48.

28.5K 2.5K 55
                                        

Romeo berjalan ke dalam rumahnya sambil tersenyum miring, cowok itu baru saja mendapat peringkat satu di kelasnya dan dia ingin memamerkan itu kepada kakaknya yang kemarin selalu mengejek dirinya yang tidak pernah mendapat peringkat satu.

Sebenarnya Romeo bukan tidak pernah mendapat peringkat satu, hanya saja cowok itu yang memang tidak ingin mendapat peringkat satu.

Romeo benci jika harus menjadi perhatian orang-orang. Dirinya hanya tak ingin membaca pikiran tiap orang yang menatap matanya.

Karena dirinya akan sangat dengan mudah membaca pikiran orang-orang itu jika mereka menatap ke arah Romeo. Dan dia benar-benar benci itu. Dirinya benci saat mengetahui kejahatan apa saja yang telah orang-orang itu lakukan dan pikiran busuk mereka.

Maka dari itu Romeo akan selalu menjauhi segala hal yang akan membuat orang-orang memperhatikannya. Termasuk merendahkan nilainya sendiri hingga dirinya menduduki antara peringkat 10-12. Peringkat yang cukup untuk dirinya tak mendapat gangguan apapun dari orang-orang.

Baru saja Romeo membuka kenop pintu kamar kak Ethan, cowok itu seketika langsung menjatuhkan rapor sekolahnya saat pupil matanya melihat ke arah kakaknya yang kini terbujur kaku di sudut ruangan kamar cowok itu.

Kak Ethan menoleh ke arah Romeo dengan wajah kesakitan sambil memegang pergelangan tangannya sendiri.
"R-romeo jangan." Lirih cowok itu.
Tangan cowok itu perlahan terangkat untuk menyuruh Romeo agar jangan mendekati dirinya.

Sedangakn Romeo didepan sana yang terlihat benar-benar sangat syock dan terperangah, tak mengindahkan ucapan kak Ethan. Fuck, yang ada di kepala cowok itu adalah dirinya harus se-segera mungkin menyelamatkan kakaknya.

Dengan tergesa Romeo menghampiri kakaknya di sudut ruangan.
"What the fuck is going on?!" Teriak cowok itu gusar sambil memegang kedua bahu kakaknya.

"Pergi.."

"Shit! Ayo kita kerumah sakit!" Cowok itu tak mengindahkan larangan kak Ethan, malah mengangkat dan memapah tubuh kakaknya gusar dengan tangan bergetar. Air mata cowok itu perlahan turun mendengar ringisan kakaknya menahan sakit.

"Tahan." Ucap Romeo lagi sambil terisak.

Sialan. Papa dan mama nya sedang tak ada dirumah, hanya dirinya dan kakak nya disini.

"Oh Romeo?"
Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar.

Membuat Romeo yang tengah memapah kak Ethan, segera menoleh ke arah suara seseorang tadi yang menyebut namanya.

"Go please." Bisik kak Ethan sambil meringis. Cowok itu segera mendorong Romeo dan membiarkan tubuhnya sendiri kembali meluruh dilantai.

Romeo yang terdorong menjauh, menatap kakaknya dengan bingung.
"What the fuck?! Let me help you!" Teriak cowok itu.

"Go the fuck outside and save yourself!"
Teriak kak Ethan lagi sambil menangis. Cowok itu menatap Romeo memohon sambil terisak.

Dengan cepat Romeo kembali berdiri dan hendak mendekati kakak nya lagi. Namun sesuatu yang cowok itu tak sadari adalah, seseorang sedari tadi berdiri dibelakangnya sambil memegang tongkat baseball.

Cowok itu terlalu kalut, dirinya tak bisa berpikir dengan jernih sekarang, yang ada difikirannya hanya membawa kakaknya menuju ke rumah sakit sialan.

Baru saja Romeo hendak bangkirt, cowok itu tiba-tiba langsung terkapar tak sadarkan diri saat seseorang memukul lehernya menggunakan tongkat baseball dengan kuat.

Check Yes! Juliet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang