48. Terungkap

678 43 0
                                    

"Mengikhlaskan adalah hal terbaik ketika harapanmu tak sesuai dengan kenyataan. Tetaplah yakin dengan ketentuan-Nya."


...

"Terkadang hidup memang memaksa kita harus mau, harus tegar, harus ridho, harus ikhlas, tapi ternyata di balik itu ada tangan lembut Allah yang menjadikan semuanya indah dan penuh cinta."

-Kalam Ulama-

.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote ya!

🍉🍉🍉

.
.
.
.
.
.
.






"Kenapa kamu terus menatapnya? Apa kamu menyukai Syarif ya?" tanya seseorang.

Ayya yang sedang membaca buku di kursinya, lantas melirik ke arah Dira dan Syila yang sedang duduk di kursi paling depan.

"Eh?" Dira tampak tersadar dan menatap Syila di depannya.

"E-enggak... Enggak kok." jawab Dira terbata.

"Dari tatapan kamu aja udah bisa ditebak kok. Kamu menyukainya kan, Dira?" tebak Syila lagi. Kali ini dengan senyuman menggoda.

Dira tidak bisa berkata apa-apa, dia merasa diciduk oleh temannya itu dan dirinya pun menjadi malu.

"Ciee," goda Syila menyenggol lengan Dira.

"Udah-udah, aku cuman kagum aja bukan suka." bantah Dira pelan. Wajahnya memerah karena malu dan terlihat dari arah Ayya duduk sekarang.

"Kagum sama suka sulit dibedakan loh," balas Syila masih dengan senyuman menggodanya.

"Aihh, kamu ini. Udah ah aku mau ke kamar mandi." Dira beranjak berdiri dan keluar dari kelas.

Ayya yang sedari tadi diam mendengarkan pun merasakan sesak di dadanya. Ternyata dugaannya benar kalau Dira selama ini menyimpan perasaan kepada Syarif.

Ayya beranjak berdiri dan memilih pergi ke perpustakaan. Namun, belum sampai di perpustakaan, Ayya menemukan tempat sepi di koridor. Memang terasa sepi karena sekarang berada di jam pelajaran. Sedangkan kelas Ayya kosong karena dosennya sakit.

Ayya ingin menenangkan hati dan pikirannya. Dia terus dilanda kegelisahan saat mengetahui perasaan Dira kepada Syarif. Kalau Dira menginginkan suaminya, rasanya Ayya tidak sanggup. Apalagi kalau Dira berniat menjadi istri ke-dua Syarif, Ayya tidak rela karena memang dirinya tidak sanggup berbagi.

"Ayya," panggil seseorang dari arah belakang. Ayya familiar dengan suara itu. Dia pun beranjak berdiri dan menghadap ke arah seseorang yang telah memanggilnya itu.

"Kenapa di sini?" tanya seseorang itu yang tidak lain adalah Syarif, suaminya.

"E-enggak papa," jawab Ayya terbata dengan tatapan yang mengarah ke samping Syarif.

"Enggak papanya seorang perempuan pasti ada apanya." kata Syarif seraya menghapus lembut air mata yang membekas di kedua pipi gadisnya itu.

"Coba sini tatap Abang," titah Syarif seraya mengangkat wajah Ayya dengan lembut. Hingga netra indah istrinya itu menatapnya.

"Jujur sama Abang, kamu kenapa? Jangan sembunyiin sesuatu dari Abang. Kita udah menjadi suami istri, jangan ada rahasia di antara kita. Paham?" tanya Syarif lembut.

Jawaban Do'aku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang