4. Kebetulan atau Takdir?

184 33 83
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"

Tiaraa...gimana bisa aku buat design secepat kilat? Dikira aku roro jonggrang apa yak bisa buat candi dalam sehari. Roro jonggrang mah enak dibantu jin jadi cepat kelar, lah aku dibantu siapa Ti? Aku lagi gak ada ide ini. yaampun." Gerutu Zani setelah mereka pulang dari pertemuan dengan Valerie.

Dia sudah berusaha berkali-kali untuk fokus membuat desaign seperti yang Valerie inginkan tapi dia tak memiliki ide sedikitpun.

"Zan, keep calm. Kan kamu sendiri yang menyanggupinya." Ujar Tiara yang tidak membuat Zani semakin baik moodnya.

"Aku kesel Ra, dia ngeremehin aku terus. I should do something to shout her mouth." Ujar Zani memberikan pembelaannya.

"Oke, Mending kamu keluar deh Zan, hirup udara seger biar dapat inspirasi. Kamu tenang aja nanti butik aku yang urus. Kalau ada klien datang nanti aku akan bilang kalau kamu lagi ada kepentingan. Mereka pasti ngerti kok."

Tiara mencoba memberikan saran terbaiknya untuk Zani. Perempuan itupun setuju dengan ide yang diberikan oleh Tiara dan memilih pergi keluar untuk mencari inspirasi.

"Thanks ya Ra. Tapi aku gak tahu mau kemana." Tiara hanya menghela napas pelan mendengar hal itu.

"Nih, Kafe yang bagus dan cocok buat healing. Nanti kamu pergi aja ke rooftopnya. Kata temenku itu bagus dan refresh your mind banget." Ujar Tiara memberikan rekomendasinya. Zani pun mengangguk setuju dan mencari lokasinya di maps sebelum pergi.

Dia sudah menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa kesana dan memasukannya ke dalam totebag miliknya. Zani pun berangkat seorang diri kesana dengan penuh keyakinan. dia pasti akan menyelesaikan design itu secepat mungkin dan membungkam mulut Valerie.

Sesampainya disana Zani pun bisa bernapas lega. Tiara benar, tempat itu memang bagus. Dia memilih tempat duduk yang ada di ujung dan ada bilik yang menutupinya. Jadi tak ada yang bisa melihat tingkah depresinya ketika membuat desaign nanti.

Dia menyeruput sejenak kopinya dan menikmati pemandangan yang terhampar di hadapannya sebelum menghadapi kenyataan yang ada. Suasana malam itu cukup cerah dan indah dengan ribuan bintang yang ada disana.

Zani mencoba untuk menyentuh buku sketsanya dan menggambarkan sesuatu disana. dia mencoba untuk tersenyum dan memunculkan positive vibes di dalam dirinya. namun ketika mengingat perkataan buruk Valerie dia menjadi kesal kembali. Inspirasinya pun hilang entah kemana. Moodnya kembali berantakan lagi.

Dia menggerutu tanpa henti dan mengeluarkan segala unek unek didalam hatinya. namun dia tetap mencoba untuk mengendalikan dirinya. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat lelaki itu ada disana lagi. Dia tak habis pikir kenapa ketika sedang mengoceh seperti orang gila, lelaki itu selalu ada disana.

"Kamu ngapain disini? bapak nguping ya sedari tadi?" Tanya Zani dengan wajah paniknya. Namun Zach malah tertawa puas.

"Saya Cuma penasaran aja tadi ada suara-suara gak jelas. Eh ternyata kamu. Mungkin kita jodoh kali yak." Ujar Zach membuat Zani menatapnya tajam.

"Inget pak udah mau nikah. Bapak ngapain deh sana. nanti bini nya marah saya yang diomelin. Jangan nambah masalah idup saya deh pak." Zani berujar dengan blak-blakan dan membuat Zach tertawa lepas. Entah kenapa Zach menyukai wajah marah dan kesal Zani.

"Bapak gila apa gimana deh. Ketawa-ketawa gitu." Zani terus menyerocos tanpa henti sampai Zach mau pergi dari sana. tapi tidak seperti kenyataannya. Zach malah semakin mendekat dan duduk di sebelah Zani.

"Bapak mau ngapain ih. Pergi sana. aku ceburin nih ke jurang biar gak jadi nikah sekalian." Ancam Zani yang sudah panik karena Zach malah duduk di dekatnya.

"Hei tenang, Aku bukan om-om genit yang mau ngapa-ngapain kamu. Aku Cuma mau temenin kamu aja." Ujar Zach menenangkan Zani.

"I don't need a friend. So please, just go."pinta Zani dengan penuh permohonan.

"I don't want to go." Balas Zach bersikukuh untuk tetap ada disana.

"Pak, Please lah. Saya lagi butuh banget cari inspirasi disini. Calon istri bapak tuh mintanya macem-macem, mana harus jadi besok lagi."

Zani tak sadar jika baru saja mengatakan secara gamblang masalahnya. apalagi di depan calon suami Kliennya. secepat kilat Zani pun menepuk mulutnya karena berbicara sembarang.

"Eh engga pak, maksud saya permintaan calon istri bapak itu spesial jadi harus saya pikirkan secara serius dan mendalam. Ucapan saya yang tadi tolong jangan dipikirkan ya pak, anggap saja saya tak pernah mengatakannya, dan juga kalau bisa jangan ceritakan pada bu Valerie mengenai hal ini."

pinta Zani dengan penuh kesungguhan. Dia benar-benar takut jika nantinya Valerie tahu dan membatalkan proyek besar ini. Dia pasti akan diejek habis-habisan olehnya.

"Oke aku gak akan menceritakan masalah ini pada Valerie, tapi kamu harus memenuhi syarat dariku." Zach menyunggingkan senyum misteriusnya kepada Zani.

Dia senang membuat perempuan itu kesal dan panik sendiri.

"Duh pak,idup saya nih udah rumit. Bisa gak sih bapak gak nambah masalah saya." Pinta Zani dengan wajah memelasnya.

"Syarat saya Cuma gampang kok Zan, gak akan membebani kamu sama sekali." Zani hanya mampu menghela napasnya pelan.

"Oke. Apa?" Tanyanya to the point. Dia tak mau membuang-buang waktu berharganya.

"Stop call me 'Pak'. You can call me honey, baby or sweetheart if you want to." Ucapan Zach barusan membuat Zani ingin memuntahkan isi perutnya saat ini juga.

Diumurnya saat ini bertemu lelaki buaya darat seperti Zach bukanlah hal baru lagi baginya. Sudah banyak yang mengeluarkan jurus gombalan-gombalan yang tidak mempan di hatinya. malah mleset ke lambung yang hanya membuatnya mual.

"Oke. Tapi tidak di depan calon istri anda ya bapak Zachary terhormat. Saya bisa digorok bahkan dimutilasi kalau Bu Valerie sampai mendengarnya." Zach terkekeh mendengar ucapan Zani yang tampak lucu baginya itu, padahal Zani sedang berbicara serius.

"Ok, I got it. Lalu syarat kedua, aku boleh menemanimu disini." ujar Zach secara terang terangan. Zani menghela napasnya pelan lalu mengangguk.

"But, kamu gak boleh ganggu ataupun berisik. Just keep quiet." Zach pun membentuk tangannya menjadi tanda 'ok' dilanjutkan dengan gerakan mengunci bibirnya sendiri. Zach pun berjaan mundur dan duduk di sofa yang ada di belakang.

***

KAMSAHAMIDA YOEROBUN...
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YAKK

Zani & Zach ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang