Romeo menatap tajam langit-langit kamar nya dalam diam.
Cowok itu terus berpikir tentang mimpi yang di alami nya tadi. Potongan-potongan memori yang hilang perlahan kembali.
Tak ada rasa takut atau trauma sekarang, yang ada hanya keinginannya yang besar untuk membunuh kedua orang itu.
Kakaknya mungkin tidak akan mau hal ini terjadi.
Tapi Romeo bukan kakaknya.Sepertinya membunuh langsung tak akan menyenangkan, Romeo ingin menguliti mereka hidup-hidup, setelah itu memotong jari mereka satu persatu hingga mereka sendiri yang meminta untuk dibunuh.
Romeo bisa melakukan semua hal kejam dan keji seperti itu dengan santai, layaknya anak kecil perempuan saat mencopot tangan, kaki dan kepala mainan berbie mereka. Romeo bukan kakaknya yang lemah, yang mungkin akan mampu mengampuni mereka jika mereka memohon maaf.
Romeo bukan pribadi berhati lembut seperti itu.
Cowok itu akan membalas semua perbuatan mereka yang mengusiknya dengan hukuman yang setimpal.
Karena tangan di balas dengan tangan—
—dan mata di balas dengan mata.Tak ada yang boleh bebas dari hukuman itu, bahkan saat mereka sudah memohon pengampunan sekalipun.
Mengingat kata-kata itu, Romeo jadi ingat, alasan pertama kali dirinya memainkan permainan kartu king di sekolahnya.
Dirinya ingin membalas semua perbuatan buruk orang-orang jahat.
Namun, tepatnya saat dirinya masuk ke kelas 3 SMA, Romeo tiba-tiba saja melupakan sebagian ingatannya, cowok itu bahkan selalu bingung alasan mengapa Rafael selalu mengajaknya untuk memainkan permainan itu. Sampai akhrinya, seiring berjalannya waktu, Romeo menjadi terbiasa, cowok itu bahkan selalu menikmati saat pelaku mendapat ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya. Cowok itu selalu tersenyum lebar di setiap akhir permainan mereka.
Romeo membalikkan tubuhnya menjadi memiring. Tak lama, sudut bibir cowok itu terangkat, memperlihatkan senyum misteriusnya. Entah apa yang akan Romeo lakukan setelah ini. Tapi sepertinya, nasib seseorang akan benar-benar dalam bahaya sekarang.
____
Juliet terduduk di kamar tamu rumah Romeo, cewek itu memijit kepalanya yang pening setelah mengetahui masa lalu Romeo yang baru saja Rafael dan om David ceritakan kepada Juliet.
Romeo mengalami hal mengerikan seperti itu. Juliet benar-benar tak akan sekuat itu jika dirinya yang berada di posisi Romeo. Mungkin Juliet sudah akan benar-benar membunuh dirinya sendiri karena itu.
Selama ini Romeo merasa bersalah karena itu. Cowok itu merasa dirinya yang telah membunuh kakak dan mama nya.
Om David tadi juga menceritakan jika tak lama setelah insiden itu. Mama Romeo yang memang sudah mengidap komplikasi penyakit menjadi stress dan terkekan karena itu, menyebabkan wanita paruh baya itu melemah dan tak lama menghembuskan nafas terakhir.
Setelah kepergian mama nya, mental Romeo makin rusak.
Cowok itu bahkan pernah berkali-kali mencoba melakukan pembunuhan diri. Mulai dari mencoba menabrakkan dirinya ke mobil di jalanan yang sedang melaju kencang, mencoba meminum obat mama nya dalam jumlah yang banyak, mencoba menjatuhkan dirinya dari lantai atas rumahnya, semua sudah cowok itu lakukan kecuali menyilet tangannya sendiri.
Tak ada yang benar-benar berhasil, karena setiap Romeo melakukan itu, seseorang, entah siapa saja datang memergokinya dan segera menahannya. Itu semua membuktikan jika cowok itu sebenarnya benar-benar tak berniat untuk mengakhiri hidupnya, cowok itu hanya ingin mengakhiri penderitaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Check Yes! Juliet [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk di terbitkan🙏🏻] 'Kabarnya, kalau melihat dengan seksama, kebenaran akan tampak padamu.' Semua murid di SMA Cakrawala tau, jika kalian mendapati sebuah kartu 'king' tergeletak di dalam rumah kalian, lari dan bersiap la...