18. LIVE

779 118 51
                                    

Jam kosong mengisi salah satu kelas sejak tiga puluh menit yang lalu. Akibatnya, kelas menjadi ricuh dan tak beraturan alias berantakan. Seluruh siswa melakukan apapun yang mereka inginkan, seperti pergi ke kantin, mengobrol, tidur, main kartu, menggelantung di pintu, dan bermain game.

Sena, Chenle dan Jisung adalah tipe murid opsi terakhir. Bermain game.

Sena dengan posisi duduk menghadap ke arah Chenle dan Jisung yang ada di belakangnya. Wajah ketiganya tampak sangat fokus memperhatikan ponsel masing-masing.

"Fokus banget, bang," ucap Chenle membaca sebuah komentar yang ada di ponsel satunya. "Woah iya dong. Dikit lagi menang, nih."

Chenle melakukan siaran langsung. Chenle membawa dua buah ponsel. Satunya ia gunakan untuk bermain game dan satunya lagi untuk melakukan siaran langsung di instagram. Ponsel yang ia gunakan untuk siaran langsung Chenle letakkan tepat di depannya, ponselnya menopang pada kursi milik Sena.

"Lo ngomong mulu! Bacot!" kata Sena sebal karena sedaritadi Chenle terus berbicara sendiri.

"Padahal enggak ada yang komen gitu," kata Jisung dengan mata yang masih setia menatap ponsel.

"Dih! Enak aja lu! Banyak nih yang komen!"

"Punya followers juga lo. Padahal lo cupu—"

"Cupu-cupu gini, gue gamer ya! Gue streamer elah!" balas Chenle tak terima dibilangi cupu di depan followers-followers nya. "Cupu-cupu gini followers gue sembilan ribu!"

Sembilan ribu followers? Termasuk banyak. Padahal pemuda itu baru menekuni pekerjaannya ini dua bulan yang lalu.

Sena dan Jisung hanya mengedikkan bahunya acuh, tak peduli akan ucapan Chenle yang membuat Chenle semakin nyolot. Chenle kemudian mengambil ponsel yang ia gunakan sebagai siaran langsung, mengarahkannya kepada Sena dan Jisung yang fokus bermain.

"Nih dia guys. Orang yang bilangin gue cupu nihh. Masa Chenle dikatain cupu." Chenle masih menyorotkan kameranya kepada Sena dan Jisung. Keduanya pun langsung menutup wajah masing-masing.

"Kamu kan sama kayak aku. Cupu—"

"MAU GUE PUKUL YA LO—KAN MATI GUE!" Gadis itu berteriak dan membanting ponsel nya di atas meja milik Chenle membuat Chenle langsung terkejut dan meletakkan ponsel nya di tempat tadi. Wajahnya mulai terlihat was-was.

Karena mati akibat ulah Chenle, Sena berdiri dan menjambak rambut Chenle membuat pemuda itu mengaduh kesakitan dan memegang kedua tangan Sena yang menjambaknya. Alhasil, ponsel yang gunakan untuk bermain game terlepas dari tangannya. Sena yang melihat itu langsung mengambil ponsel milik Chenle dan menekan acak tombol-tombol, membuat pemuda itu ikut mati.

"BABI! KAN MATI JUGA GUE, AHH!" teriak Chenle sambil memegang rambutnya frustasi melihat dirinya mati. Butuh waktu tiga puluh detik untuk hidup kembali.

"Siapa suruh! Cupu sok-sokan nge-streamer!"

Kemudian, terjadilah perdebatan antara keduanya untuk sementara waktu. Hanya Jisung yang duduk dengan tenang karena ia satu-satunya yang tidak mati.

"Yee! Lu gue sleding bener-bener!"

"Gue bilangin Jeno lo! JENO—MMPPPHH!"

Chenle langsung membekap mulut Sena ketika gadis itu akan mengadu kepada kembarannya. Jeno yang sedang fokus belajar di saat jam kosong pun langsung menoleh ke arah Sena. Matanya langsung menyorot tajam ke arah Chenle yang sedang membekap mulut Sena.

Chenle langsung meringis sembari terkekeh garing dan melepaskan bekapannya lembut karena Jeno masih menatapnya.

"Loh? Hanra?" Chenle membaca komentar salah satu followers-nya ketika ia kembali duduk di tempatnya. "Hanra siapa dah? Enggak ada yang namanya Hanra disini."

Seketika tubuhnya menegang. Tubuhnya terasa dingin, sedingin es. Seluruh bulunya terangkat naik ketika mendengar nama 'Hanra' disebutkan oleh Chenle. Sorot matanya yang selalu tajam pun berubah menjadi kosong secara tiba-tiba.

"Itu, cewek yang jambak lo tadi." Chenle kembali membaca komentar tanpa melihat Sena yang terlihat berbeda. "Hah? Itu mah Sena. Hanra darimananya."

"Sena, kamu udah hidup tuh—Sena?" Jisung langsung mengalihkan pandangannya ketika melihat Sena yang terlihat pucat.

Chenle yang mendengar intonasi bingung dari Jisung pun langsung menolehkan kepalanya ke arah Sena. Gadis itu diam mematung. Bibirnya pucat pasih.

"Sen?" panggil Chenle dengan kerutan di keningnya. "Jangan bilang lo kesurupan?"

Mendengar kata itu, Jeno pun langsung berbalik menatap Chenle dan Jisung yang sedang menepuk-nepuk tubuh Sena pelan. Tubuh gadis itu tampak kaku dan tak bernyawa.

Jeno langsung bangkit dari duduknya.

"Kan. Udah dibilangin mainnya jangan aneh-aneh—"

"S-siapa?" Suara Sena bergetar hebat. Matanya terlihat berkaca-kaca. Pergerakannya sangat kaku, berusaha menoleh ke arah Chenle yang terlihat sangat kebingungan.

Chenle mengerutkan keningnya. "Siapa apa? Jangan bilang lo beneran kesurupan—"

"YANG KOMEN!"

Entah kenapa emosinya seketika berubah. Gadis itu langsung menggertak dan berdiri. Sorot matanya yang kosong kembali digantikan dengan sorotnya yang tajam. Jeno dan Jisung hanya diam kebingungan. Tidak mengerti sama sekali.

"Eh? Lo kenapa, sih—"

"MATIIN KAMERANYA!" teriak Sena marah kepada Chenle, namun pemuda itu sama sekali akhirnya hanya diam, menatap Sena penuh pertanyaan.

"Eh? Sen. Lo kenapa. Mana bisa kamera Live dimatiin! Beneran kesurupan ya lo—"

"GUE BILANG MATIIN KAMERANYA!"

Dan spontan, Chenle membalikkan kamera ponsel nya. Memperlihatkan meja dan sepatu-sepatu mereka, karena saat siaran langsung, tidak ada cara untuk mematikan kamera. Kamera akan mati terkecuali live dimatikan.

Dengan cepat, Sena menyambar ponsel milik Chenle, menatap ponsel Chenle dengan mata tajam dan berkaca-kaca.

Gadis itu men-scroll ke atas, mencari-cari sebuah komen yang sudah membawa otaknya kembali ke masa lalu. Dan saat ia menemukannya, matanya membulat. Jantungnya berhenti seketika ketika membaca username dari pemilik yang mengirimkan komentar Hanra.

"H-Hwang Hyunjin..."





















AHAHAHAH BINGUNG GAK

Ini kalo tiba-tiba aku gantung & langsung hilang kalian marah gak ya?

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang