***
Zach terbangun dari tidurnya karena merasakan punggungnya terasa kebas. Tak terasa dia tertidur di samping sang Ayah. dia tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya ia sandarkan di ranjang sang ayah. dia merasa lelah dan ngantuk sehingga tidur di sembarang tempat pun bisa.
Zach melihat sang ayah yang belum membuka matanya. dia menatap sedih kearah beliau dan berharap ayahnya bisa cepat sadarkan diri. Zach menggenggam tangan sang Ayah dan menatap wajah pias beliau.
"Papa, cepatlah bangun. Zach akan menjadi anak yang baik untuk Papa. Maafkan Zach karena sering membantah papa selama ini." ujar Zach dengan nada penuh penyesalan.
Lelaki itu mengusap matanya yang mulai berkaca-kaca dan beranjak dari sana lalu pergi ke kamar mandi. dia membersihkan dirinya yang terasa kacau. Sepeninggal Zach ternyata pak Zaid membuka matanya. sebenarnya beliau sudah bangun sedari tadi. beliau tau Zach ada disampingnya untuk menjaga dirinya.
Air mata beliau keluar tak tertahankan. Beliau merasa tersentuh dengan apa yang putranya itu lakukan. Beliau merasa bersalah selama ini mengekang Zach dan membuat putranya hampir membenci dirinya. dia ingin menjadi Ayah yang baik bagi putranya tapi dia sadar cara yang dilakukannya salah.
"Papa ! syukurlah papa sudah sadar." Pekik Zach senang. Dia langsung menghampiri sang ayah yang hanya menatap dirinya sendu.
"Papa kenapa menangis? Ada yang sakit? aku panggilkan dokter ya." Zach hendak pergi memanggil dokter tapi sang Ayah melarangnya.
"Mi-num." Ujar pak Zaid terbata.
Karena penyakitnya itu pak Zaid juga jadi kesulitan berbicara. Dia berbicara dengan nada terbata dan sedikit tidak jelas. Tapi kata dokter kondisi itu hanya sementara. Pak Zaid akan bisa berbicara dengan lancar lagi seiring dengan pengobatan dan terapi yang dijalani nantinya.
Dokter juga sudah menerangkan kemarin, tapi hal itu hanya sementara. Jika terus dilakukan pengobatan maka pak Zaid akan berangsur membaik dan kondisinya akan kembali lagi.
Disana Zach benar-benar menjaga Papanya dengan baik. dia membantu Papanya ke kamar mandi, memandikan beliu, menemaninya selalu, bahkan saat ibunya sudah ada disana dia tetap ingin menjaga sang Papa.
"Zach, istirahatlah nak. Biar Mama yang menjaga Papamu." Ujar bu Zira pada putranya yang nampak lusuh itu. wajahnya sudah berantakan karena memang belum istirahat sedari tadi.
"Pu-lang..pu-lang." Ujar sang ayah sembari menggerakan tangan yang satunya untuk mengisyaratkan pada Zach agar pulang terlebih dahulu.
"Baiklah. Zach pulang dulu sebentar ya Pa. Nanti aku akan kembali kesini." ujar lelaki itu dengan nada lembutnya. Pak Zaid pun mengangguk pelan dan tersenyum pada putranya.
Setelah Zach pergi, barulah pak Zaid menangis tanpa suara. Bu Zira yang melihat hal itupun ikut terharu.
"Kamu lihat kan mas betapa putramu menyayangimu. Disaat dia sakit dan kamu tidak ada saja dia masih bisa sebaik itu. padahal saat itu dia membutuhkanmu untuk mendukungnya. Dia begitu mengharapkan kehadiranmu untuk menyemangatinya tapi yang kamu lakukan hanyalah menorehkan luka untuknya." Kata-kata bu Zira semakin membuat suaminya itu merasa bersalah. Beliau semakin menangis tersedu.
Beliau teringat ketika Zach sedang terluka pak Zaid malah sibuk mengurusi harta. Beliau bahkan tak pernah sekalipun menjenguk Zach. dia menganggap bahwa Zach sudah dewasa dan tak membutuhkannya lagi padahal kenyataannya Zach sangat mengharapkan kehadirannya.
"Untung saja ada Zani yang menemaninya dan memberinya semangat setiap waktu hingga dia sembuh seperti sekarang ini. Dia adalah perempuan pilihan Zach yang selalu ada untuknya. Walaupun dia tak bergelimang harta tapi dia menawarkan kebahagiaan dan kenyamanan untuk Zach dan itulah yang putra kita inginkan Mas." lanjut Bu Zira.
"jika kamu merasa bersalah, minta maaflah pada Zach dan rubahlah sikapmu itu. setelah kejadian ini aku harap kamu bisa sadar mas bahwa keluarga itu lebih penting dari apapun. Kamu tak bisa hidup seorang diri dengan hartamu itu kan? Kamu juga membutuhkan kami sebagai keluarga bukan?" Bu Zira meluapkan segala yang ingin dia bicarakan sejak lama. dulu ketika bu Zira membicarakan hal ini pasti pak Zaid akan membantahnya dengan bentakan tapi sekarang beliau hanya bisa menangis mendengarnya diliputi perasaan bersalah di hatinya.
"Ma-af. Ma-af." Kata itulah yang terus diucapkan oleh Pak Zaid pada sang istri.
"Aku sudah memaafkanmu mas dan aku harap setelah ini kita bisa memulai keluarga kita dengan lebih baik lagi. Kembalilah menjadi papa dan suami yang baik untuk kita seperti yang dulu kamu lakukan." Bu Zira menggenggam tangan sang suami dengan mata yang berkaca-kaca.
Beliau sangat berharap setelah badai yang menerpa akan segera datang pelangi yang indah. Roda memang berputar, hidup terus berjalan. Tak selamanya kita akan merasa bahagia, kita pasti akan mengalami masalah dan cobaan hidup juga. No matter how hard is it, just keep on going.
***
Heyooo..thanks for reading gaiss
Jangan lupa vote dan komentarnya Yaww..
Kamsahamnidaa :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Zani & Zach ( END ✅️ )
Romance"Aku cinta sama kamu Zan." Duarr.. Ucapan Zach bagaikan petir di siang bolong. Zani diam membeku mendengar pernyataan yang tiba-tiba datang dari mulut Zach. Lelaki itu sebenarnya tak ingin mempersulit keadan tapi dia juga tak bisa menahan hal itu se...