| 12. Membaik?

4.7K 379 0
                                        

Pagi ini Aisyah bangun karena sentuhan lembut di kepalanya, Aisyah membuka mata dan melihat Ummi sudah ada di sampingnya, melihat senyum yang merekah di bibir sang Ummi membuat hati Aisyah menghangat.

"Sholat subuh dulu yuk Nak, kita udah jarang loh sholat bareng lagi.." Aisyah menghela nafas panjang, perlahan bangun kemudian mendudukkan diri.

"Aisyah wudhu dulu.." Ummi tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya saat Aisyah mengiyakan ajakan itu. Sembari menunggu Aisyah berwudhu, Umi bergegas menyiapkan mukena untuk mereka berdua.

Aisyah dan Ummi sholat di mushola keluarga, Abah mungkin pergi ke masjid, dan Hanni? Entahlah Aisyah belum melihat wanita itu.

Pagi ini tampak normal dengan Ummi yang memasak di dapur, sedangkan Aisyah bersiap untuk pergi sekolah. Tidak lupa Aisyah juga membawa baju ganti untuk nanti dia bekerja, semoga hari pertamanya ini akan berjalan dengan lancar.

Seperti biasa Aisyah memilih untuk membawa bekal daripada harus sarapan di rumah, Ummi juga memberi uang lebih padahal Aisyah sudah menolaknya.

Begitu Aisyah membuka pintu, hal pertama yang dia lihat adalah Azzam yang sedang menenteng sepedanya. Berdiri di halaman rumah Aisyah seakan menunggu gadis itu keluar.

"Bawa sepeda yuk!" seru Azzam dengan senyum yang tercetak di wajah tampannya, Aisyah ikut tersenyum sebelum akhirnya mengangguk.

Keduanya mengayuh sepeda dengan santai..

"Sya.." kaki Aisyah berhenti mengayuh saat suara Azzam memanggil, gadis itu menoleh ke belakang.

"Aku mau minta maaf.." lirih Azzam dengan kepala menunduk.

"Minta maaf buat apa?"

"Minta maaf karena Mas nggak bisa ngertiin perasaan kamu.."

"Lupain aja lah Mas," jawab Aisyah kemudian melanjutkan kayuhan nya.

Kalau saja sejak awal Azzam bisa bersikap lebih dewasa dengan tidak menyalahkan Aisyah, pasti situasinya tidak akan serumit ini. Meski Aisyah tidak terang terangan mengatakan jika dia membenci Azzam, tapi Azzam tau Aisyah pasti sangat kecewa dengan dirinya.

Sekolah memang tidak pernah spesial di mata Aisyah, dia bukan murid yang populer, bukan murid yang banjir prestasi, apalagi aktif dalam organisasi. Hari hari yang dilalui terasa sangat monoton, Aisyah hanya berusaha untuk selalu menyimak pelajaran, dan mengerjakan tugas semampu yang dia bisa. Jika dulu Aisyah cenderung bodo amat dengan nilai, sekarang gadis itu perlahan-lahan mulai memperbaikinya.

"Ayolah Sya, kafe baru loh, lumayan diskon.." Rena masih membujuk Aisyah agar mau diajak mengunjungi kafe baru yang dekat dengan perempatan lampu merah.

"Nggak bisa Renaaa, udah ya aku pulang dulu.." Rena mendengus sebal, tapi pada akhirnya dia pun tidak bisa memaksa.

Azzam yang melihat Aisyah sudah keluar gerbang menggunakan sepedanya langsung bergegas menyusul.

Namun di pertengahan jalan Azzam merasa ada yang salah dengan jalan yang mereka lalui. Jelas ini bukan arah menuju ke rumah Aisyah, karena penasaran Azzam pun memilih untuk terus mengikuti.

Sampai akhirnya Aisyah sampai di stan yang akan menjadi tempatnya bekerja. Di sana sudah ada pria kemarin yang ternyata bernama Andre.

"Kok masih pake seragam?"

"Eh maaf Pak, tadi belum sempet ganti. Tapi saya bawa pakaian gantinya kok.."

"Yaudah, kamu masuk dulu ke dalam. Biar didandani sama karyawan saya yang lain.." Ujar Andre, Aisyah masuk ke dalam bangunan yang sepertinya adalah sebuah toko.

Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang