28. Menjenguk

111 13 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Zach, Tiara datang menjengukmu." Ujar Zani pada kekasihnya itu. Tiara pun menyalami Zach yang masih memanyunkan bibirnya karena keusilan Mamanya tadi.

"Hai Tiara, Long time no see. Gimana kabar kamu?" Tanya Zach dengan senyum ramahnya.

"Hai Pak Zach, kabar saya baik. gimana keadaan bapak sekarang?"

"Stop call me 'Pak' Tiara. Saya sudah bukan klien kamu lagi dan saya juga calon suami sahabat kamu. So please, just call my name." Pinta Zach pada Tiara. Perempuan itupun hanya mengangguk mengerti.

"Well, keadaanku seperti ini. seperti yang kamu lihat sekarang. Everything was fine as long Zani always with me." Jelas Zach dengan santainya. Dia tak pernah malu menunjukkan rasa cintanya pada Zani. Dan Tiara pun tidak terkejut karena mengetahui sejak awal Zach memang menyukai sahabatnya itu.

"Hey girls, come here and enjoy your drink." Panggil bu Zira pada Zani dan Tiara. Mereka pun mengangguk lalu beranjak dari sana. namun Zach tak bisa membiarkan Zani menjauh darinya. Dia menahan tangan Zani hingga perempuan itu terduduk kembali.

"Kamu disini aja Zan, aku ngobrol sama tante dulu." Ujar Tiara yang membuat Zach senyum penuh kemenangan. Beruntungnya ada Tiara yang peka dengan situasi saat ini.

"Aku kangen sama kamu tau. Seharian sama Mama gak asik. Diomelin mulu aku tuh." Oceh Zach dengan nada berbisik. Lelaki itu sudah memeluk erat lengan Zani dan enggan untuk melepaskannya.

"Kamu tuh harusnya bersyukur punya Mama seasik itu. kamu jadi gak bosen kan kalo sama Mama." Nasihat Zani pada lelaki disampingnya itu.

"Tapi enakan sama kamu tau. Kalo sama kamu pasti aku disayang-sayang, kalo sama Mama kena gaplok mulu dah." Zani tak bisa menahan tawanya mendengar curhatan Zach mengenai mamanya.

"Oh ya, Asistan yang akan menjaga kamu itu sudah mulai bekerja?" Zach hanya menjawabnya dengan anggukan pelan.

"Dia kesini jam delapan dan pulang sekitar jam lima sore. Kenapa sih asistannya cowok? Emang yang cewek gitu gak ada?" Tanya Zach dengan polosnya. Tentu saja Zani langsung melayangkan tatapan tajamnya serta memberi cubitan di pinggang Zach.

"Mau apa memangnya kalo Cewek? Awas ya kamu macem-macem." Ancam Zani membuat Zach bergidik ngeri.

"Enggak sayang bercanda doang. Assistan cowok aja cukup kok." Zach mencari aman dengan mengatakan hal seperti itu. lelaki itu perlahan melepaskan tangan Zani dari pinggangnya. Walau tangan perempuan itu mungil tapi kalau mencubit rasanya sakit juga.

"Tangan kamu terlalu cantik untuk mencubitku sayang, mending buat elus-elus aku gini." Zach mengambil tangan Zani dan mengusapkan sendiri ke wajahnya.

"Iya elus-elus gini terus digaplok Zan." Ujar sang Mama yang entah dari kapan ada disana. Tangan bu Zira ikut memegang tangan Zani dan sengaja menamparkan pada pipi Zach. Lelaki itu mengaduh kesakitan dengan perlakuan Mamanya itu.

"Mama ih, bisa gak sih gak gangguin orang lagi beduaan. Sana tuh ngobrol orang ada tamu juga." Protes Zach tak terima waktunya dengan Zani terganggu.

"Kalian tuh belum halal yaah jadi jangan macem-macem. Awas ya kamu Zach. Mama akan terus mengawasi kamu." Ancam Bu Zira pada putranya.

"Zani, ini mama bukannya mau ngusir ya tapi udah malem nak. Kamu pulang istirahat dulu ya. Nanti takutnya Orangtuamu khawatir. Mama ini juga orangtua jadi suka khawatir kalau anaknya pulang malam apalagi kamu ini perempuan." pesan bu Zira pada calon menantunya itu. beliau juga mengatakan hal itu dengan ramahnya.

"Iya Ma, Zani pulang dulu ya. Mama kalau butuh bantuan apa-apa bisa hubungi Zani aja." Bu Zira menjawabnya dengan anggukan pelan disertai dengan senyuman.

Setelah berpamitan Zani pun pulang bersama Tiara. Jam saat itu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Suasana jalanan masih agak ramai sehingga mereka tidak takut pulang malam.

"Beruntungnya kamu punya calon mertua kayak bu Zira Zan. Beliau ramah dan begitu memahami anak muda. Beliau juga sangat perhatian pada kamu." Zani hanya tesenyum menanggapinya.

Belum tahu saja dia kalau disamping memiliki mertua yang baik, dia juga memiliki calon ayah mertua yang begitu menyebalkan. Bahkan Zani menganggapnya ayah yang jahat. Dia masih ingat betul perkataan menyakitkan yang beliau lontarkan untuk Zach.

"Zach terlihat sangat mencintaimu Zan. Terlihat dari tatapannya yang begitu tulus padamu. Aku senang kamu menemukan orang yang tepat dalam hidupmu." Ujar Tiara dengan senyum senang di wajahnya.

"Syukurlah Ra. mungkin semua ini sudah ditakdirkan untukku. walaupun kita harus melewati badai besar ini tapi aku yakin kita bisa melewatinya. Apalagi dengan keadaan Zach yang seperti itu. dia sering pesimis dan putus asa. Aku harus berjuang untuk menguatkan dirinya agar bisa sembuh." Zani mencurahkan segala keluh kesahnya pada Tiara. Dia sudah terlalu pusing untuk memikirkan masalahnya sendiri. setidaknya dia bisa meringankan sedikit bebannya.

"Aku yakin kalian pasti bisa melaluinya Zan. Ketika Allah memberikan suatu ujian pasti Allah juga akan memberikan kemudahan untuk melaluinya. Kamu perempuan yang kuat Zan, aku sudah pernah melalui beribu masalah denganmu dan semua bisa kita lewati bersama sampai kita di titik ini. Begitupun dengan masalahmu dengan Zach, semua akan berlalu seiring berjalannya waktu. Sabar dan ikhlas ya Zan, waktu indah itu pasti akan datang pada kalian." Tiara terus memberi semangat pada sahabatnya itu. walaupun hanya sebuah kata tapi dia berharap bisa membantu meringankan beban pikiran Zani.

"Thanks Ra." ucap Zani tulus pada sahabatnya. Tempatnya berkeluh kesah dan mendapatkan semangatnya kembali.

"My pleasure Zan."

***

Thanks for reading guys :)
Jangan lupa vote and komen yaa

Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang