Pagi ini Azzam sedang dilanda kepanikan, pasalnya tadi setelah sholat subuh, Aisyah tiba-tiba mengalami mual hebat. Gadis itu bahkan sudah berlari menuju kamar mandi sebelum Azzam selesai berdzikir.
Azzam yang melihat itu pun langsung bergegas menghampiri, dilihatnya Aisyah sedang berjongkok di samping closet dengan kepala menunduk. Azzam ikut duduk di belakangnya, meraih helaian rambut Aisyah untuk dijadikan menjadi satu ke arah belakang. Sementara tangannya memijat bagian tengkuk berharap bisa sedikit membantu.
Butuh beberapa menit untuk Aisyah berusaha mengeluarkan isi perutnya, sebelum akhirnya tubuh gadis itu bersandar pada dada sang suami yang masih siap siaga berjaga di belakangnya.
"Mual banget tapi nggak ada yang keluar..." keluhnya seraya merangsek masuk ke dalam pelukan Azzam.
"Kamu masuk angin kayaknya, kemaren hujan hujanan kan?" tanya Azzam, tangannya masih setia mengusap punggung Aisyah dengan lembut.
Keduanya kembali ke kamar, Azzam membaringkan tubuh Aisyah di atas ranjang sementara dirinya keluar untuk mengambil sesuatu. Gadis itu masih diam seraya menatap ke langit-langit kamar. Berusaha mengingat sesuatu tapi dia sendiri tidak tau apa yang harus diingat. Seperti ada yang mengganjal hatinya.
Saat masih bergelut dengan pikirannya sendiri, Azzam datang membawa secangkir teh jahe hangat.
"Diminum dulu sayang..." ucapnya sembari membantu Aisyah untuk duduk, beberapa bantal ditaruh di belakang tubuh gadis itu agar lebih nyaman.
"Makasih Mas..." Aisyah meraih cangkir tersebut kemudian meminumnya dengan perlahan. Hangat menjalar dari mulut menuju kerongkongan.
"Kamu istirahat aja ya, kita jenguk Yovela nya besok aja kalo kamu udah baikan..."
"Tapi Mas, kasian dia nggak ada yang nungguin."
"Sayang, jangan cuma mikirin orang lain aja. Kamu juga harus pikirin kesehatan kamu sendiri."
"Nurut oke?"
Pada akhirnya Aisyah hanya mengangguk karena merasa tubuhnya semakin tidak enak, selain mual dia juga merasa pusing.
"Tidur lagi, Mas ke bawah dulu mau bikin sarapan." Azzam membantu Aisyah untuk berbaring, selimut dinaikkan sebatas dada agar istrinya merasa nyaman. Pria itu memberikan kecupan hangat sebelum kembali keluar menuju dapur.
Sebelum memasak, Azzam terlebih dahulu membereskan rumah. Mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring dan gelas bekas semalam, kemudian mencuci baju menggunakan mesin cuci.
Untuk sarapan dia hanya memasak menu sederhana saja. Karena Aisyah sedang sakit jadi Azzam membuatkan bubur dan memotong beberapa buah, tidak lupa segelas susu untuk mempersiap kan kehamilan yang kemarin mereka beli di supermarket.
Sedangkan untuk dirinya sendiri Azzam hanya mengambil selembar roti yang dia oles dengan selai kacang.
Azzam kembali ke kamar membawa nampan berisi sarapan, dilihatnya Aisyah masih terlelap tidur. Tapi mau tidak mau dia harus membangunkan nya karena istrinya itu belum sarapan.
Azzam duduk di tepi ranjang kemudian mengusap pipi Aisyah dengan lembut, gadis itu melenguh karena merasa tidurnya terganggu. Padahal baru saja mual yang dia rasakan sirna.
"Sarapan dulu yuk, nanti tidur lagi..." ucap Azzam, tangannya masih setia mengusap pipi Aisyah.
"Eungg..."
"Kalo nggak makan nanti makin mual sayang..."
Aisyah mendelik tidak suka, "Nanti aja sarapannya, belum kepengen."
"Eitss nggak boleh." Azzam segera menarik tangan Aisyah sampai gadis itu terduduk.
"Liat, Mas udah bikin bubur sama susu. Dimakan dulu nanti baru tidur lagi..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Terindah
Genel Kurgu"Ummi punya satu permintaan, Aisyah mau kabulkan?" "Apapun akan Aisyah lakukan asal Ummi bahagia.." Aisyah membawa tangan Danira untuk dia kecup. "Menikahlah dengan Azzam Nak.." "Iya, Aisyah pasti menikah sama Mas Azzam. Aisyah janji.." Danira te...