"Bi, kamu lihat Jeno? Kok dia gak ada di kamarnya," tanya Joy pada jam dua belas malam pada maid mereka.
Wanita tua yang sudah berumur lima puluh tahun lebih itu sontak terbangun dari tidurnya ketika melihat majikannya membuka pintu kamar dengan raut wajah khawatir.
Wanita yang merupakan maid di rumah itu pun menjawab dengan suara lembut, "Jeno ada di kamarnya Non Sena, Bu. Non Sena katanya lagi sakit."
Di sisi lain, kamar besar dengan nuansa pink-abu, dua orang remaja berada di kasur besar yang sama. Sena berbaring di samping Jeno, sedangkan Jeno duduk bersandar di kasur dengan tangan berada di kepala Sena. Keduanya tertidur.
Sena mendadak sakit saat berada di sekolah tadi. Gadis itu demam tinggi, membuatnya harus pulang lebih awal. Begitupun juga dengan Jeno. Jeno harus mengantar Sena pulang dan menemani gadis itu.
Kembarannya sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sena terus menangis dan menggumamkan kata-kata yang menyedihkan.
Gadis itu—seperti bermimpi buruk.
Baru satu jam yang lalu kembarannya bisa tidur dengan nyenyak. Jeno yang tadinya sedang mengelus kepala Sena pun terhenti, karena dirinya telah masuk ke alam mimpi.
Sedangkan di alam mimpi Sena, mimpinya yang indah mendadak suram. Suasana yang cerah, digantikan dengan hujan badai. Dilihatnya seorang gadis duduk dengan kepala menunduk di bawah derasnya hujan, berlutut di hadapan seorang perempuan yang tengah memakai payung.
Tubuh gadis itu ditendang begitu kuat sampai tubuhnya yang kurus tersungkur ke belakang. Gadis itu mulai menangis, membuat Sena yang berada tak jauh darisana pun membulatkan matanya dan tubuhnya mulai bergetar. Matanya mulai terasa panas. Tangannya menarik kuat-kuat rambutnya, kemudian beralih memukul-mukul kepalanya, berharap dirinya bisa keluar dari memori lamanya.
Namun, tiba-tiba sebuah kilatan putih muncul. Detik itu juga dirinya berpindah ke sebuah kelas yang kosong. Dan sebuah teriakan-teriakan terdengar dari dalam kepalanya.
Sosok perempuan terlihat sedang memukul perempuan lainnya. Namun—yang dipukul perempuan itu adalah dirinya.
"SENA!" Jeno berteriak, mengguncang-guncangkan tubuh Sena.
Gadis itu tampak gelisah walaupun sedang tidur. Keringat bercucuran dari tubuh Sena, membuat Jeno sangat khawatir. Jeno terus mengguncang-guncangkan tubuh Sena yang terus bergerak tak sadarkan diri penuh gelisah. Jeno tau, kembarannya kembali bermimpi buruk. Bahkan ia bisa mendengar detak jantung Sena yang berdebar begitu cepat dan kuat.
Sementara Sena, gadis itu terjebak di alam mimpinya sendiri.
"Lo—murahan."
"Sok pinter!"
"SENAA!"
Dan detik itu juga, gadis itu terbangun. Bahunya naik-turun. Jantungnya berdegup begitu kencang. Tubuhnya panas-dingin. Otaknya kembali membawanya ke memori lama—terkelamnya.
Wajah Sena pucat pasih. Rambutnya berantakan. Dadanya terasa sesak. Napasnya terdengar sangat berat. Matanya menyiratkan ketakutan dan kepanikan yang sangat mendalam. Menyiratkan batinnya yang penuh luka.
Dan saat ia menoleh ke samping, dilihatnya Jeno yang menatapnya khawatir. Sorot matanya penuh kekhawatiran. Jeno langsung mendekapnya, membawanya ke dalam pelukannya yang hangat. Sena bisa mendengar detak jantung kembarannya yang berdegup begitu kencang dan cepat saking khawatirnya ia.
Sena, tubuhnya terasa sangat panas. Demam nya tak kunjung turun. Semakin panas daripada tadi sore.
"Sen, are you okay?" tanya Jeno sembari mengelus kepala Sena dengan khawatir karena tubuh kembarannya bergetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Sissy | Lee Jeno
FanfictionLee Jeno yang biasanya penuh dengan cinta. Lee Jeno yang selalu menuruti segala kemauannya tiba-tiba berubah karena sosok perempuan yang merusak hubungannya dengan kembarannya. Ia membenci perempuan itu. Ia membenci perempuan yang menjadi kekasih da...