***
"Sayang, aku izin lagi ya mau ketemu teman aku. Kemarin mereka mengajaku ke suatu tempat. Aku tidak enak jika menolaknya. Aku janji tidak akan lama." pamit Zach kepada Zani yang sedang sibuk menggambar design di balkon kamar hotelnya.
"Di mana Mas?" Tanya Zach dengan nada lembutnya.
"Di restoran dekat sini sih. Maaf ya aku gak bisa ajak kamu. Soalnya nanti gak enak sama mereka." ujar Zach dengan nada bersalahnya. Zani tersenyum simpul.
"It's okay. enjoy your time." ujar Zani singkat dan tetap berusaha untuk tersenyum. Zach mengangguk pelan lalu hendak mencium istrinya, namun Zani mengelak.
Setelah Zach keluar pergi, Zani mulai meneteskan air matanya kembali. Honeymoon yang dia pikir akan menjadi hari paling membahagiakan di hidupnya berubah menjadi bencana. Dia sangat membenci liburan ini. dia ingin segera kembali ke rumah. dia sudah terlalu sakit mendengar kebohongan sang suami.
Zani bergegas mengganti pakaiannya dan menuju ke restoran yang akan dituju oleh suaminya dan perempuan itu. tentu saja dia sudah mencatat dengan baik alamatnya. Dia akan mengikuti kemanapun mereka pergi dan segera mengungkapkan kebenarannya.
Ya, mereka ada di restoran itu. mereka makan bersama sembari mengobrol. Sungguh Zani merasa di tipu habis-habisan. Dia tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodohnya termakan oleh ucapan manis seorang lelaki.
Kemudian mereka berdua beranjak pergi. Tentu saja Zani memantau mereka dari kejauhan. Zani menghentikan langkahnya sejenak ketika mereka masuk ke toko perhiasan. Zani hanya memantau dari luar dan melihat mereka sedang memilih-milih perhiasan. Mereka nampak seperti pasangan yang sedang memilih perhiasan untuk pernikahan. Zani tak tahan lagi. untung saja dia memakai kacamata hitam jadi tak akan terlihat jika air matanya kini sudah keluar perlahan.
Setelah itu mereka berpindah lagi ke toko bunga, wah memang kencan yang luar biasa. Zani tak tahan lagi dan memilih pergi dari sana. saking kecewanya dia sampai tak fokus dan menabrak orang-orang yang ada di belakangnya. Suaminya sungguh hebat, dia berhasil menorehkan luka terdalam di hati Zani.
Perempuan itu kembali ke hotel lalu mengemasi baju-bajunya. Dia sudah siap untuk pergi dari sana. biarlah suaminya itu menikmati waktu berdua dengan perempuan yang mungkin masih ia harapkan kehadirannya.
Zani bergegas pergi sore itu juga, dia langsung ke bandara dan menanyakan penerbangan ke Jakarta. Tapi sayangnya dia harus menunggu sampai nanti malam karena penerbangan hari itu yang tersisa hanya yang malam saja. sekitar jam tujuh malam. Dia tak punya pilihan lagi dan membeli tiket itu.
Dia tak menjawab telepon dari suaminya, dia tahu ponselnya dari tadi berdering tapi dia mengabaikannya. Dia memasang mode senyap agar tidak berisik. Ribuan pesan masuk dari suaminya pun dia abaikan. Zani sudah tidak peduli. Hatinya sudah terlalu sakit untuk sekedar melihat nama suaminya itu.
Perempuan itu memutuskan untuk berkeliling di sekitar bandara sembari menunggu waktu penerbangannya. Dia ingin menikmati kota paris untuk terakhir kalinya dan menikmati pemandangan disana.
Dengan tatapan wajah kosong dia berjalan menyusuri kota itu dengan menarik kopernya. Dia terlihat seperti orang yang putus asa. Untung saja orang-orang tak memperdulikannya. Dia hanya berjalan sesukanya tanpa memikirkan apapun. Dia mengikuti kemanapun kakinya hendak membawanya pergi.
Sudah beberapa jam ia berjalan dan ia sadar bahwa ia sudah terlalu jauh. Dia melihat ke sekeliling dan tak tahu ada dimana. Dia tak sadar masuk ke gang-gang kecil. hari semakin gelap dia pun memutuskan untuk putar balik.
Zani menghentikan langkahnya ketika melihat segerombolan lelaki yang nampak menakutkan baginya. Penampilannya seperti preman serta salah satunya membawa minuman keras. Zani ketakutan lantas ia berlari menjauh dan bersembuyi.
Dia tadi merasa bahwa berada di keramaian tapi kenapa sekarang dia ada di tempat yang sepi. dia juga tak tahu mengapa. Zani ketakutan dan hanya bisa bersembunyi di dekat tempat pembuangan sampah dekat gedung. Dia duduk jongkok disana sembari menggigit jarinya cemas. Apalagi itu di negara orang. Otaknya sedang kalut dan dia tak bisa berpikir jernih saat ini.
Zani melihat ponselnya. Telpon dari Zach terus masuk. Dia mengangkatnya dan memberitahu lokasinya. Walaupun dia sedang menghindari lelaki itu tetapi saat ini Zani membutuhkannya. She needs her husband to save her life.
"Ah, syukurlah Zan kamu mengangkat teleponmu. Kamu dimana? Aku mengkhawatirkanmu." Tanya Zach dengan nada cemasnya.
"Aku takut ! Aku Takut Zach ! Tolong aku." Gumam Zani sembari menahan isak tangisnya. Tentu saja Zach semakin panik dibuatnya.
"Dimana kamu sekarang sayang? Katakan, aku akan kesana." Tanyanya dengan nada menggebu.
"Aku akan kirimkan alamatnya." Ujar Zani sekuat tenaga tidak menumpahkan air matanya yang sudah di pelupuk mata.
"Baiklah. I'll be there soon Babe, so Don't be afraid." Ujarnya mencoba menenangkan sang istri.
***
KAMSAHAMIDAA YEOROBUN...
Jangan lupa vote dan komentarnyaa..
See u to the next part =>
KAMU SEDANG MEMBACA
Zani & Zach ( END ✅️ )
Romance"Aku cinta sama kamu Zan." Duarr.. Ucapan Zach bagaikan petir di siang bolong. Zani diam membeku mendengar pernyataan yang tiba-tiba datang dari mulut Zach. Lelaki itu sebenarnya tak ingin mempersulit keadan tapi dia juga tak bisa menahan hal itu se...