40.

30.1K 2.5K 62
                                        

Juliet menatap ke arah pintu sebentar sebelum menjulurkan simpul kain yang sudah ia buat selama 15 menit tadi, dan melemparkannya ke arah luar jendela. Kepalanya lalu menunduk ke kebawah, guna mengukur seberapa panjang simpul kain tadi dapat sampai ke tanah.

"Lumayan, pas di bawah tinggal lompat." Ucap cewek itu pelan.

Sayang sekali ujung kainnya tak bisa mencapai ke tanah karena persediaan kain bekas cewek itu habis, Juliet tak mungkin memakai baju kaos yang ada dilemarinya untuk mengikat simpul ini, bisa-bisa baju kaosnya melar dan malah menjadi bertambah oversize. Membayangkan tubuh Juliet yang kurus memakai baju geleber-geleber membuatnya meringis.

Memeriksa pintu kamarnya sekali lagi, Juliet mengangguk dan tanpa ragu mengangkat kakinya melewati jendela. Cewek itu memegang kusen jendela dengan kuat saat sudah berada di luar jendela, lalu menutup jendela itu dan menyisakan sedikit agar tetap terbuka. Perlahan tapi pasti, cewek itu turun ke bawah melewati simpul kain yang ia buat tadi dengan hati-hati agar tak terjatuh.

Memikirkan dirinya bisa terjatuh kapan saja, membuat Juliet memegang simpul itu dengan kuat.

Sampai pada ujung simpul kain terakhir, cewek itu menggosok-gosok pantatnya sebentar bersiap mendarat dan melompat ke bawah.

Hap.

"Aahh Sakiitt." Lirih cewek itu pelan, merasakan sakit pada bokongnya yang sialnya mendarat dengan agak keras ke atas tanah.

Mengusap-usap pantatnya lagi, Juliet mencoba bangkit dari posisi terjungkalnya. Setidaknya cewek itu berhasil sampai ke bawah dengan selamat.

Setelah bangkit, cewek itu terlihat menengok ke kanan dan kiri sebentar sebelum kembali mengambil simpul kain itu lagi dan menarik kain tersebut dengan maksimal, agar per yang sudah ia pasang pada kasur diujung simpul kainnya tadi dapat menarik kain kembali masuk ke dalam kamarnya.

tcasss

Cewek itu terlihat menyeringai bangga kepada dirinya sendiri saat melihat kain tersebut dapat kembali masuk dengan sempurna dan mulus ke dalam kamarnya.

"Pentingnya praktek daripada hanya teori." Ucap cewek itu pelan.

Fisika itu mudah dan menyenangkan, kata Juliet. Tapi jika di barengi dengan praktek.
Tentu akan sangat berbeda kalau yang di ajarkan murni rumus, Juliet lebih memilih mencari 7 horcrux voldemort dari pada mengingat semua rumus fisika yang harus ia hafalkan disekolah, membuat otaknya berasap dan langsung not responding.

Huek.

"Shit, Tiba-tiba mual nginget pelajaran kesukaan Romeo." Ucap cewek itu, sambil menutup mulutnya sendiri seperti orang sinting yang tengah menahan muntah.

Juliet menoleh ke belakang sejenak, ke arah rumahnya yang terasa sangat sunyi. Jika ada yang bertanya mengapa dirinya selalu keluar rumah lewat jendela. Selain karena dirinya tak ingin ketahuan sedang keluar rumah malam-malam, rumah mereka yang tak terlalu besar juga menjadi alasan.

Tepatnya dilantai bawah. Karena kosong dan bergema, membuat satu suara ketukan, dapat terdengar di seluruh ruangan meskipun ruangan itu tertutup, apalagi suara kunci yang diputar. Juliet berani bertaruh orang tuanya akan langsung terbangun pada suara putaran kunci yang pertama.

Jangan tanyakan Juliet mengapa dirinya bisa mengetahui itu. Semua itu karena abangnya, cowok itu selalu melakukan itu, membuat ibu atau ayahnya selalu terbangun di malam hari guna memeriksa suara tersebut dan menanyakan cowok itu hendak kemana dan pulang jam berapa.

Benar-benar mengganggu waktu tidur ayah dan ibu, setidaknya lakukan dengan pelan kalau dia sudah tau hal itu dapat membangunkan mereka. Gerutu cewek itu dalam benaknya.

Check Yes! Juliet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang