-enak tapi kadang masih saja mengeluh, padahal di tempat lain ada banyak orang yang lebih tidak beruntung daripada dirinya.

Tidak terasa sudut mata Aisyah berair, dia segera menyeka nya kemudian melanjutkan makan sampai semua habis tanpa sisa.

.

.

.

.

.

Azzam yang sedang mencuci motor di halaman melihat sebuah motor berhenti di depan gerbang rumah Aisyah, dan ternyata itu adalah Aisyah yang pulang bersama seorang cowok. Keduanya tampak berbincang sebentar sebelum si cowok pamit kemudian Aisyah melambaikan tangan.

Aisyah masuk ke halaman rumah dengan langkah riang, gadis itu beberapa kali memegang pipinya yang terasa panas.

"Pulang sama siapa?" Aisyah mendekat saat suara Azzam terdengar.

"Temen baru dong, Aisyah tadi abis ngajar anak-anak di kolong jembatan sana."

"Seru deh Mas, Aisyah jadi dapet banyak temen baru. Yang tadi itu namanya Kak Jason, bagus kan namanya? Sesuai banget sama mukanya yang ganteng. Aisyah aja nggak bosen nat..."

"Cih, Zina mata kok seneng."

"Loh, Aisyah cuma natap aja!"

"Sama aja, dia itu bukan mahram kamu Sya. Boncengan kaya tadi itu dosa."

"Coba tanya Abah kamu kalo nggak percaya."

"Iya iya Aisyah tau, tadi emang kebetulan aja rumah Kak Jason searah sama rumah Aisyah."

"Kenapa nggak pulang sama Rena?"

"Ya kan Aisyah maunya sama Kak Jason." Aisyah segera menutup mulutnya karena keceplosan.

"Oo jadi kamu yang mau, dosa kamu Aisyah."

"Eung anu, itu.."

"Udah nggak usah ngelak, besok besok kalo butuh bantuan sama Jason mu aja sana." Azzam berlalu masuk ke dalam rumah padahal motor miliknya masih dipenuhi busa.

"Loh kok Mas Azzam yang ngambek?"

"Pulang sana!" teriak Azzam dari dalam rumah.

"Dasar aneh."

Aisyah kembali lagi ke rumahnya sambil mengomel.

Kini Aisyah sedang bersantai sambil menonton drama korea, dia tengkurap di atas sofa dengan kedua tangan yang menyangga kepalanya. Sesekali dia akan tertawa saat ada adegan lucu, kemudian akan tersipu saat beralih ke adegan romantis.

"Sya, tolong kasih kue bolu ini ke Bunda sayang." Ummi datang membawa sepiring bolu pandan yang sudah dipotong-potong. Aisyah segera bangkit, "Baik Ummi..."

Sampai di rumah Bunda ternyata ada Azzam yang sedang duduk di teras, ingin menyapa tapi Azzam sendiri seperti pura-pura tidak melihat Aisyah. Apa dia masih ngambek soal tadi?

"Assalamu'alaikum Bundaaa..." Aisyah menunggu beberapa saat, tapi belum ada jawaban.

"Bundaa, Aisyah bawa kue bolu disuruh Ummi," teriaknya lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Ishh Bunda kemana si Mas?" karena sudah tidak tahan lagi akhirnya Aisyah bertanya pada Azzam.

"Kondangan sama Ayah."

"Kok nggak bilang?"

"Kamu nggak nanya."

Aisyah mencebik kesal, dia menaruh piring berisi bolu ke atas meja dengan kasar.

"Bolu dari Ummi..."

"Makasih."

"Sama-sama."

Setelahnya Azzam dan Aisyah sama-sama diam, Azzam yang masih sibuk dengan bukunya dan Aisyah yang masih berdiri entah menunggu apa.

"Apa lagi?"

"Piringnya!"

"Besok aja, aku lagi males gerak."

"Mas Azzam jelek!!" seru Aisyah sambil menghentakkan kakinya.

Azzam menatap kepergian Aisyah dengan perasaan tidak karuan, dia juga tidak tau kenapa bisa bersikap seperti ini. Melihat Aisyah berboncengan dengan cowok lain membuat hatinya gerah. Apalagi saat Aisyah memuji muji orang itu, rasanya Azzam ingin sekali menyumpal mulut gadis itu.






To be continued

Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang