50. Undefined Happines

370 6 2
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Satu tahun berlalu....

Zani sedang menata pakaian yang akan dibawanya ke rumah sakit dengan susah payah. Perutnya sudah membesar karena sekarang kehamilannya sudah masuk usia sembilan bulan. Diperkirakan HPL nya seminggu lagi. oleh karena itu dia sedang sibuk mempersiapkan segala perlengkapan yang harus ia bawa ke rumah sakit.

Di bulan ke tujuh kehamilannya Zani sudah mulai mencari pakaian bayi untuk anaknya. Dia begitu excited memberikan berbagai barang-barang yang akan mereka gunakan nantinya. Memiliki anak adalah impian mereka sejak dulu, mereka begitu senang ketika mengetahui jika Zani hamil apalagi hamil kembar. Sungguh anugerah yang sangat mereka syukuri.

Tak perlu ditanyakan lagi bagaimana posesifnya Zach selama Zani hamil. Dia bahkan rela cuti seminggu hanya untuk menunggui Zani di rumah padahal istrinya itu baik-baik saja. dia hanya mengalami morning sickness dan sering lemas ketika siang hari tapi kata Kedua ibu mereka itu adalah hal yang wajar. Zach saja terlalu panik menanggapinya. Ya, wajar juga karena dia baru pertama kali ini memiliki anak.

Ketika Zani hendak berdiri memindahkan tasnya ke meja, dia merasakan perutnya terasa sakit. Dia merasakan sakit yang semakin intens. Dia meraih ponsel yang ada disampingnya dan menelpon suaminya.

"Halo mas, kayaknya sekarang deh. perut aku sakit banget Mas." ujar Zani sembari menahan sakitnya.

"Oh, ok sayang. Ah aku akan segera kesana. Tunggu dulu ya sayang." Ujar Zach terdengar begitu gugup.

Zani menutup teleponnya lalu berusaha sekuat tenaga menahan sakitnya. Dia juga menelpon dokter kandungannya dan mengatakan jika dia sudah merasakan kontraksinya. Dokter pun langsung menyarankan Zani agar dibawa ke rumah sakit.

Untung saja Zach segera datang, dia langsung memapah istrinya dan membawanya masuk ke dalam mobil. dia berusaha untuk tenang di tengah situasi yang membuatnya panik sendiri itu.

"Mas sakit." rintih Zani sembari mencengkram erat kaus suaminya.

Zach sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari jika hari ini tiba. Dia sudah mendapatkan berbagai pengalaman dari para bapak-bapak ketika istri mereka melahirnkan. Katanya seorang suami harus rela dijambak, dicubit, dicakar oleh istrinya ketika mereka sedang kontraksi. Para suami harus rela merasakan rasa sakit itu karena rasa sakit yang mereka rasakan tak sebanding dengan apa yang sedang dirasakan para istri mereka yang sedang berjuang melahirkan anak mereka.

"Tenang ya sayang, tahan sedikit lagi kita akan bertemu dengan buah hati kita. kamu pasti bisa ya. Banyak doa ya sayang." Zach terus menguatkan sang istri sembari mengusap pelan perut istrinya itu.

Dia tadi sudah mengabari sang mama dan memintanya segera datang ke rumah sakit. mereka sudah memesan ruangan seminggu sebelumnya. Jadi mereka tinggal masuk saja ke ruangan mereka.

Sesampainya di rumah sakit Zani langsung dibawa ke ruangannya untuk diperiksa. Kata dokter Zani sudah pembukaan tujuh, tinggal menunggu sedikit lagi hingga pembukaannya sempurna. Bidan menyuruh Zani untuk berjalan-jalan agar pembukaannya cepat.

Ditengah rasa sakitnya Zani berjalan perlahan. Zach terus memegang tangan istrinya dan memberikan semangat kepadanya. Dia sebenarnya tak tega melihat wajah kesakitan sang istri tapi dia juga tak bisa berbuat apa-apa selain memberinya dukungan.

Setelah dicek kembali pembukaan sudah sempurnya. Mereka bersiap untuk melakukan persalinan secara normal. Zani meminta doa dan restu kepada kedua orangtuanya juga mertuanya sebelum persalinan di mulai. Dia sekarang merasakan bagaimana perjuangan seorang ibu. Ada rasa menyesal di hatinya ketika dia pernah berbuat salah pada ibunya bahkan dia belum bisa membalas kebaikan ibunya selama ini.

"Kamu fokus persalinan ya nak. Ibu tau kamu hebat, kamu pasti bisa nak. Kami akan mendoakan dari sini ya sayang." Ujar sang ibu menguatkan. Zani mengangguk pelan lalu bersiap untuk memulai persalinan.

Zach selalu berada disamping Zani. Dia membiarkan Zani mencengkram tangannya dengan kuat. lelaki itu berdoa dalam hati. air matanya tak mampu terbendung lagi ketika melihat bagaimana kerasnya perjuangan sang istri ketika melahirkan.

Tak lama terdengarlah suara tangisan bayi yang nyaring terdengar. Ucapan syukur langsung Zach ucapkan. Kemudian disusul tangisan bayi lainnya yang hanya berjarak lima menit saja.

"Kamu hebat sayang, kamu hebat. Thanks Mama." Ujar Zach sembari mengecup istrinya bertubi-tubi karena rasa bahagianya.

Setelah bayinya selesai dibersihkan Zach diminta untuk mengadzani kedua bayi mungilnya itu. dia mengadzani dengan suara serak akibat menahan tangis harusnya. Dia begitu bahagia.

Zach menggendong kedua bayinya yang begitu lucu. Bayi kembar laki-laki dan perempuan. mereka begitu bahagia mendapatkan satu pasang kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Zach langsung membawa kedua anaknya kepada sang istri dibantu oleh seorang suster. Zani begitu bahagia, tak terasa air matanya menetes begitu saja. suster langsung meletakkan bayinya satu-persatu ke dada Zani untuk disusui untuk pertama kalinya.

Suasanya bercampur aduk antara haru dan bahagia. Mereka tak bisa menggambarkan kebahagiaan yang ada di kehidupan mereka saat ini.

***

Setelah tiga hari mendapatkan perawatan akhirnya Zani sudah diperbolehkan untuk pulang dengan membawa kedua bayi lucunya itu. kedua bayi kembar yang sangat menggemaskan. Ya, walaupun mereka harus begadang setiap malam tapi mereka menikmatinya.

Mereka hanya berdua, orangtua mereka sudah menunggu di rumah. pasti kedua mama itu sedang memasak banyak makanan untuk mereka. para kakek dan nenek itu pasti tak sabar menunggu kepulangan cucu mereka.

"Welcome Home baby Zayn and Zayna." Teriak mereka bersemangat.

Tiara, Vera dan Verisha ikut berpartisipasi dalam penyambutan bayi kembar bos mereka. Nama bayi laki-lakinya adalah Zayn Zavier Ganendra dan yang perempuan bernama Zayna Aisha Ganendra.

"Aduh-aduh, lucu banget nih ponakan." Ujar Tiara menatap gemas kearah bayi kembar yang sedang tertidur nyenyak itu.

"Sini biar sama Oma, kalian istirahat aja gih. Atau makan tuh." ujar Bu Zira lalu mengambil alih Zayna dari gendongan Zach. begitupun bu Riana juga mengambil alih Zayn dari gendongan putrinya.

Akhirnya mereka bisa tidur nyenyak. Tapi sebelum tidur mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Apalagi Zani yang sedang menyusui, harus makan banyak-banyak.

" Syukurlah kita bisa istirahat bentar. Kita biarin aja Yang anak kita main sama nenek kakeknya." Ujar Zach dengan wajah lesunya. Dia selama tiga hari tidur hanya tiga jam. Dia ikut menemani sang istri begadang setiap harinya.

"Kenapa? Kamu capek?" Tanya Zani dengan senyum mengejeknya. Zach mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Katanya mau punya anak delapan. Ini baru dua loh." Ejeknya lagi membuat sang suami tersenyum kecut.

"Hehe,, sepertinya kita ngikut program pemerintah aja Yang. Dua anak cukup." Ujar Zach dengan senyum lebarnya. Hal itupun membuat Zani tertawa puas.

"Yang, merawat anak itu memang gak segampang yang kita pikirkan. tapi jika kita saling membantu merawat keduanya pasti akan terasa ringan. kita sudah menjadi orangtua sekarang jadi sebisanya kita mengajarkan yang terbaik untuk anak kita nantinya." Ujar Zani dengan bijaksananya.

"Iya sayang, Kita pasti bisa jadi orangtua yang hebat untuk Zayn dan Zayna. We can pass it together." Ujarnya memberikan semangat untuk sang istri.

Ya, sejatinya merawat anak bukan hanya tanggungjawab ibu tapi juga Ayah. Ketika mereka mampu berkomitmen untuk membangun sebuah hubungan rumah tangga, maka mereka harus siap untuk menghadapi apapun bersama. Tidak ada pasangan yang sempurna di dunia ini. yang ada hanyalah pasangan yang saling ada dan saling melengkapi.

***  END  ***



Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang