28. IMPOSSIBLE

709 116 21
                                    


Pintu kamar Sena dibuka. Suasana tenang langsung menyapa kehadiran Jeno. Sosok perempuan yang sedang tertidur dengan tenang di bawah sinar matahari tampak menenangkan matanya.

Jeno diam sejenak di ambang pintu. Tangannya yang kekar masih memegang gagang pintu. Matanya terus memandangi kembarannya yang sedang tertidur dengan tenang dari jauh.

Sena yang awalnya tidur tenang tiba-tiba sedikit terusik. Gadis itu sedikit meringis karena gorden kamarnya yang terbuka, akibatnya sinar matahari yang menyilaukan masuk.

Jeno perlahan menutup pintu kamar Sena, kemudian berjalan menuju kembarannya. Menutup gorden ungu itu membuat keadaan kamar kembarannya mendadak sedikit gelap karena tidak ada cahaya matahari yang masuk.

Jeno kembali melirik Sena yang tertidur. Tiga puluh detik berlalu dan Jeno masih berdiri di samping Sena tanpa mengalihkan sedikit pandangannya. Sorot matanya tak terbaca. Seakan-akan pikirannya tidak bisa ditebak oleh siapa pun.

Setelah tiga puluh detik berlalu memandangi wajah Sena, Jeno perlahan duduk di kasur Sena, tepat di samping kembarannya. Kemudian tangannya yang penuh dengan urat menonjol itu mengelus lembut kepala kembarannya, masih dengan tatapan tak terbaca.

Namun, saat baru tiga kali tangannya mengelus kepala kembarannya. Tiba-tiba tangan pemuda itu menyugar poni Sena ke belakang, membuat sebuah jahitan yang menonjol terlihat di tepi kepalanya.

Bekas jahitan beberapa minggu lalu karena berkelahi dengan Karina di gudang.

Jeno menatap kembarannya. Tatapannya begitu dalam menelisik wajah kembarannya yang sedikit pucat.

Perkataan Jaemin kemarin terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ucapan Jaemin pada hari Sabtu kemarin sangat mengganggu pikirannya. Perkataannya menusuk tepat di jantungnya. Membuatnya tak bisa tenang sedari kemarin.

"Karina—bukan orang lemah."

"Oh, ya? Ngerusak hubungan lo? Gue sama Sena? Sena is your twins, Jen. How dare you said that she want to ruin your relationship with Karina?"

"Lo gak inget? Kejadian beberapa minggu lalu, kembaran lo sama cewek lo bertengkar di gudang. But guess, siapa yang lukanya paling banyak?"

"I know cewek lo koma. Masuk rumah sakit. Tapi coba lo inget-inget. Pas mereka keluar dari gudang, luka siapa yang paling banyak? Diluar cewek lo koma karena benturan, luka siapa paling banyak, Jen?"

Jika diingat-ingat, Karina tidak memiliki luka. Hanya Sena yang memiliki luka, bahkan kepala gadis itu bocor. Namun, saat itu tidak ada yang mempercayai gadis itu kecuali Jaemin.

Karena Jaemin—melihat semuanya.

Karina, gadis itu bukannya tidak memiliki luka. Karina punya. Hanya sebuah lebam yang tidak parah pada kakinya. Sedangkan Sena? Wajahnya saat itu tampak bengkak, wajahnya penuh luka dan bahkan kepalanya bocor.

Tapi kenapa Karina yang koma? Dokter bilang Karina mempunyai luka dalam yang tidak kelihatan dari luar tubuh. Ada benturan pada kepala dan dadanya. Itu kata dokter.

"Karina—bukan orang lemah."

Kata itu kembali terdengar. Ucapan Jaemin kemarin kembali memenuhi kepalanya. Suara-suara itu terus terdengar di kepalanya disaat tangannya mengelus hangat kepala kembarannya.

Apa benar yang Jaemin ucapkan?

Namun, dengan cepat Jeno menggelengkan kepalanya. Menepis jauh-jauh omongan Jaemin tempo hari. Karina adalah orang yang lemah. Tidak mungkin ia memukul Sena sampai seperti itu.

Tapi—saat Karina dan Ryujin bertengkar kemarin di kantin, wajah Ryujin juga penuh luka cakaran. Wajah Ryujin yang paling parah. Karina hanya mendapat luka cakaran di lengannya.

Dengan cepat, Jeno kembali menatap Sena yang sedang tertidur. Menelisik tiap inci wajah kembarannya. Ada beberapa bekas luka yang tidak hilang. Bekas cakaran.

Jeno mengedipkan matanya beberapa kali. Meneguk saliva-nya cepat, kemudian menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Menepis jauh-jauh keraguan yang datang tentang kekasihnya.

Tidak. Tidak mungkin Karina berani melakukan ini.

"Cewek lo tuh ganjen! Lo tau? Lo tuh cuman dimanfaatin sama dia! Dia juga deketin Jaemin!"

"Jaemin yang deketin Karina, Sen! Jaemin itu mantannya Karina!"

"Yes I know. But guess kenapa dia deketin Jaemin? She said that she was sorry! Dia nyesel! Dia belum move on dari Jaemin!"

"Jangan bodoh, Jen! Gue tau selama ini lo tau! Tapi lo selalu nepis itu semua dari pikiran lo, sama kayak kejadian beberapa tahun lalu! Lo nepis fakta itu dari otak lo dan lo selalu ngeyakinin diri lo kalo gue yang salah! Kalo gue pelakunya! Sampe semua orang percaya kalo kejadian itu gue yang lakuin! Gue tau lo gitu juga ke Karina! Lo ngeyakinin diri lo sendiri kalo selama ini dia cewek baik! GUE TAU!"

Jeno menghela napas. Mengusap wajahnya gusar. Rasa bersalah dan was-was kembali mendatanginya. Apakah selama ini yang Sena katakan benar? Apakah yang Jaemin katakan tentang Karina adalah benar?

Tapi, benar-benar tidak masuk akal Karina melakukan itu. Jika benar Karina melakukan itu, apa sebabnya? Apa masalahnya?

"Gila lo bela dia!? Lo gak liat gue juga luka!?"

"Karina yang mukul gue duluan!"

"Bukti apa lagi yang harus gue kasi, Jen? Kalo selama ini, semua bukti yang gue kasi itu selalu lo tepis!"

"LO JADI ORANG HARUS TERIMA FAKTA! JANGAN NGELINDUNGIN DIRI LO DARI SAKIT HATI DENGAN MANIPULASI PIKIRAN LO SENDIRI!"

Ucapan-ucapan Sena selama ini mulai terdengar dalam benaknya, menggantikan suara Jaemin yang semakin membuat jantungnya berdebar kencang. Suhu tubuhnya panas-dingin mendengar otaknya yang ricuh.

Dirinya kini diliputi rasa was-was dan panik.

Napasnya mendadak menjadi tak beraturan, membuat bahunya naik-turun begitu cepat. Napas nya terasa panas. Tangannya mengepal dengan wajah merah. Saking kuatnya kepalan tangannya, tubuhnya ikut bergetar. Rahangnya mengetat dan bergetar berusaha mengontrol rasa takut, marah dan panik yang tiba-tiba datang.

"Enggak mungkin. Enggak mungkin..."

















Cus yang gak ikut sholat tarwih karena halangan🖐🏻

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang