23. Stay with you

127 12 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Wah udah rapi banget nih bu boss pagi-pagi. Mau jengukin Pak bos ya?" Tanya Tiara dengan nada menggoda Zani.

"Tentu saja. mau jenguk siapa lagi." Kini Zani sudah blak-blakan tentang hubungannya dengan Zach. Baginya tak ada yang perlu ditutupi lagi. toh Tiara juga sudah mengetahui semuanya.

"Duh, gini ya kalo liat temen lagi bucin. Auranya tuh kek berbunga-bunga gitu." Zani hanya tersenyum mendengar komentar dari sahabatnya itu. Aura katanya, darimana dia bisa melihat aura bunga-bunga yang invisible itu.

"Udah deh ya, aku mau berangkat dulu. Bye Tiara. Have a great day." Pamit Zani dengan senyum sumringahnya.

Tiara hanya mengangguk pelan. Dalam diam Tiara ikut merasakan senang jika sahabatnya sudah menemukan lelaki yang tepat untuknya. Tiara turut berbahagia jika Zani juga bahagia.

Zani berangkat kesana menggunakan mobilnya sendiri. Dia tak lupa membawakan beberapa makanan kesukaan Zach. Lelaki itu sudah bosan dengan makanan rumah sakit yang terasa hambar. Jadi dia lebih memilih untuk makan makanan dari luar.

Zani sudah sampai di ambang pintu. Langkahnya terhenti karena dia mendengar keributan di dalam. Dia pun berhenti sejenak dan memutuskan untuk tidak masuk ke dalam. Dia takut akan mengganggu obrolan serius mereka.

"Kamu sengaja Zach mencelakakan dirimu sendiri hah? Kamu mengambil jalan ini karena tidak mau menikah dengan Valerie kan? Ya, keinginanmu terwujud Zach. Valerie membatalkan pernikahanmu itu karena kamu lumpuh. Siapa yang mau hidup dengan lelaki sepertimu ini Zach. Kamu puas sekarang?" Suara lelaki itu dengan lantang terdengar. Hati Zani ikut sakit mendengar kata-kata yang begitu menusuk hati. Zani sebenarnya tak memiliki maksud untuk menguping, tapi teriakan itu terdengar sampai luar.

"Lihat sekarang Zach, akibat ulahmu perusahaan kita tidak bisa lagi menjadi perusahaan terbesar di Indonesia. Seharusnya sekarang kita sudah menikmati puncak kejayaan kita. Tapi kamu memilih jalanmu sendiri yang tak berguna itu." Zani tak habis pikir lagi. dia hanya bisa diam dan tak mampu berbuat apapun.

"Begitu besarkah Ambisi Ayah untuk memiliki ketenaran dan kekayaan? Sampai tega menuduhku sengaja mencelakaan diri? Yah, aku hampir mati dan Ayah masih bisa berpikir seperti itu? Aku tidak menyangka dibesarkan oleh Ayah yang egois dan serakah sepertimu." Balas Zach tak terima setelah sekian lama terdiam dan menerima apapun yang dilontarkan Ayahnya.

"TUTUP MULUTMU ZACH!" Teriakan itu begitu menggelegar dan penuh amarah.

"Kamu pikir siapa yang membiayai hidup kamu selama ini Hah? Kamu hidup dengan hartaku. Jadi jangan pernah kamu menyombongkan diri seperti itu. Kamu berbicara seakan-akan kamu bisa hidup tanpa sepeserpun uang dariku." Zani kembali tertegun. Pantaskan ucapan itu dilontarkan oleh seseorang bergelar 'Ayah'. Seseorang yang patutnya menjadi tempat berlindung dan bersandar.

"Sekarang rasakan akibatnya sendiri Zach. Kamu sudah lumpuh dan tak ada yang menginginkanmu lagi. bahkan perempuan yang kamu cintai juga enggan berada bersama denganmu." Zani sudah tak tahan lagi mendengarnya. Dia masuk ke ruangan itu tanpa mengetuknya.

Saat ia masuk, mereka memperhatikan Zani. Terutama Ayah dari Zach. Matanya menatap tajam kearahnya tapi dia tak gentar. Dia terus berjalan mendekati Zach yang tampak muram.

"Maaf tapi sepertinya Om salah. Saya perempuan yang om maksudkan tadi dan Saya bersedia menghabiskan sisa hidup saya bersama Zach apapun keadaannya. Kebahagiaan bukan hanya tentang kekayaan maupun kemewahan tapi kebahagiaan akan tercipta jika adanya kehangatan dan kenyamanan." Mendengar hal itu Zaid terlihat tersenyum miring. Dia tampak meremehkan kata-kata Zani tadi.

"Pantas saja Zach memilihmu, ternyata kalian berdua sama-sama bodoh dan munafik. Kamu pikir mudah hidup dengan orang lumpuh seperti dirinya? bahagia katamu tadi? lihatlah sampai kamu menangis tidak kuat karena kerepotan mengurusnya." Tawa sumbang itu terdengar dari seseorang yang mengaku menjadi seorang Ayah. tapi dengan teganya dia mengatakan hal menyakitkan itu pada putranya sendiri.

"Biarkanlah kami bodoh dan munafik asalkan kami masih punya hati nurani yang utuh. Saya baru tahu jika ada seorang Ayah yang tega menghancurkan mental anaknya sendiri yang sedang terpuruk kesakitan. Karena ambisi dan ego Om sendiri tega melakukan itu pada Zach. Om lupa bagaimana Zach selalu menjadikan Om panutan? Om lupa bagaimana Zach selalu menjadikan Om tempat untuk berlindung? Dan sekarang Om menghancurkan itu semua. Dimana kata seorang Ayah dihati Om?" Tanya Zani menghujam Zaid. Matanya melotot karena amarahnya. Dia tak tahu jika Zani begitu berani menentangnya.

Tak ada jawaban dari Zaid. Dia hanya mendengus kasar dan memilih untuk pergi dari sana. Zani bisa bernapas lega sekarang. dia juga tak tahu kenapa dia bisa seberani ini.

Zani menoleh kearah Zach yang sudah menunduk lesu. Dia pasti tersakiti dengan kata-kata Ayahnya tadi.

"Zach, maaf aku tak bermaksud kurang ajar dengan Ayahmu. Aku hanya tak tahan mendengar ucapan buruk Ayahmu tadi." Zani tetap merasa bersalah telah lancang kepada Pak Zaid.

"Tapi apa yang dikatakan Ayahku itu benar Zan. Kamu tidak akan bahagia hidup dengan orang sepertiku. Kamu hanya akan berada dalam kesulitan. Aku tidak keberatan jika kamu memilih untuk pergi Zan. Aku bahkan akan memakluminya." Zach berkata dengan nada putus asa.

Zani memegang wajah Zach dan mendongakkannya agar lelaki itu bisa menatap manik matanya. ".Zach, Listen to me. Aku bahagia bersamamu apapun keadaanmu. Aku ingin menjalani suka duka itu bersamamu. Aku tak pernah keberatan sedikitpun dengan apa adanya dirimu sekarang ini. One fine day itu ada Zach dan akan selalu ada. Kita lewati ini sama-sama ya."

Zani terus memberikan semangat kepada Zach. Dia tak akan pernah membiarkan Zach putus asa dan hilang semangat lagi. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini selama mereka mau berusaha. Itulah prinsip hidup Zani. Dia yakin jika Zach terus berusaha untuk berobat dan terapi dia pasti akan sembuh dan kembali seperti sedia kala lagi.

Zach tak bisa berkata-kata lagi. dia hanya ingin berada di pelukan Zani. Dia seperti menemukan rumah. Zani memberikan kenyamanan dan perlindungan padanya.

"Tak ada yang tidak mungkin Zach. Kamu pasti bisa sembuh. Aku akan selalu berada disisimu Zach. I promise you." Ucap Zani sembari mengusap lembut punggung Zach. Lelaki itu mengangguk pelan di pelukan Zani.

***

Yeayyy...siapa disini yang legaaa Zani dan Zach akhirnya bisa bersatu???
Pokoknya pantengin terus kisah Zani and Zach...
See u next part...

Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang