| 9. Perubahan

5.2K 404 0
                                    

Dan disinilah Aisyah sekarang, sedang duduk di depan cermin dengan satu orang wanita yang tengah sibuk memangkas rambutnya. Sejak kecil Aisyah sudah terbiasa dengan rambut panjang, selain karena dia suka, Abah juga selalu memujinya cantik tiap kali rambut Aisyah tergerai sampai menyentuh pinggang.

Namun sekarang semua hal yang Abah suka akan jadi apa yang Aisyah benci.

"Nah udah.." pegawai salon yang memiliki wajah oriental itu tersenyum seraya membuka celemek yang sejak tadi menutupi leher hingga tubuh Aisyah.

Aisyah menatap dirinya sendiri, kini tampak lebih segar dengan potongan rambut bob dan poni ala korea yang membingkai wajahnya. Senyum kecil mengembang, ada rasa puas sekaligus menyesakkan yang memenuhi hatinya.

Setelah keluar dari salon Aisyah tidak tau harus pergi kemana lagi, dia berjalan menyusuri jalanan di tengah cuaca panas. Sisa uang yang Aisyah bawa tidak banyak, biaya memangkas rambut ternyata tidak murah, ya walaupun sesuai dengan hasilnya yang bagus.

Aisyah membeli minuman boba yang waktu itu pernah dia beli saat bersama Azzam, duduk sebentar di kursi yang disediakan sebelum akhirnya memutuskan pergi, dia akan menghabiskan waktu di perpustakaan umum untuk membaca novel.

Aisyah memilih duduk di sudut ruangan, di tangannya sudah ada novel fantasi yang kebetulan belum pernah dia baca. Suasana perpustakaan yang sepi membuat acara membacanya jadi lebih tenang.

Saking asiknya membaca, Aisyah sampai tidak sadar waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dan sejak pagi perutnya belum terisi makanan sama sekali. Uang juga sudah habis untuk membeli boba. Aisyah memegangi perutnya yang kini berbunyi karena kelaparan.

Karena takut kemalaman sampai ke rumah, akhirnya Aisyah memutuskan untuk pulang. Ngenesnya lagi dia harus berjalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh.

Aisyah berjalan sambil sesekali menendang kerikil di jalanan, berharap matanya bisa menemukan selembar uang berwarna merah agar dia tidak harus makan di rumah.

"Woy!!" Aisyah menoleh dengan cepat saat ada suara motor yang mendekat, matanya membola saat melihat Juno disana. Tangannya reflek menutupi kepala karena Aisyah sebenarnya belum terbiasa membuka hijab.

"Sejak kapan lo buka hijab?" Aisyah gelagapan, tidak tau harus menjawab apa.

"Tapi lo keliatan lebih cantik," lanjut Juno yang berhasil membuat pipi Aisyah merona.

Aisyah sudah duduk di jok belakang motor Juno, cowok itu tadi menawarkan diri untuk mengantar Aisyah pulang. Karena Aisyah sudah lelah jadilah gadis itu tidak menolak sama sekali.

Motor melaju pelan, sesekali Juno menghisap rokoknya yang dijepit di tangan kiri.

"Merokok sambil bawa motor bahaya tau Kak," seru Aisyah setelah mendekatkan wajahnya ke samping wajah Juno.

"O ya?"

"Iya, puntung rokoknya bisa kena pengendara lain. Aisyah pernah waktu itu, sampe matanya harus diperban seminggu." Juno terkekeh mendengar cerita Aisyah, tapi setelahnya motor menepi. Juno membuang rokok yang baru saja dia nyalakan dengan cara menginjaknya sampai hancur.

"Udah tuh.."

"Hehe.."

Jarak rumah Aisyah masih lumayan jauh, tapi gadis itu sudah tidak tahan karena kelaparan. Aisyah memegangi perutnya yang mulai perih, dan beruntungnya Juno peka akan hal itu.

"Kenapa?"

"Aisyah laper Kak, dari pagi belum makan."

"Kok bisa?"

"Ya bisa, tadinya tuh Aisyah pengen makan di jalan. Tapi uangnya udah habis buat bayar salon." Juno tidak menjawab lagi membuat Aisyah mencebik kesal.

Gadis itu terus meremas perutnya sampai motor kembali menepi, kali ini di depan sebuah tenda pecel ayam. Aisyah mengernyit heran saat Juno turun kemudian melepas helmnya.

Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang