43. HOW ARE YOU?

671 107 29
                                    

"Sena enggak masuk lagi, hmm..." rengek Jisung kepada Chenle dengan bibir yang ia manyunkan ke depan sembari menatap bangku Sena dan Jeno yang kosong.

Hari ini dua kembar itu tidak masuk lagi.

Chenle yang sibuk mencatat pelajaran yang diterangkan guru di papan pun ikut menoleh ke arah bangku Sena. Bangku yang biasanya dihuni gadis berambut pendek dan penghuni tas merah terang itu tidak datang.

Sorot mata keduanya terlihat sendu. Walaupun Sena sudah tidak menganggap mereka berdua teman, tapi mereka akan menganggap Sena adalah teman mereka sampai kapan pun itu.

Kemarin, Sena tiba-tiba saja pingsan saat Yeji–murid baru di kelas Karina itu menyebutkan nama Hanra, yang membuat Sena dibawa pulang oleh Jeno menggunakan mobil milik Haechan. Kabar Sena yang jatuh pingsan itu menggemparkan sekolah. Karena selama ini, gadis itu sama sekali tidak terlihat lemah.

Hanra. Nama itu sudah beberapa kali pernah disebutkan oleh Hyunjin. Chenle semakin tidak mengerti apa hubungan antara Hanra dan Sena. Sena—gadis itu selalu terlihat ketakutan tiap kali nama Hanra disebutkan. Chenle benar-benar tidak mengerti.

Tapi, melihat Jeno yang memukul Hyunjin kemarin sudah membuat Chenle dan Jisung tau bahwa ada masalah antara mereka. Jeno terlihat membenci Hyunjin. Sangat membenci Hyunjin.

"Sena kira-kira sakit apa, yaa?" tanya Jisung pada dirinya sendiri dengan jari telunjuk berada di dagunya. Berpikir kira-kira gadis temperamen itu memiliki penyakit apa sampai akhir-akhir ini jarang masuk.

Semua orang berdiri, merapikan buku masing-masing karena bel istirahat telah berbunyi. Terkecuali Chenle dan Jisung. Dua laki-laki cupu itu masih duduk tenang di tempatnya dengan mata yang masih setia memandang kosong bangku Sena yang tak berpenghuni.

"Si Hanra—maksudnya, Sena. Sena sama Jeno enggak masuk?"

Suara berat menginterupsi keheningan Chenle dan Jisung. Sosok laki-laki tinggi dengan kulit putih bersih masuk dengan seragam yang rapi, namun bajunya ia keluarkan. Meskipun baju keluar, pemuda itu masih terlihat rapi. Dia Hwang Hyunjin.

Mendengar suara tenang milik Hyunjin sontak membuat dua pemuda yang tengah merenung pun berbalik. Dilihatnya sosok Hyunjin berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana dan berjalan pelan ke arah mereka.

"Iya, enggak masuk—"

"Kamu kenapa, sih? Manggil Sena tuh Hanra Hanra terus? Sena kan punya nama. Kamu kalo belum move on sama mantan jangan panggil orang lain pake nama mantan kamu dong!" cerocos Jisung tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Pemuda itu memang asal ceplos.

Cerocosan dari Jisung itu sontak membuat Chenle dan Hyunjin membulatkan mata. Apa yang dibicarakan laki-laki ini?

"Ngomong apaan ni bocil, Le?" Hyunjin bertanya pada Chenle dengan wajah bingung dan jari telunjuk yang menunjuk Jisung yang menatapnya kesal.

Namun, kesan kesal Jisung malah terlihat seperti anak kecil di mata Hyunjin dan Chenle. Seharusnya Hyunjin marah, tapi entah kenapa ia malah memakluminya.

Chenle menggeleng pelan dengan raut wajah meringis memandangi Jisung yang setia menatap Hyunjin dengan sorot mata yang menurutnya tajam. Padahal malah terlihat gemas.

"Mau pulang, dek?" gurau Hyunjin merangkul bahu Jisung tenang.

Namun tangan putih bersih Hyunjin itu langsung ditepis oleh Jisung. "Gak usah sok-sok akrab sama aku, ya! Sebenernya kamu ada hubungan apa sih sama Sena? Kok kamu manggil dia Hanra terus—"

"Ohh, jadi belum dikasi tau, ya?" sela Hyunjin. Sebelah sudut bibirnya terangkat naik. Sorot matanya yang tadi terlihat seperti orang baik pun berubah menjadi sinis.

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang