30. Reveal

118 13 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"

Wah indahnya. Ternyata luas juga ya tamannya." Gumam Zani takjub.

Walaupun matahari waktu itu terik tapi pepohonan disana membuatnya terasa sejuk. Mereka duduk di bawah pohon yang rindang sehingga tak terkena teriknya sinar matahari.

"Shad, nih kamu beli makanan apapun. Tuh pakai mobilnya. Kamu mau mampir main dulu juga boleh. Kamu belinya di amerika juga lebih bagus. Pokoknya santai aja di jalan gak usah ngebut." Perintah Zach pada Rashad. Lelaki itupun mengangguk mengerti lalu menerima beberapa lembar uang seratus ribuan dari Zach.

Akhirnya dia bisa memusnahkan satu pengganggu itu dari hidupnya. Kini ia bisa bebas menghabiskan waktu berdua dengan Zani. Setelah sekian lama terganggu dengan Mamanya, kini dia tak perlu risau lagi.

"Zan, itu pada ngelihatin kita deh." Ujar Zach mulai merasa rendah diri.

"Biarin aja sih, mereka kan punya mata. Wajar lah ngelihatin." Jawab Zani dengan santainya. Dia tak peduli dengan omongan orang yang buruk tentangnya. selama dia tak melakukan kesalahan dia tak perlu khawatir tentang apapun.

"Oh ya Zach, sebenarnya aku penasaran dengan satu hal. Mengenai kecelakaan itu apakah sudah selesai di selidiki?" Tanya Zani yang baru teringat mengenai pertanyaan yang sudah lama ia pendam. Dia selalu ingin menanyakan perihal itu tapi dia menunggu waktu yang tepat.

"Sudah, bahkan aku sudah mendapatkan kabar itu setelah beberapa hari aku sadar." Ujar Zach dengan santainya.

"Lalu apa hasilnya? Kenapa kamu bisa menabrak pembatas jalan?" Tanya Zani beruntun.

"Rem ku blong dan itu ulah seseorang. Aku punya bukti CCTV dan tahu persis siapa dalangnya. Tapi biarlah. Aku tak peduli." Zani terkejut mendengar penuturan Zach barusan.

Dia tak percaya Zach bisa melepaskan seseorang yang telah melukainya. Apalagi sampai separah ini.

"Siapa Zach? Kita harus laporkan ke polisi. Dia sudah membuatmu seperti ini loh. Jika kamu tidak mau lapor biar aku saja yang melaporkannya." Ujar Zani menggebu.

"Calm down sayang. Aku akan memberitahumu tapi aku harap kamu tidak menyalahkan dirimu sendiri nantinya." Ujar Zach semakin membuat Zani penasaran.

"Siapa orangnya?" tanya Zani lagi mendesak Zach untuk menjawabnya.

"Danny."

Mendengar nama itu lagi membuat amarah Zani meningkat. Lagi-lagi lelaki itu yang mengganggu hidup mereka. kenapa dia selalu saja membuat masalah dengannya. pasti Danny melakukan hal itu karena tidak diterima atas kejadian pemukulan malam itu. lalu dia langsung balas dendam dengan mensabotase mobil milik Zach.

"Lalu kenapa kamu memilih diam Zach? Kenapa kamu tak menjebloskan dia ke penjara?" tanya Zani penasaran. Jujur saja dia sudah tak habis pikir dengan tujuan Zach tidak melaporkan tindakan buruk Danny padanya.

"Percuma Zan, lelaki licik sepertinya akan selalu punya seribu cara untuk keluar dengan mudahnya. Jika aku melaporkannya lagi dia pasti akan melakukan hal yang lebih buruk lagi. aku tak mau sampai dia melukaimu. Aku akan menghentikannya sampai disini." Zani tersentuh dengan alasan Zach.

Lelaki itu selalu memprioritaskan keselamatan Zani. Bahkan di titik terlemahnya saja Zach masih setia mengutamakan keselamatan Zani.

"Aku akan berbicara dengannya Zach. Aku tak akan membiarkannya hidup tenang." Zani mengatakan hal itu dengan penuh amarah. Dia tak terima jika Danny bisa lolos begitu saja.

"Zan, aku tak akan membiarkanmu pergi menemuinya. Cukup Zan, biarkan saja dia. aku yakin dia tak akan mengganggu kita lagi." ujar Zach dengan penuh permohonan. Dia benar-benar meminta agar Zani tak menemui lelaki brengsek itu lagi.

"Maaf Zach, gara-gara aku..."

"Cukup Zani. Bukankah kamu tadi sudah setuju untuk tidak menyalahkan dirimu sendiri? jadi aku minta kamu tidak membahas hal itu lagi. kamu tak perlu minta maaf untuk apapun." Tukas Zach sebelum Zani sempat menyelesaikan ucapannya.

"Lebih baik kamu bantu aku latihan berjalan. Kamu mau kan?" Zani mengangguk bersedia.

Perempuan itu langsung membantu Zach untuk berdiri. Dia memegang erat tangan Zach dan menyemagati Zach agar bisa melangkahkan kakinya. Perlahan tapi pasti Zach mulai menggerakan kakinya.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah dan langkah selanjutnya dia sudah tak kuat lagi. Zani tak mampu menopangnya jadi mereka jatuh bersamaan di rumput. Untung saja rumput itu tak terlalu keras jadi mereka tak merasakan kesakitan. Mereka malah tertawa bersama setelah terbaring di hijaunya rerumputan.

"Good job Zach. Kamu sudah bisa berjalan beberapa langkah. I know you can do it well." Puji Zani dengan bangganya. Walau hanya beberapa langkah, Zani tetap mengapresiasi perkembangan Zach agar dia terus semangat berlatih.

"Itu semua berkat kamu Zan. Thanks for everything you do for me."

Mereka berbincang santai sembari menatap birunya langit dan merasakan sejuknya angin di siang itu. mereka merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam waktu yang bersamaan. Tak ada hal yang lebih indah daripada menghabiskan waktu bersama seseorang yang dicintai.

Walau hanya dengan cara yang sederhana mereka tetap bisa menikmatinya. Waktu-waktu yang mereka ciptakan untuk bersama itulah waktu yang berharga. Tak perlu tempat mewah dan megah, yang mereka perlukan hanyalah tempat yang nyaman untuk berbincang berdua.

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada sepasang mata yang menatap tidak suka kearah mereka. Dia benci melihat mereka tertawa bersama. Dia benci melihat mereka merasakan bahagia. Sedangkan dia sendiri harus merasakan yang namanya kesendirian.

"Tertawalah selagi kalian bisa. Kita tunggu waktunya sampai kalian akan merasakan sakit bersama." Ucap seseorang itu dengan senyuman miring di wajahnya.

***

Terimakasih sudah membaca
Ikuti terus kisah Zani dan Zach ya gaiss
Jangan lupa vote dan komentarnya agar aku semangat update cerita..
Thanks All and have a great day !

Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang