Langkah yang elegan. Sepatu ber-hak dua centimeter dengan kaos kaki hitam panjang selutut tampak indah di kaki Sena yang jenjang. Rok pendek sepaha tersibak dan berkibar tiap kali kakinya melangkah.
Kedatangannya mengundang perhatian seluruh sekolah.
Matanya yang tajam menatap benci orang-orang yang berani menatapnya terang-terangan, membuat yang menatapnya seketika menunduk dan berpura-pura berbicara dengan teman mereka. Ia benci orang-orang.
Tepat di depan Sena, ada laki-laki tinggi yang kekar memimpin jalannya menuju kelas. Bahunya yang lebar, tatapan tidak peduli yang Jeno layangkan kepada orang-orang yang menatap mereka secara terang-terangan terlihat menarik di mata siapapun. Airpods yang terpasang di kedua telinganya mengalihkan seluruh dunianya.
"Tapi beneran Karina koma gara-gara berantem sama Sena?"
"Gue denger-denger sih, Karina udah sadar katanya."
"Ya siapa suruh ngelawan Sena. Udah tau Sena kayak gitu orangnya."
Mendadak langkahnya yang arogan terhenti. Kedua tangannya ia lipat di depan dada, membiarkan kesan angkuh terpancar dari seorang Sena.
Kepalanya spontan menoleh ke arah siswi yang membicarakannya. Menatap siswi itu tajam. Rahangnya mengeras. Gigi gerahamnya menggelatuk. Dengan langkah angkuh, Sena mendekati kedua siswi itu.
Keduanya langsung menunjukkan ketakutan saat Sena berjalan ke arahnya.
Dengan gerakan tangan yang cepat, kedua tangannya yang kurus menarik kedua rambut siswi itu, membuat kedua kepala siswi yang tadi membicarakannya langsung mendongak. Kini kedua wajah itu terlihat dengan jelas.
Sena menatapnya tajam. "Kayak gitu gimana!"
Teriakan Sena memenuhi koridor sekolah. Seketika hening, hanya suara teriakan marah yang menggema disana. Suasana pagi yang seharusnya indah, kini menjadi mencekam hanya karena ulah satu gadis angkuh ini. Lee Sena.
Kedua gadis itu tidak menjawab. Keduanya menundukkan kepalanya, membuat Sena kembali menarik kepala mereka kuat-kuat sampai keduanya kembali mendongak.
"Jawab lo!" gertak Sena lagi.
Jeno yang terus berjalan itu seketika menghentikkan langkahnya, ketika dentuman lagu miliknya bercampur dengan suara teriakan Sena.
Jeno langsung berhenti. Melepaskan sebelah airpods-nya, kemudian berbalik. Kerutan di keningnya tampak dengan jelas saat tidak mendapati kembarannya berada di belakangnya. Tanpa butuh waktu yang lama, ia mendapati satu orang perempuan sedang melabrak dua orang siswa angkatannya.
Jeno menggeleng, menghela napas, kemudian berjalan mendekati kembarannya dengan tenang.
"Sena," panggil Jeno, berusaha menarik kembarannya yang sedang menjambak dua siswi itu.
Namun, semakin Jeno menariknya menjauh, semakin erat tarikan Sena pada kedua siswi itu membuat kedua siswi angkatannya tertarik ke depan dan mengerang.
"SENA!" gertak Jeno karena Sena tidak mau melepaskan jambakannya.
"LO BILANG APA TADI! JAWAB DONG! GUE KAYAK GIMANA!" teriak Sena semakin meniadi-jadi ketika Jeno terus menariknya.
Tidak berhasil menarik tubuh kembarannya, Jeno berdiri di tengah-tengah antar mereka. Mendorong ketiganya ke arah yang berkebalikan dengan Sena.
Dan hanya butuh dua puluh detik, jambakan Sena pada kedua gadis itu terlepas. Terlihat rambut berantakan dan raut wajah kusut pada kedua gadis itu
"Sena! Lo jangan cari masalah terus!" perintah Jeno kepada Sena yang menatap kedua siswi itu tajam.
"Dia yang bilangin gue duluan!" teriak Sena marah kepada Jeno. Wajahnya merah padam. Pagi-pagi begini ia sudah dibuat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Sissy | Lee Jeno
Fiksi PenggemarLee Jeno yang biasanya penuh dengan cinta. Lee Jeno yang selalu menuruti segala kemauannya tiba-tiba berubah karena sosok perempuan yang merusak hubungannya dengan kembarannya. Ia membenci perempuan itu. Ia membenci perempuan yang menjadi kekasih da...