Ramaikan disetiap paragrafnya yuk
Jika ada typo, kritik, saran boleh spill ya yang baik.
Happy Reading
Pada kenyataannya waktu hanya sedang membiarkanmu mengumpulkan luka untuk
dirimu sendiri.Sore harinya, Graziel menuruni tangga menuju ruang tamu karena ada seseorang yang menunggu.
Graziel terus menuruni undakan tangga itu sampai tangga terakhir, terlihat sang Mama sedang berbicara dengan seorang pria yang Graziel rindukan.
Mata Graziel sudah berkaca-kaca melihat sosok Papanya yang sedang menatapnya.
Graziel berlari kecil menghampiri sang Papa, "Paa ...," lirihnya saat sampai didekat Papanya.
"P-papa!" panggil Graziel, lagi.Argantara tersenyum tipis. "Ya, Princess?" sahutnya pelan.
"B-boleh peluk?" ragunya, akhirnya Graziel bisa mengucapkan hal yang sangat ia inginkan dan berhasil menepis egonya untuk sesaat.
Argantara bangkit dari duduknya, beliau merentangkan kedua tangannya. "Sini."
Graziel langsung memeluk tubuh tegap sang Papa, menghirup aroma tubuh Papanya yang sudah lama tidak menenangkannya.
Rasanya sangat damai dan tenang, seperti masalah yang tadi menimpanya di sekolah, hilang begitu saja. Bak terhempas angin.
"Pa ... I miss ..," lirih Graziel.
Argantara hanya diam, "Papa?" panggil Graziel lagi, saat tak ada sahutan dari sang Papa.
"Hum?" gumam Argantara.
Graziel langsung melepas pelukannya, ia mendongak guna melihat mata sang Papa.
"Ini bukan Papa yang Ziell kenal," Graziel menggeleng. "Papa berubah." lanjutnya pelan, tentu perkataan Graziel barusan berhasil menusuk hati Argantara.
Gisya yang masih terduduk disoffa itu, hanya menyimak interaksi antara Ayah dan anak yang sudah lama berpisah.
"Tidak ada yang berubah, Papa kembali ke diri Papa yang dulu." ujar Argantara.
Graziel menggeleng dihadapan Papanya. "Enggak! Dulu Papa nggak gini!"
"Dulu. Sebelum ada kamu," sahut Argantara.
Graziel diam, ya mungkin sebelum ia lahir. Sikap dan sifat Papanya memang seperti ini.
"Ziell!" panggil Gisya, Graziel yang paham langsung menurut, ia duduk tepat disamping Mamanya.
Entah karena atmosfer apa, suasana terasa begitu canggung.
Graziel menatap sang Papa dengan sorot mata datar, tidak pernah terbayang dibenaknya balasan Argantara padanya akan seperti tadi. Bahkan Graziel berfikir Papanya juga sama rindunya, seperti dirinya, nyatanya Papanya sama sekali tidak merindukannya.
Graziel bertatapan beberapa saat dengan sang Papa, lewat tatapan itu dadanya terasa begitu sesak. Graziel dengan cepat memutuskan tatapan itu.
"Ekhem." dehem Gisya ketika menyadari suasana yang begitu canggung.
Argantara langsung menormalkan ekspresinya. "Apa kabar, Princess?" tanyanya pada Graziel, kini Argantara berbicara lebih lembut, tidak seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGAZIELL [ Selesai ]
Teen FictionMenghargai sebuah hadir, tanpa membenci suatu kepergian.