25. You're Enough

116 13 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Zach! Aku merindukanmu Zach." Tiba-tiba saja seorang perempuan menghampiri mereka. perempuan itu langsung memeluk Zach yang saat ini terkejut dengan perlakuan tiba-tiba itu.

"Val, kamu ngapain sih." Zach berujar kesal sembari mendorong Valerie untuk menjauh. Entah darimana datangnya perempuan itu hingga bisa berada disana.

"Zach maafkan aku. Orangtuaku melarangku untuk menemuimu. Mereka membatalkan pernikahan itu tanpa persetujuan dariku." Valerie mulai menangis memohon agar Zach memaafkan dirinya.

"Val, stop it. Kita sudah berakhir. Aku menyetujui keputusan orangtuamu. Jadi tolong kamu jangan ganggu aku lagi." Ujar Zach tegas. Dia tak habis pikir Valerie masih tetap mengejarnya walaupun keadaannya seperti ini.

"Zach tapi aku benar-benar mencintaimu. Aku tak pernah sedikitpun menginginkan pernikahan itu berakhir. Aku masih ingin bersamamu Zach." Zani yang mendengar hal itupun sontak terkejut. Dia ingin melepaskan genggaman tangannya dan pergi dari sana namun Zach menahannya. Lelaki itu tak membiarkan Zani untuk pergi dari sisinya.

"Tapi aku tidak Val. Maaf Vale, sedari awal kamu tahu aku tak pernah setuju pernikahan itu terjadi. Aku tak pernah memiliki perasaan untukmu. Dan mungkin ini sudah menjadi takdir kita Val. Kita memang bukan ditakdirkan untuk bersama." Zach mencoba memberi pengertian kepada Perempuan itu dengan nada yang lembut. Dia juga tak mau menyakiti hati Valerie.

Valerie berdecih dan menatap tajam kearah Zani. Tatapannya sudah seperti ingin memakan hidup-hidup perempuan di hadapannya itu.

"Ini pasti gara-gara dia. dasar perempuan perebut laki orang. Kamu gak pantas hidup!" Valerie tiba-tiba menyerang Zani dengan menarik rambutnya kuat hingga kepala Zani terasa pening.

"Vale, hentikan! Kamu gila?" teriak Zach sembari mencengkram tangan Valerie erat. Dia perlahan melepaskan tangan Valerie dari rambut Zani.

"pasti dia kan alasanmu membenciku? Pasti dia kan yang membuatmu ingin membatalkan pernikahan kita?" Valerie berbicara dengan nada tingginya. Napasnya terengah-engah karena amarah.

"Satu-satunya perempuan yang aku cintai adalah Zani dan dia tak ada sangkut pautnya dengan pembatalan pernikahan itu. Aku mencintainya terlebih dahulu." Zach berujar tegas kearah Valerie. Dia berharap Valerie akan mengerti posisinya sekarang ini.

"Tapi Zach..."

"Valerie! Pulang kamu!" sebuah teriakan dari seorang lelaki paru baya kini terdengar. Lelaki itu datang kearah mereka dengan wajah marahnya. Valerie yang melihatnya pun langsung ketakutan.

"Papa, aku hanya ingin bertemu Zach Pa." Pinta Valerie dengan wajah memelasnya. Tapi Papanya masih saja memasang muka garang.

"Pulang Val! Kamu tau kan akibatnya apa jika kamu terus menentang Papa?" Ancam lelaki itu membuat nyali Valerie menciut.

"Lagipula apa sih yang kamu harapkan dari seorang lelaki cacat sepertinya? Dia bisa apa? Hanya menyusahkan hidupmu saja. Pulang dan Papa akan carikan penggantinya yang bahkan lebih kaya dari dia." Ujar lelaki itu begitu menusuk. Zani sudah bersiap untuk melawan namun Zach menahannya.

Rasa sakit jambakan Valerie tadi seakan tak ada apa-apanya dibandingkan ucapan tajam dari lelaki yang merupakan Ayah dari Valerie. Zani bisa saja membungkam mulut lelaki itu jika Zach tidak melarangnya.

"Pa, tapi Val gak mau Pa." Valerie masih saja merengek meminta agar bisa bersama Zach.

"VALERIE ZEFANYA." Papanya sudah mengeluarkan suara seperti memberi ultimatum. Valerie pun mulai ketakutan dan akhirnya menuruti Papanya untuk pergi dari sana. lelaki itu hanya tersenyum miring melihat kearah Zach tapi Zach tak memperdulikannya.

Setelah kepergian mereka, Zach baru sadar kalau Zani menangis disampingnya. Dia langsung mengusap kepala Zani yang tadi dijambak oleh Valerie.

"Sakit ya sayang, maaf ya kamu jadi kena jambak gini. Mana yang sakit?" tanya Zach dengan nada khawatirnya.

"Aku menangis bukan karena jambakan itu Zach, tapi karena aku tak bisa membelamu ketika kamu dicaci maki oleh dia. manusia apa yang tega berkata seperti itu. Kalau saja kamu tak menahanku sudah aku sumpal mulutnya tadi dengan batu itu." Ujar Zani dengan nada kesalnya. Zach pun tertawa melihat kekasihnya yang begitu tulus ingin membela dirinya.

"Kenapa ketawa sih Zach? Apanya yang lucu coba?" Tanya Zani sembari menghapus air matanya.

Zach membelai pipi Zani dan membantu perempuan itu menghapus bekas air mata yang masih tertinggal disana. "Kamu tuh lucu kalo lagi marah." Ujar Zach dengan kekehan kecil.

"Makasih ya sayang kamu selalu berusaha membelaku ketika orang-orang itu mencaci maki ku. tapi aku juga banyak belajar bahwa membalas omongan buruk mereka tak perlu memakai emosi. Aku tak akan memperdulikan perkataan mereka karena disampingku sudah ada seseorang yang siap membantuku untuk bangkit kembali. Aku hanya akan mendengarkan perkataan positif darimu saja. Aku hanya akan mendengarkanmu dan mengabaikan gonggongan anjing diluar sana Zan." Ucapan Zach pun membuat Zani terharu. Lelaki itu selalu bisa membuat hatinya tersentuh dengan kata-kata indahnya.

Zani tak mampu berkata lagi. dia hanya mengulas senyumnya kearah Zach kemudian memeluk lelaki itu erat. Dia tahu betapa sakitnya hati Zach ketika mendapat cemoohan seperti itu tetapi dia memilih untuk diam dan tak memperdulikannya.

Setelah suasana haru itu, Zani mengajak Zach untuk kembali ke dalam. Lelaki itu harus kembali dan meminum obatnya.

"Kalau kamu udah sembuh terus Valerie mau nikah sama kamu, gimana?" Tanya Zani iseng-iseng.

"You're Enough Zan." Hanya itu yang diucapkan oleh Zach dan berhasil membuat Zani tersenyum tak jelas.

***

Thanks for reading gaiss...
See u next chapter :))

Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang