| 14. Ummi & Umma

5K 390 3
                                        

Aisyah kira dirinya lah yang paling telat pulang ke rumah. Namun nyatanya saat dia sampai, hanya ada Hanni dan Naufal yang sedang bermain di ruang keluarga.

"Ummi sama Abah lagi pergi, Aisyah mau Umma masakkin sesuatu?"

Begitu kata Hanni saat menyambut kepulangan Aisyah.

Aisyah tidak membalas perkataan wanita itu, dia langsung melengos pergi kemudian masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Begitu Aisyah keluar, Hanni dan Naufal sudah tidak ada di tempat yang tadi.

Ummi dan Abah juga belum pulang, padahal jam sudah hampir menunjuk angka 10 malam.

Aisyah memutuskan untuk menunggu Ummi di ruang tamu, membawa beberapa buku dan mulai mengerjakan sisa tugas yang belum selesai. Walau bukan untuk besok, tapi Aisyah lebih senang menyelesaikan tugas itu jauh-jauh hari.

Gadis itu menelungkup kan tubuhnya di atas sofa, sesekali kepalanya hampir terjatuh karena kantuk sudah mulai menyerang.

Aisyah mengerjap saat suara mobil memasuki halaman rumah, mengucek matanya sebentar kemudian bangkit untuk membereskan buku.

"Ummi!!" seru Aisyah saat wanita parubaya itu membuka pintu, Ummi tersenyum kemudian merentangkan tangan untuk menyambut putri kesayangannya itu.

"Ummi darimana?" tanya Aisyah tanpa melepaskan pelukannya.

"Ummi ada urusan sebentar sayang.."

"Sebentar apaan, Aisyah udah nunggu lama. Terus kenapa muka Ummi pucet? Ummi sakit ya?" wanita itu tersenyum sambil menggeleng kecil.

"Ummi cuma kecapekan sayang.."

Tak lama Abah ikut masuk membawa beberapa kantong plastik, saat melihat keberadaan Aisyah, Salman yang sudah tampak ingin bersuara kembali mengurungkan niatnya. Lelaki itu hanya mengusap lengan istrinya kemudian kembali berjalan menuju kamar.

Aisyah membawa Ummi untuk masuk ke dalam kamarnya, "Ummi duduk sini, Aisyah mau ngambil sesuatu dulu." Danira mengangguk kemudian mendudukkan diri di tepi ranjang.

Aisyah berjalan ke arah lemari pakaian, mengambil sebuah kotak beludru berwarna biru tua.

Gadis itu kembali berjalan mendekat dengan kedua tangan yang dia simpan di belakang punggung.

"Ummi tutup mata dong.." Danira terkekeh, tapi pada akhirnya tetap mengikuti perintah Aisyah.

"Taraaaaa!!" seru Aisyah dengan penuh semangat, dia membuka kotak tersebut kemudian memperlihatkan isinya di depan sang Ummi.

Danira pun membuka matanya, beberapa kali mengerjap untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Wanita itu menatap Aisyah dengan tatapan bingung.

"Ini cincin buat Ummi.."

Danira meraih sebuah cincin dengan permata biru yang begitu indah, matanya menatap Aisyah dengan berkaca-kaca.

"Kamu dapet uang dari mana sayang?"

"Ini- ini buat Ummi?" tanya Danira kembali memastikan, Aisyah mengangguk dengan mantap.

"Maaf kalo Aisyah baru bilang sekarang, tapi Aisyah kerja Ummi. Aisyah beli ini pake uang hasil keringat Aisyah sendiri, semoga Ummi suka ya.."

"Masya Allah Aisyah.." Danira buru-buru memeluk sang putri, air matanya menetes begitu saja karena terharu.

"Kenapa Aisyah kerja Nak? Apa uang yang Ummi kasih kurang?"

"Enggak Ummi, Aisyah cuma pengen belajar mandiri. Aisyah juga pengen kasih hadiah ke Ummi pake uang Aisyah sendiri."

"Tapi kamu masih sekolah sayang, tugas Aisyah cukup belajar aja."

Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang