Juliet dapat merasakan kulit lehernya di hisap cowok itu.
"Ahhh sakit Yo!"
Tangan Juliet terangkat untuk mendorong-dorong kepala cowok itu agar segera menyingkir dari ceruk leher Juliet. Sedangkan Romeo yang kesal karena kegiatannya bersama leher kesayangannya diganggu, langsung menggenggam kedua tangan cewek itu dan mengumpulkannya di atas kepala cewek itu dengan satu tangan.
Juliet mencoba menendang-nendang kakinya lagi asal, berharap mengenai tubuh cowok itu dan cowok itu segera menyingkir dari atas tubuh Juliet. Namun Romeo yang kembali merasa sangat terganggu akhirnya mendongakkan kepalanya, menjauh dari ceruk leher Juliet.
"Diemm." Ucap cowok itu.
"Jangan gini, nanti diliat om David." Cicit Juliet, sambil menatap Romeo takut-takut.
Mata cowok itu menunduk menatap Juliet intens, cewek itu terlihat sangat cantik di bawah sini. Mata besar yang tengah menatap Romeo takut, bulu mata yang lentik dan panjang, alis yang rapi, hidung yang kecil. Setiap detail di wajah cewek itu, Romeo menyukainya. Romeo menekan dahi cewek itu pelan, lalu jari cowok itu turun untuk menekan-nekan hidung Juliet dengan gemas, membuat Juliet kebingungan setengah mati. Tulang hidungnya bisa bengkok kalau ditekan-tekan terus seperti ini.
Selain terganggu karena pergerakan cewek itu, Romeo juga terganggu karena kerah seragam cewek itu menutupi leher Juliet yang membuatnya jadi tak leluasa mengeksplor lebih tempat itu. Perlahan, tangan kanan cowok itu turun untuk melepas kancing seragam Juliet, sedangkan tangan kiri cowok itu tetap menggenggam erat kedua pergelangan tangan Juliet di atas kepala cewek itu.
Juliet yang panik melihat Romeo melepas kancing seragamnya, makin menggeliatkan tubuhnya, mencoba membebaskan diri. "Yo! Lepasiinn." Seru cewek itu lagi.
Tiga kancing seragam Juliet telah cowok itu lepas dengan mudah menggunakan satu tangan, sisa beberapa kancing lagi yang Juliet yakini akan kembali dengan mudah cowok itu buka. Merasa cowok itu akan melepaskan seragamnya, Juliet dibawah sana makin menggeliatkan tubuhnya.
"Romeo, please." Cewek itu sedikit meremang saat tangan Romeo tak sengaja bergerak menyentuh dadanya saat sedang membuka kancing seragamnya.
Cowok itu seakan tuli dan tak mendengar permohonan Juliet, malah makin semangat membuka kancing seragam Juliet. Romeo menatap tubuh Juliet berbinar saat sudah melepas semua kancing seragam cewek itu.
Namun saat mendongak menatap cewek itu, Romeo terdiam sejenak saat matanya menangkap sesuatu yang tak asing di pergelangan tangan cewek itu yang masih Romeo genggam diatas kepala cewek itu. Romeo terpaku lama menatap ke arah sana.
"What is this?" Tanya cowok itu, lalu kembali mencoba membuka keseluruhan seragam Juliet.
Juliet tak menjawab, dengan kelabakan dirinya mencoba menutupi lengannya sendiri dari cowok itu. Juliet kini sudah tak perduli lagi akan tubuh bagian depannya yang terekspos, yang Juliet khawatirkan saat ini adalah rahasia yang selama ini Juliet tutupi dari siapapun dengan rapat akan terbongkar.
"What the fuck is this Juliet!" Ulang cowok itu lagi dengan kalut, berharap apa yang di lihatnya tadi bukan suatu hal mengerikan yang ada di fikirannya.
"Eh om David!" Juliet berteriak tiba-tiba, mencoba mengalihkan fokus cowok itu.
Cowok itu tak bergeming, malah makin kuat mencoba untuk membuka keseluruhan seragam Juliet, namun Juliet dengan sekuat tenaga juga mencoba mempertahankan seragamnya. Setelah insiden tarik menarik yang terus berlanjut, Romeo dengan geram lantas merobek paksa seragam cewek itu hingga terkoyak dan terbuka, dan cowok itu akhirnya dapat melihat sesuatu yang ia lihat tadi dengan jelas. Beberapa garis-garis bekas luka di pergelangan tangan hingga lengan cewek itu.
"Lo selfharm?!" Cowok itu menatap Juliet tak percaya.
"Itu.." Juliet terbata. "Itu luka lecet jatuh dari motor, pas naik ojek online." Bohong Juliet.
Cowok itu menarik tangan Juliet lagi dengan cepat lalu meneliti luka itu lagi dengan cemas. Saat melihat untuk yang kedua kalinya, cowok itu semakin yakin dengan pemikirannya. "Lo selfharm sialan!"
Juliet menggeleng panik. "Ini luka biasa."
Cowok itu mengehempaskan tangan Juliet yang ia genggam tadi, lalu bangkit dari tubuh Juliet dengan cepat. Tatapan mata cowok itu menatap Juliet tak fokus lalu menarik rambutnya sendiri tak percaya, raut kekecewaan terlihat jelas di wajah cowok itu.
Garis-garis itu, Romeo hafal sekali berasal dari mana.
"Jadi ini alasan lo selalu make baju lengan panjang sialan ini, bahkan seragam lo lengannya lo buat panjang sendiri sialan!" Teriak cowok itu mengagetkan Juliet.
"Ini luka biasa yo!" Juliet balas berteriak, mencoba menyakini cowok itu lagi sambil menutup kembali tubuhnya dan lengan tangannya.
Ketakutan cewek itu sekarang terjadi, seseorang mengetahui rahasianya.
Bunyi suara pintu terbuka, makin membuat Juliet kelabakan. Cewek itu sebisa mungkin memakai kembali seragam sobeknya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut di atas kasur sambil menahan isak tangisnya.
"Romeo, ada apa? Kenapa ribut-ribut?" Tanya om David. Indra mata pria paruh baya itu tak sengaja menatap ke arah kasur yang terdapat Juliet disana, tengah besembunyi di balik selimut. "Loh Juliet?" Tanya pria paruh baya itu bingung.
Romeo berjalan ke arah Juliet dengan gusar dan tatapan kosong, lalu menyeret tubuh cewek itu ke hadapan om David. Dengan paksa, Romeo menarik kembali lengan baju cewek itu ke atas, hingga memperlihatkan sesuatu yang tersembunyi di balik itu.
Om David mematung seketika, pria paruh baya itu juga mengetahui dengan jelas apa yang tengah Romeo coba perlihatkan kepadanya. Sedangkan Juliet hanya menunduk-kan kepalanya sambil terisak.
"Orang tua kamu tau Juliet?"
Juliet mendongak dengan cepat mendengar itu, dengan panik cewek itu langsung berlutut di hadapan om David.
"Om, Juliet mohon, jangan kasih tau ibu sama ayah. Mereka lagi banyak masalah, jangan sampe mereka dipusingin sama hal sepele kayak gini-"
"Hal sepele kata lo?!" Romeo memotong ucapan Juliet tiba-tiba.
"Lo bisa aja mati sialan!"
"Sialan lo Juliet!" Teriak cowok itu dengan nada yang bergetar. Lalu cowok itu tiba-tiba saja memukul dinding di sampingnya dengan kuat, membuat Juliet kaget luar biasa dan makin terisak. Tatapan mata cowok itu masih terlihat kosong menatap Juliet. Tak Romeo sangka kejadian mengerikan dan paling ia benci seperti ini terulang kembali.
Om David mengusap wajahnya frustasi, mencoba tetap waras. Pria paruh baya itu menuntun Juliet untuk bangkit dari posisi berlututnya. Dengan pelan, pria paruh baya itu memegang kedua bahu Juliet. "Kamu udah pernah ke psikiater nak?"
Juliet mengangguk cepat menjawab itu. "Udah om, tenang aja."
"Bohong!" Romeo menyaut lagi.
"Baru registrasi, tapi udah ada jadwalnya. Juliet ga bohong om. Jangan bilang orang tua Juliet. Juliet mohon." Cewek itu menyatukan kedua tangannya, memohon sambil masih terisak. "Luka ini juga udah lama om."
Romeo menarik rambutnya lagi frustasi lalu berjalan keluar dari kamar tersebut tanpa menatap Juliet. Terdengar pintu terbuka dengan keras, cowok itu membanting pintu tersebut dengan sangat kuat hingga mungkin bisa merobohkan pintu itu.
Sedangkan dihadapan Juliet, om David tengah menatap cewek itu dengan tatapan sendu yang sangat kentara.
"Kita ke psikiater sama om ya nak." Pria paruh baya itu bekata lembut kepada Juliet, lalu mengelus rambut cewek itu sayang.
Tak ingin masalah semakin runyam, Juliet hanya mengangguk saja membalas itu, dengan dirinya yang masih menunduk dan sesegukan di hadapan om David.
____
12 Januari 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Check Yes! Juliet [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk di terbitkan🙏🏻] 'Kabarnya, kalau melihat dengan seksama, kebenaran akan tampak padamu.' Semua murid di SMA Cakrawala tau, jika kalian mendapati sebuah kartu 'king' tergeletak di dalam rumah kalian, lari dan bersiap la...