Karina: Jeno, kamu bisa jemput aku gak?
Karina: kamu juga janji kemarin mau nontonJeno💋: aku minta maaf ya gabisa nepatin janji
Jeno💋: aku lagi jaga SenaDetik setelah pesan itu terbalas, wajah lesu dan datar langsung menghiasi wajah gadis itu. Wajahnya tertekuk dan kusut. Bibirnya mengerucut. Karina mendengus lesu. Bahunya sedikit turun. Jeno kembali mengingkari janjinya.
Hari ini Jeno tidak masuk. Katanya izin. Sena juga tidak masuk karena sakit.
Kemarin, sepulang sekolah, Jeno mengatakan bahwa besok ia akan mengajak Karina untuk menonton di bioskop, tapi sekarang pemuda itu mengingkari janjinya.
Selalu Sena, Sena dan Sena.
Hanya Sena yang bisa membuat Jeno mengingkari janjinya. Jeno bukan tipe orang yang suka ingkar, pemuda itu selalu menepati janjinya. Tapi, hanya Sena seorang yang bisa membuat Jeno menjadi orang yang ingkar.
Karina kembali menghela napas lesu, mengulum bibirnya ke dalam dan berniat berjalan menuju luar kelas seorang diri. Kelas sepi, tidak ada seorang pun selain Karina, karena semuanya sudah buru-buru untuk pulang.
Biasanya, Jeno akan mengantar Sena untuk pulang dulu, baru Jeno akan kembali ke sekolah untuk mengantarnya pulang dan pergi jalan-jalan sebentar. Tapi, akhir-akhir ini mereka jarang untuk bepergian saat pulang sekolah karena gadis menjengkelkan itu. Sena.
Sena selalu merengek, meminta Jeno untuk mampir terlebih dahulu untuk pulang. Jelas alasannya agar Jeno tidak pergi bersama Karina. Jeno pun tidak bisa menolak ajakan Sena, karena Sena adalah kembarannya.
Baginya, Sena adalah prioritas utama. Jadi, tak jarang pula Jeno membatalkan janjian mereka karena Jeno tak bisa menolak ajakan Sena. Walaupun begitu, Jeno akan mengganti waktu mereka di lain hari.
Menurutnya, Jeno bukan orang yang ingkar. Hal seperti tadi tidak termasuk ingkar menurut Karina, karena Jeno punya alasan yang jelas, alasan yang kuat untuk membatalkan perjanjian mereka.
Gadis angkuh, manja, keras kepala, tidak tau diri dan tidak bisa diatur. Lee Sena, kembaran Lee Jeno. Sena benar-benar egois, hanya mementingkan kesenangannya semata.
Ahh ia jadi ingat kejadian tiga minggu lalu, dimana ia bertengkar dengan Sena di dalam gudang, membuat kembaran Lee Jeno itu semakin dibenci oleh kedua orangtuanya sendiri. Apakah ia harus merasa bersalah? Itu—bukan sepenuhnya salahnya.
"Jaemin?" gumam Karina ketika baru saja keluar dari kelas.
Sosok Jaemin datang dari arah belakangnya. Berjalan lurus dengan wajah datar, seperti tidak memedulikan keberadaannya.
Karina menyisir rambutnya ke belakang, kemudian menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang daun telinganya dan tersenyum ketika Jaemin sudah sangat dekat dengannya.
"Mmm, Jae—"
Jaemin tak peduli. Matanya yang kecil menatap gadis itu sinis. Kakinya yang panjang terus melangkah, benar-benar tak peduli dengan sang Dewi Cantik, Karina.
Melihat dirinya diabaikan, Karina, matanya menatap punggung Jaemin yang berlalu dengan tatapan tak bisa diartikan. Tatapannya mempunyai arti yang sangat mendalam.
Kenapa? Kenapa selalu Sena yang mendapat perhatian dari orang-orang? Kenapa?
Sena hanya gadis tidak ber-attitude! Gadis menyebalkan! Gadis sombong dan kasar! Tapi, kenapa orang-orang selalu menyebutkan namanya? Kenapa bukan namanya? Kenapa bukan Karina?
Sedangkan di sisi lain, seorang laki-laki dengan baju kaos berwarna putih baru saja masuk ke dalam ruangan yang dingin, dipenuhi alat-alat rumah sakit.
Jeno terus berjalan dengan nampan besi yang berada di tangannya. Berjalan menuju Sena yang terduduk bermain game dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Sena tampak fokus. Sangat fokus sampai-sampai ia tidak menyadari Jeno telah berada di hadapannya sejak satu menit yang lalu dan pemuda itu sekarang hanya berdiri, menatap gadis itu lembut.
"Makan," ujar Jeno lembut membuat fokus Sena teralihkan. Namun, gadis itu hanya acuh. Menatap Jeno sekilas kemudian kembali beralih menatap ponselnya, membuat Jeno menghela nafas.
Gadis itu segera dilarikan ke rumah sakit setelah melakukan percobaan bunuh diri. Gadis gila itu menancapkan cutter ke tangannya sendiri, berusaha menusuk urat nadinya agar segera mati, namun meleset, hanya membuat luka yang dalam dan pendarahan pada tangannya yang kurus. Hal itu membuat Jeno dan kedua orangtuanya panik setengah mati karena tidak menyangka gadis itu akan senekat itu.
Akibat aksinya itu, gadis itu mengalami pendarahan dan sempat pingsan. Beruntung gadis itu masih bisa diselamatkan, membuat kedua orangtuanya bernafas lega, tak jadi merasa bersalah.
Kemudian, karena itu pula Jeno tidak masuk sekolah. Apapun itu, Sena adalah prioritas utamanya.
"Makan, Sen," kata Jeno lagi, berusaha mengambil alih atensi gadis itu. Namun gadis itu sama sekali tidak menggubrisnya.
Jeno kembali menghela nafas. Rasanya muak, kesal dan geram, namun ia tidak bisa memarahi kembarannya yang baru saja mencoba bunuh diri lagi kemarin. Akhirnya Jeno meletakkan nampan itu di meja kamar inap milik Sena, mengambil ponsel gadis itu cepat kemudian menyimpannya dalam saku kantung celananya.
Melihat itu, mata gadis itu membulat. Tak terima karena sedikit lagi ia akan memenangkan game itu bersama Chenle dan Jisung. Oh iya, Sena selalu bermain game bersama Chenle dan Jisung.
"Apasih lo! Balikin!" gertak Sena. Tangannya yang sedang terinfus berusaha menggapai ponselnya yang ada di dalam kantung celana Jeno.
Jeno menahan tangan Sena, memundurkan langkahnya agar Sena tidak dapat meraih ponselnya, membuat gadis itu semakin marah.
"Jeno! Ganggu banget sih, lo! Gak punya kerjaan apa ya lo!"
"Gue harus jagain lo."
"Gak usah jagain gue! Sana lo!"
"Kenapa? Gue pengen jagain lo, Sen..."
Jangan lupa vote & komen yaa. Dan seperti cerita-cerita aku yang lainnya, cerita ini akan update setiap hari rabu dan sabtu. So, see u hari sabtu🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/317507038-288-k854511.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Sissy | Lee Jeno
FanfictionLee Jeno yang biasanya penuh dengan cinta. Lee Jeno yang selalu menuruti segala kemauannya tiba-tiba berubah karena sosok perempuan yang merusak hubungannya dengan kembarannya. Ia membenci perempuan itu. Ia membenci perempuan yang menjadi kekasih da...