19. Mengikhlaskan

131 16 1
                                    

Zani keluar dari mobil Zach dan dia tak mampu menahan air matanya lagi. Rasanya sakit sekali mendengar Zach mengatakan hal itu. Ada rasa tak rela ketika mereka akan berpisah. Walaupun dia selalu menolak kehadiran Zach tapi nyatanya dia nyaman berada di dekapan Zach. Dia merasa aman dan terlindungi dengan adanya lelaki itu.

Zani tak menyangka akan bertemu dengan Zach disana. Dia ke Kafe itu untuk mencari inspirasi lagi tapi dia tak tahu kalau Danny membuntutinya. Dia sudah merasa tenang diatas tidak ada orang sama sekali. dia bisa menggunakan tempat itu dengan maksimal. Tapi tiba-tiba Danny datang mendekatinya dan memohon-mohon agar bisa kembali.

Perempuan itu sudah menolaknya berulang kali namun Danny terus saja berulah. Sampai pada akhirnya Lelaki kurang ajar itu mencoba untuk memeluk Zani secara paksa bahkan hendak mencium Zani. Perempuan itu hendak berteriak minta tolong tetapi Danny langsung membekap mulutnya hingga Zani merasa kuwalahan. Tapi dia tak menyerah, dia tetap memberontak sampai Danny mau melepaskannya.

Kejadian itu membuat Zani ketakutan setengah mati. Dia hanya bisa berdoa dalam hati agar ada seseorang yang datang menolong dirinya. dan syukurnya Zach datang di waktu yang tepat sebelum Danny berhasil menggerayangi dirinya.

Zani memejamkan matanya ketakutan ketika Zach memukuli Danny bertubi-tubi. Walau lelaki itu sudah kurangajar ingin melecehkannya tapi Zani tetap memiliki rasa kasihan. Dia melihat Danny sudah lemas, wajahnya pun sudah babak belur. Zani akhirnya meminta Zach untuk mengakhirinya.

Zani masih ketakutan dengan apa yang baru saja terjadi dan Zach disana memberikan kehangatan untuknya. Zani tak menolak pelukan Zach karena dia merasakan ketulusan dan kenyamanan. Walaupun otaknya menyuruhnya untuk berhenti namun hatinya menyuruh hal yang sebaliknya. Zani malah semakin mengeratkan pelukannya pada Zach. Dia seperti menemukan tempat untuk berlindung.

Dan semua itu hilang dalam sekejap mata. Kini mereka sudah benar-benar tak bisa bersama lagi. Memang akan seperti itu pada akhirnya, bodohnya Zani malah menaruh hati padahal dia tahu kenyataannya.

Berpisah sebelum sempat untuk bersama. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi mereka saat ini. mereka akan kembali ke kehidupan masing-masing. Zani akan kembali menjalani kehidupannya yang damai dan tak ada gangguan dari Zach lagi. Mungkin dia tak akan merasa kesal ataupun marah karena tak ada yang akan menjahilinya lagi sekarang.

Zach akan menjalani pernikahannya dengan Valerie dan mereka akan hidup bersama dengan bahagia. Semua sudah ditakdirkan begitu sehingga Zani tak punya hak untuk menentang hal itu.

"Nak, kamu baik-baik saja? kenapa kamu menangis?" Tanya Riana pada putrinya. Beliau memang sudah melihat gelagat aneh Zani sejak dia masuk ke dalam rumah tadi. apalagi putri semata wayangnya itu masuk ke dalam rumah dengan menunduk dan tak menyapa dirinya.

Karena hal itu, akhirnya beliau pun menghampiri putrinya. Dia takut ada hal buruk yang terjadi pada Zani. Riana tahu betul bahwa putrinya itu sangat pintar menyimpan rasa sakitnya. Dia tak pernah menceritakan kesedihannya walaupun ibunya selalu bertanya padanya.

"Eh enggak kok Bu, Aku gak papa. Cuma capek aja." Bohong Zani sembari mengusap air matanya. dia mencoba untuk memberikan senyum terbaiknya pada sang ibu.

Rania menggeleng pelan pada putrinya. tangan beliau terangkat untuk mengusap pelan pipi putrinya yang masih ada sisa air mata.

"Nak, ibu bukan sehari dua hari tinggal sama kamu. Ibu ini yang sudah bertahun-tahun menjagamu sejak kamu dalam kandungan hingga kamu sebesar ini. Kamu tidak bisa berbohong nak, ibu tahu kamu sedang ada masalah, ibu tahu kamu sedang sedih. berulang kali kamu menyembunyikan kesedihanmu nak, tapi untuk kali ini tolong kasih tahu ibu. Izinkan ibu menjadi seseorang yang bisa melapangkan hatimu nak." Pinta bu Riana kepada putrinya dengan penuh kesungguhan.

Disaat itu juga air mata Zani kembali berderai. Ya, dia tahu seharusnya dia tak menyimpan rasa sakitnya sendiri. kini dia akan mencoba untuk menceritakan pada ibunya.

"Kamu tahu nak, hal yang paling berat memang mengikhlaskan sesuatu yang ingin kita miliki. Tapi kamu juga harus ingat bahwa semua yang terjadi pada kita adalah Takdir dari yang Kuasa. Jika memang dia bukan untukmu maka Allah akan datangkan orang yang lebih baik darinya tapi jika Dia memang jodohmu, maka sesulit apapun jalannya pasti dia akan kembali padamu." Nasihat Riana pada putrinya setelah beliau mendengarkan segala keluh kesah putrinya. Zani mengangguk mengerti mendengar nasihatnya dan mencoba membesarkan hatinya untuk bisa ikhlas.

"Tuh kan, awalnya kamu menolak Zach, kemarin di lamar aja kamu galak banget. Sekarang pas dia mau nikah beneran baru deh berasa sedihnya. Kamu tau gak itu karena apa?" Tanya sang ibu lagi yang dijawab gelengan kepala oleh Zani.

"Itu karena ego kamu masih besar. Di otak kamu selalu saja menolak kehadiran Zach karena ini itu, padahal hati kamu sudah nyaman. Kamu lebih memilih akal sehat daripada hatimu. Jadi begitulah Zan. Makanya hargai dia selagi ada. Jangan galak-galak lagi kalau sama Cowo sebaik Zach." Ujar Riana sembari menggoda Zani agar tidak sedih lagi. beliau mencoba sebisanya menghibur Zani agar melupakan masalahnya.

"Kalau cowoknya jahat berarti gak papa dong Bu kalo aku galak?" tanya Zani lagi yang dijawab anggukan pelan oleh bu Rania.

"Emang siapa yang jahat?" mendapat pertanyaan seperti itu membuat Zani bimbang. Dia bingung mau menceritakan masalah Danny atau tidak kepada ibunya? Tapi jika tidak pasti Danny terus direstui masuk ke rumah itu. akhirnya dia memutuskan untuk bercerita saja.

Selama bercerita Zani bisa melihat ibunya begitu emosi dan kesal dengan Danny. Tapi bukan itu tujuan Zani. Dia tak ingin membuat Orangtuanya membenci Danny, namun lebih waspada saja kepadanya.

"Kurangajar betul anak itu. Ibu gak akan kasih ampun. Biar Ayah dan Ibu yang urus Zan. Kamu tenang saja." Bu Rania sudah mengepalkan tangannya erat seakan dia siap untuk memukul habis si Danny itu.

"Bu, please tenang ya. Jangan bilang Ayah masalah ini. biar Ibu sama Zani aja yang tahu." Pinta Zani membuat Ibunya bingung. Kenapa juga Zani melindungi lelaki seperti itu?

"Oke, tapi kalau dia berulah lagi Ibu gak akan tinggal diam loh Zan." Ujar Ibunya dengan nada kesal.

"Iya Bu, dia pasti sudah tidak akan menggangguku lagi." Zani teringat wajah Danny yang sudah babak belur. Tentu saja lelaki itu sudah kapok mendekatinya. Dia pasti tak berani untuk berhadapan dengannya lagi.

Bahkan dia saja tidak tahu dan tak ingin tahu bagaimana keadaan Danny saat ini. Yang penting lelaki itu masih hidup. Sikap kurang ajarnya membuat Zani tak ingin memperdulikannya lagi.

***

Siapa disini yang kesel banget ama Danny? Kita Timpukin pake batu yuuuk..

Emang gak ada Akhlak banget tuh laki..

But Anyway, Thanks for reading guys

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT AGAR AKU MAKIN SEMANGAT NULISNYA...

HAVE A GREAT DAY SEMUA :))

Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang