"Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku, bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku (di hari kiamat)."
(HR. Ibnu Majah no. 1846, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).
...
"Bertahanlah pada seseorang yang mau menerimamu dengan apa adanya dirimu."
.
.
.
.
.
.
.Jangan lupa vote ya!
🍉🍉🍉
.
.
.
.
.
.
.
Setelah Aisha memberitahukan apa yang Syarif katakan kepada Ayya, Ayya pun akhirnya menerima perjodohan tersebut dengan pemantapan hati, dukungan serta istikharah yang dia lakukan.
Hari ini tepat pada hari Jum'at pagi, Ayya dan Syarif melangsungkan akad nikah di rumah Ayya. Acara hanya akan dihadiri oleh para tetangga dekat, dan kedua keluarga belah pihak, terutama Aisha dan Arshan.
Acara akan dilangsungkan jam 9 pagi. Aisha kini masih berada di dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Dia merasakan kegugupan, padahal yang akan menikah bukanlah dirinya melainkan sahabatnya dan sepupunya.
Arshan tersenyum menatap istrinya yang sudah rapi namun hanya berdiam diri di depan cermin dengan wajah gugup.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Arshan menyadari kegugupan istrinya.
"Aisha gugup, Bang. Enggak tau kenapa, padahal yang mau nikah Ayya sama Syarif, bukan kita." ujar Aisha.
Arshan tersenyum mendengarnya. "Mungkin karena kamu adalah sahabat dekatnya Ayya makanya rasa gugupnya nular ke kamu." ujarnya.
Aisha manggut-manggut, membenarkan apa yang dikatakan suaminya itu. Mungkin saja seperti itu.
"Peci Abang mana?" tanya Aisha menatap Arshan yang belum memakai pecinya.
"Di atas kasur. Pakein ya?" pinta Arshan dengan senyuman di wajah tampannya.
Aisha memicingkan matanya namun kepalanya mengangguk setuju. Dia berjalan mengambil peci Arshan yang berada di atas tempat tidur, lalu memakaikannya ke kepala Arshan dengan Arshan yang merendahkan tubuhnya agar Aisha mudah memasangkan peci di kepalanya. Suami Aisha itu semakin tampan kalau memakai peci. Aisha pun sangat menyukainya, apalagi dengan memakai jubah gamis seperti sekarang. Arshan kembali meninggikan tubuhnya setelah selesai.
"Kenapa natap Abang, hm?" tanya Arshan seraya mencolek hidung mancung Aisha. Istrinya itu diam menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Aisha tersadar lantas menunjukkan cengirannya. "Enggak... Aisha cuman suka aja lihat Abang pake pakaian kayak gini, bikin adem." ujarnya.
Arshan tersenyum mendengarnya. "Bisa aja kamu, Sayang."
"Abang, setelah pulang acara nikahan Ayya sama Syarif, kita jalan-jalan yuk," ajak Aisha.
"Jalan-jalan ke mana?" tanya Arshan.
"Terserah aja, yang penting berdua dengan Abang." jawab Aisha dengan senyuman manis.
Arshan ikut tersenyum melihatnya. "Yaudah, tapi jangan jauh-jauh dan lama-lama, kan nanti Abang mau sholat Jum'at." ujarnya.
"Iya Abang." patuh Aisha. "Makasih ya," ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban Do'aku (END)
General Fiction[TAHAP REVISI] JANGAN LUPA VOTE! Minta rela kalau ada kesamaan nama ataupun hal lainnya.🙏 • Pertemuan pertama... Benar saja, sejak pertemuan pertama itulah awal dari dua hati bertemu hingga saling memendam rasa. Sejak saat itu, percikan rindu pun...