52. LET HER

749 133 30
                                    

"KAMU BENER-BENER YA, SENA! KAMU BIKIN KARINA SAKIT LAGI!"

Teriak sang mama kepada seorang gadis yang tunduk dan menangis di sebuah rumah sakit Seoul.

Karina terluka akibat ulahnya. Tangan dan kakinya dinyatakan patah. Karina mengalami cedera yang sangat parah dan butuh waktu yang lama untuk memulihkan tulang yang patah.

Sena hanya bisa menunduk dan terus menangis. Sungguh, ia tidak sengaja. Ia tidak berpikir Karina akan tertabrak. Sama sekali tidak. Saat itu ia hanya diliputi emosi.

Karena ulahnya, Jeno mendiaminya. Sama sekali tidak berbicara kepadanya karena ternyata Jeno dan sang papa melihat kejadian itu.

Ternyata Karina diajak oleh Jeno, menggantikan Sena untuk menonton bersama. Kemudian, mereka ingin menghampiri Sena bersama-sama setelah film selesai. Kemudian saat film selesai, Karina pergi dengan sangat terburu-buru dan akhirnya menghampiri Sena terlebih dahulu.

Dan ya, semuanya terjadi secara tiba-tiba.

Sena yang sedang menangis dan diliputi rasa bersalah pun melirik ke arah Jeno dan sang papa yang duduk memandanginya dengan tatapan tak bisa diartikan.

Biasanya Jeno akan menolongnya. Biasanya Jeno akan membelanya.

"Tante, ini emang salah Sena. Tapi saya ada di sana. Karina cari masalah duluan—" Jaemin datang membela.

"APAPUN ITU TETAP DIA YANG SALAH! MAMA GAK MAU TAU, POKOKNYA KAMU HARUS MINTA MAAF!"

•••

Jam sembilan malam. Seorang gadis berambut pendek menarik koper-kopernya keluar dari kamar, dibantu beberapa maid nya. Wajahnya terlihat lesu, seperti tak mempunyai semangat untuk hidup.

Kakinya yang jenjang nan putih perlahan demi perlahan menuruni anak tangga. Indra penglihatannya langsung disapa oleh kehadiran kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya berdiri tegak sembari memandangi maid-maidnya yang sedang keluar untuk memasukkan koper-koper Sena ke dalam mobil.

Hanya sang papa yang masih memperlakukannya dengan baik walaupun kemarin ia baru saja membuat Karina terluka parah. Hanya sang papa yang menyambutnya. Hanya sang papa.

Beberapa menit lalu Jeno pergi, katanya ingin menjenguk Karina. Entahlah, Karina sudah diperbolehkan untuk pulang.

"Sena baik-baik ya di sana? Sena kalo kangen, langsung telpon Papa ya, Nak?" kata sang papa dengan suara yang sangat lembut ketika Sena berhambur untuk memeluknya.

Sena, entah kenapa ia langsung menangis. Hatinya terasa panas, begitu pun juga dengan matanya. Ia hanya ingin menangis. Ia terharu papa nya masih memperlakukannya dengan baik walau kemarin adalah insiden yang terbilang tidak bisa dimaafkan.

"Sena kenapa nangis?" Pertanyaan sang papa disertai usapan lembut di kepalanya membuat gadis itu semakin menekan kepalanya terbenam dalam perut sang papa dan menangis semakin deras.

"Maaf ya, Pa..." Hanya kata itu yang bisa ia katakan disela-sela isakannya.

"Maaf kenapa putri nya Papa? Hmm? Jangan nangis gini, dong. Kan mau berangkat," kata sang papa lembut masih dengan tangan yang mengusap tulus puncak kepalnya.

Sena menggeleng pelan. Ia hanya merasa bersalah.

Kemudian, setelah lima menit memeluk sang papa, Sena beralih menatap sang mama. Menjulurkan tangannya berniat untuk menyalimi sang mama. Namun, sang mama hanya diam, memperlihatkan wajah angkuh nya.

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang