31. A Soup

81 12 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Loh, Mama kenapa? Kenapa menangis Ma?" Tanya Zach ketika mereka baru sampai di apartemen dan melihat Bu Zira menangis. Zach juga melihat koper disamping Mamanya.

"Mama akan jelaskan pada kalian. kalian kesini dulu." Ujar bu Zira yang dijawab anggukan oleh Zach.

Zani bingung harus disana atau tidak. Dia tak enak jika masalah itu berkaitan dengan masalah keluarga. Rashad sendiri sudah pamit terlebih dahulu karena jam kerjanya juga sudah habis.

"Eum, kalau begitu Zani pamit terlebih dahulu." Ujar Zani tapi ditahan oleh bu Zira.

"Kamu disini saja Zan. Kamu juga berhak mendengarnya. Sepahit apapun yang akan kamu dengar nanti itulah kenyataannya. Kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami jadi kamu juga harus tahu kondisi keluarga kami sebenarnya agar kamu tidak kaget nantinya." Ujar Bu Zira yang membuat Zani mengangguk mengerti. Zani pun akhirnya duduk disamping calon mama mertuanya itu.

"Mama sudah tidak tahan dengan Papamu Zach. Dia tak pernah sekalipun mendengarkan Mama. Dia terus saja membahas mengenai perusahaan, ketenaran dan saham. Mama pusing mendengarnya. menghadapinya uring-uringan setiap saat. Entah apa yang papamu kejar hingga dia berbuat sejauh itu. Dia terlalu memikirkan harta, harta dan harta. Mama muak Zach dengan papamu." Zira mencurahkan segala keluh kesahnya kepada keduanya. Zach sudah tak terkejut lagi karena memang kedua orangtuanya sering bertengkar karena keegoisan Papanya.

"Lalu sekarang Mama mau gimana?"tanya Zach yang juga tak tahu harus berbuat apa.

"Mama mau disini dulu. Biarin Papamu mikir tuh, bisa gak dia hidup sendirian. Coba mau gimana dia hidup tanpa kita. Biar aja dia ngurusin uang-uang yang dia banggakan itu." ujar Bu Zira dengan nada emosinya.

"Maaf ya ma, bukannya Zani mau menggurui atau apa. tapi menurut Zani Sebaiknya mama menenangkan diri dulu. Mengambil keputusan disaat sedang diselimuti emosi tidaklah baik. besok kalau mama sudah tenang dan emosi sudah stabil kita akan bahas lagi gimana solusi terbaik ke depannya." Zani memberikan pendapatnya dengan nada yang lembut.

"Iya nak, terimakasih ya. Kamu sudah mau mendengarkan keluh kesah Mama." Bu Zira tersenyum lembut kearah Zani. Beliau begitu bersyukur memiliki calon menantu seperti Zani.

"Sama-sama Ma, gak usah sungkan gitu ya Ma. Sebisanya jika Zani bisa membantu pasti akan Zani bantu." Bu Zira mengangguk mengerti.

Kemudian beliau pamit untuk beristirahat terlebih dahulu. Memikirkan masalah seperti itu pasti kepalanya menjadi pening. Setelah bercerita kini beban di dadanya sedikit berkurang.

"Zan, kalau kamu mau pulang tak apa. Sudah ada mama disini." ujar Zach mengingatkan Zani.

"Aku siapin makanan dulu ya sebelum pergi. Biar kalian bisa langsung makan malam nanti." Tawar Zani yang awalnya ditolak oleh Zach. Lelaki itu mengatakan akan memesan makanan saja dari luar tapi Zani tak keberatan jika harus memasak untuk mereka.

"Zach sekali ini saja aku ingin kamu mencoba masakanku. Biar kamu gak kaget nanti pas kita nikah dan gak nyesel juga kamu kalo mau nikahin aku." Ujar Zani dengan senyum jahilnya.

Zach pun tak mampu menolak dan mempersilahkan Zani menggunakan dapurnya untuk memasak. Untung saja di kulkas ada banyak sayuran. Kemarin Mamanya sudah berbelanja banyak sayuran. Pastinya sang Mama juga akan memasak disana hanya saja belum sempat karena tak ada waktu.

Zani mengambil beberapa bahan untuk memasak sayur sop ayam dan juga perkedel kentang. Dia mulai meracik sayur-sayuran dengan lihainya. Walaupun jarang menyentuh dapur tapi kemampuan memasaknya tak perlu diragukan lagi. ya, standar lah yang penting bisa dimakan.

Zach hanya memperhatikan Zani dari kejauhan. Dia begitu beruntung memiliki Zani dalam hidupnya. Kecantikan perempuan itu bertambah berkali-kali lipat ketika sedang fokus memasak. Dia jadi sudah punya gambaran ketika sudah menikah nanti dan Zani memasak di dapur untuknya. Pemandangan yang akan selalu ia nikmati setiap harinya.

"Ngeliatin apa sih sampe gak kedip gitu?" Tanya Zani pada Zach yang sedari tadi memperhatikannya.

"Lagi lihatin masa depan." Celetuk Zach yang membuat Zani geli. Dasar lelaki itu memang pandai menggombal.

Tak lama semua makanan pun siap. Nasi sudah matang, sup ayam juga sudah siap disajikan serta Perkedel kentang dan tak lupa sambal tomat. Makanan rumahan yang pastinya menggugah selera.

"Sudah siap semua. Kamu mau makan sekarang?" Zach mengangguk menjawab pertanyaan Zani. Lelaki itu sudah tak sabar ingin merasakan kelezatan makanan calon istrinya itu.

"Tapi kamu juga makan ya." Zani mengangguk setuju.

"Aku ambilin Mama makan dulu ya. Biar beliau makan di kamar saja." Zach mengangguk pelan lalu tersenyum kearah Zani.

Perempuan itu tak hanya mencintai dirinya namun juga mencintai Mamanya. Dia terharu melihat bagaimana dia memperlakukan Mamanya dengan begitu baik.

"Wow. Masakan ini aku kasih rating 100/10. Makanan resto aja kalah sih Zan." Puji Zach setelah mereasakan beberapa suap makanan Zani.

"Yaiyalah, di restoran mana ada sayur sop ama perkedel doang." Zani menanggapinya dengan tawa.

"Enggak sayang, ini tuh enak banget. Kamu juara sih." Pujinya lagi membuat Zani berbunga-bunga dibuatnya. Dia selalu senang jika seseorang memuji masakannya. Rasa lelah ketika memasak hilang seketika.

Setelah selesai makan Zani menyiapkan obat Zach dan menungguinya sampai selesai. Dia membereskan meja makan serta dapur sebentar baru lah dia bersiap untuk pulang.

"Thanks ya sayang. Padahal kamu sudah capek tapi masih menyempatkan memasak dan melakukan banyak hal untukku." ujar Zach berterimakasih. Dia tak tahu lagi jika Zani tak ada pasti hidupnya tak akan semudah ini dijalani.

"Apasih Zach, Cuma gitu doang. Udah ya aku pulang. Pamitin sama Mama. Aku lihat tadi udah tidur." Ujar Zani yang dijawab anggukan oleh Zach.

***
Thanks for reading guys :)
Don't forget to vote and comment yaww :)
See u next chapter =>>

Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang