9. Jalan-jalan Bersama

918 78 1
                                    

"Kebersamaan keluarga menjadi sempurna, manakala senyuman tiap orang di dalamnya penuh dengan keikhlasan dan saling menyayangi."

لاَ تَسْتَصغَر شَيْئًا مِنْ أَعْمَال الْخَيْر فَرَبُّمَا كَانَ فِيْهِ مِفْتَاح قَلْبُك

"Jangan pernah kamu remehkan kebaikan sekecil apapun, karena mungkin saja di dalamnya itu adalah pembuka daripada hatimu."

(Kalam Ulama)

.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote ya!

🍉🍉🍉

.
.
.
.
.
.
.





Jam 17 : 00

"Kalian mau ke mana, Nak?" tanya Raisa menatap kedua anaknya yang baru saja turun dengan berpakaian yang rapi.

"Kita mau ngabuburit, Mi, ke bazar Ramadhan. Umi ikut atau mau beli sesuatu enggak?" tawar Kevin.

"Enggak deh, Nak. Kalian aja. Tapi kebetulan banget, Umi mau pesan es kelapa ya," ujar Raisa dengan cengirannya. Dia sangat menginginkan minuman es kelapa.

"Iya, Abi juga mau." sahut Hanan dengan senyuman di wajah yang sudah tidak muda itu. Meski tidak muda lagi, Hanan tetap tampan dan awet muda.

"Mau berapa bungkus?" tanya Kevin.

"Dua bungkus cukup untuk kita berempat. Tapi kalau mau lagi juga enggak papa ditambahin." ujar Raisa tersenyum.

Kevin mengangguk patuh. "Yaudah, nanti kita beliin." ujarnya.

"Ini uangnya," Raisa menyodorkan uang dua puluh ribu.

"Eh? Enggak perlu, Mi, pake uang Kevin aja." tolak Kevin lembut. Namun, Raisa menggelengkan kepalanya.

"Enggak, ini aja. Simpan aja uang kamu." kata Raisa tak kalah lembut. Bukan tidak ingin memakan dari uang anaknya, tapi dia tidak mau Kevin mengeluarkan uang. Terlebih dia adalah orang tua dari Kevin. Dia tidak mau merepotkan anaknya, meski dia tahu kalau sebenarnya anaknya itu tidak pernah merasa direpotkan.

"Yaudah," pasrah Kevin seraya mengambil uang yang diberikan Raisa.

"Kita berangkat dulu ya, Bi, Mi, Assalamu'alaikum," ucap Kevin diikuti Aisha. Mereka berjalan keluar.

"Hati-hati di jalannya, Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh." balas Hanan dan Raisa.

Setelah menghilang dari balik pintu rumah, Raisa tersenyum mengingat kedua anaknya itu.

Hanan yang berada di sampingnya pun mengernyit bingung. Dia tersenyum penasaran menatap istrinya itu.

"Umi senang lihat mereka akrab kayak gitu. Ternyata mereka mudah menerima satu sama lain. Umi enggak nyangka, Bi," ujar Raisa. Kini dia menatap suaminya dengan senyuman bahagia.

Hanan melebarkan senyumannya dan mengangguk membenarkan mengingat kedua anaknya itu. "Iya Mi, Alhamdulillah Wasyukurillah. Allah Maha Baik. Abi pun juga enggak nyangka kalau mereka akan sedekat itu." ujar Hanan seraya merangkul istrinya. Dia juga sangat bahagia.

"Iya Bi. Semoga aja mereka bisa seperti itu selamanya," ucap Raisa menyandarkan kepalanya di pundak Hanan.

"Aamiin Ya Allah, semoga aja, Mi." balas Hanan.

Jawaban Do'aku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang