4.

61.7K 3.9K 35
                                    

Gantari menatap ke arah Rani dengan takut, entah sudah berapa kali ia menjawab pertanyaan cewek itu dengan menggeleng. Demi tuhan Gantari benar-benar tak tahu siapa yang membocorkan rahasia mereka kepada orang lain bahwa Rani lah pelaku perundungan atas dirinya.

"Jawab jujur sialan! disana cuma ada kita berdua! Lo mau gue suruh orang tua gue buat memperkarakan lagi kasus pencurian perhiasan mama gue yang orang tua lo lakuin tahun lalu!?"
Pekik Rani sambil melemparkan sebuah buku yang berada di atas nakas ke samping kasur Gantari.

Cewek itu lalu meremas kuat rambutnya sendiri, membuat penampilan cewek itu sekarang benar-benar terlihat seperti orang yang sedang depresi.

Gantari melototkan matanya, cewek itu menggeleng kuat yang sedetik kemudian langsung meringis kesakitan sebab gelengan tadi membuat luka melepuh di wajahnya yang belum terlalu kering menjadi sakit.

"Terus siapa anjing kalo bukan Lo!" Raung Rani, mendekat ke arah Gantari, hendak menarik rambut cewek itu sebelum Gantari dengan cepat mengangkat tangannya, memperagakan gerakan seperti meminta sebuah pena dan kertas.

Rani menatap ragu cewek itu sambil meremas rok seragamnya, namun mau tak mau mengambilkan barang yang Gantari pinta dan segera memberikan nya secara kasar kepada Gantari.

Gantari mengambil sodoran itu lalu mulai menggores kertas tersebut menggunakan pena dengan tangan gemetar, hingga tulisannya sedikit susah dibaca.

"Nulis yang bener tolol" teriak cewek itu frustasi sambil mengusap wajahnya kasar, lalu mendorong kepala Gantari dengan telunjuknya kemudian merebut kertas Gantari.

Demi tuhan bukan aku yang ngasih tau, itu pasti mereka. Mereka tau semua rahasia sekolah.

Rani membaca tulisan itu dalam benaknya, dirinya sedikit tertegun saat membaca tulisan terakhir Gantari.

Mereka tau semua rahasia sekolah.

Mereka tau semua rahasia sekolah.

Kalimat itu terngiang-ngiang didalam pikiran Rani hingga membuat badannya gemetar.

"Tolol!" Raung cewek itu sambil menangis.

"Ga mungkin" bisik cewek itu kepada dirinya sendiri, mencoba untuk tak mempercayai itu. Rani kembali menarik-narik rambutnya sendiri hingga beberapa helai ikut tercabut, lalu meremas kertas itu dan melemparkannya ke arah Gantari dengan kuat.

"ANAK PEMBANTU SIALAN!"
Jerit Rani, menatap marah ke arah Gantari. Gantari menatap cewek itu dengan mata berkaca-kaca, merasa kasihan dengan Rani yang biasanya nampak anggun, kini terlihat mengerikan seperti itu. Dan semua itu karena dirinya.

Gantari sadar bahwa dirinya lah penyebab semua ini terjadi. Jika saja dirinya menolak kasih sayang berlebihan yang diberikan orang tua Rani kepada dirinya, pasti kedua orang tua Rani hanya akan mengasihi Rani seorang saja dan seorang Rani akan mendapatkan cinta penuh dari kedua orang tuanya. Jika saja dirinya menarik diri dari semua murid di sekolahnya, pasti Rani sudah mempunyai banyak teman dan menjadi cewek populer di sekolahnya. Jika saja dia tak menerima cinta Alif, pasti Rani tak akan mungkin seperti sekarang.

Gantari tau betul bagaimana sakitnya ketika kita melihat seseorang yang kita sayangi bersama orang lain, perasaan itu lah yang terkadang membuat kita melakukan hal-hal tidak rasional. Karena cinta memang se-menggilakan itu.

Gantari paham perasaan Rani.

Dan karena itulah Gantari kini berjanji, setelah ini dia tak ingin lagi jatuh cinta dengan siapapun kecuali dengan Tuhan dan orang tuanya. Dia akan mencoba melupakan Alif untuk Rani.

Gantari mengepalkan tangan kanannya lalu memutar kepalan tangan itu di dada kirinya.
Mengartikan kata maaf dalam bahasa isyarat.

Rani yang masih diliputi amarah dan perasaan takut tak menggubris cewek itu, ia lantas mengusap kembali wajahnya kasar sambil menghembuskan nafasnya, mencoba untuk bersikap tenang.

Cewek itu merapikan pakaiannya yang sedikit lecek akibat remasan tangannya, lalu merapikan rambutnya. Rani melangkahkan dirinya ke cermin dan menatap dirinya sendiri, perlahan dirinya menangis lagi, ekspresi cewek itu masih sangat jelas terlihat seperti seseorang yang sedang tertekan.

Tak lama, cewek itu menghentikan tangisnya dan mencoba mengusap wajahnya kenbali, sampai wajahnya menjadi sedikit rileks. Cewek itu menghembuskan nafas keras sebelum melangkah keluar ruang inap dan menutup pintu kamar itu dengan kencang. Meninggalkan Gantari sendirian bersama perasaan bersalah nya.

Dari arah luar ruangan, nampak seseorang sedari tadi menatap interaksi mereka melalui celah kecil pada kaca pintu dalam diam. Seseorang itu mengepalkan tangannya seraya menatap tajam sosok yang tengah berjalan menuju keluar.

Dirinya segera beranjak dari tempatnya saat mendengar suara pintu terbuka dan suara jejak kaki seseorang mendekat.

____

Ohiya kyknya aku bakal langsung up aja, kalo bikin naskah dulu suka males nulis. Ini aja ga nulis udah sebulanan :(

Menurut kalian, Riska bodoh atau terlalu baik -->

Check Yes! Juliet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang