DUA PULUH SATU

2.3K 336 429
                                    

Selamat membaca!

••••

Chapter 21

" Hey cabe-cabean! Jaga omongan lo ya! Emang ya,sekalinya kita di benci sama orang udah pasti diri kita tuh bakal jelek terus di mata dia." Balas Maira tak kalah pedas.

" Ra, udah Lo jangan ladenin dia. Mending sekarang kita pergi." Ajak Hanifa sambil berbisik pelan.

Maira seolah tuli akan hal itu. Salsya yang sudah kepalang emosi langsung menjambak kerudung Maira, Maira juga tidak tinggal diam. Ia pun membalas apa yang Salsya lakukan kepadanya hal itu menjadi heboh, Hanifa dan Diva juga teman-teman yang lain mencoba memisahkan mereka berdua, tapi tetap saja hal itu seperti susah dan mustahil.

" HEI ADA APA INI?!" Teriak Pak Wawan selaku guru Bk. Kebetulan tadi berniat ke kantin untuk membeli air mineral dan sudah di suguhkan keributan seperti ini.

Seketika suasana menjadi hening, mendengar teriakan Pak Wawan itu. Dan Maira begitupun Salsya langsung terdiam kaku dengan posisi hijab acak-acakan. Pak Wawan segera menghampiri kedua siswi yang tadi berseteru itu.

" Salsya dan Maira kalian segera temui saya di ruangan saya!!!" Perintah Pak Wawan tegas.

•••••

"Salsya! Apa kamu tidak bosan hah buat onar terus menerus? Kamu ini sudah kelas duabelas sebentar lagi ujian! Malah terus menerus membuat keributan."

" Kamu Maira! Kamu ini siswi yang pintar. Kenapa kamu juga ikut-ikutan membuat keributan hah?"

Sedari tadi Pak Wawan tiada henti-hentinya berbicara pada kedua siswi yang duduk tepat di hadapan nya. Jujur saja ini kali pertama Pak Wawan melihat Maira membuat ulah, sebab menurutnya Maira ini siswi yang berprestasi dan ta'at akan aturan yang ada di sekolah.tetapi Salsya dia sudah langganan.

" Kalian berdua saya hukum! Bersihkan lapangan indor sampai jam pelajaran berikutnya selesai!" Putus Pak Wawan,tak lupa mata Belo nya melototi kedua siswi yang sedari tadi saling melempar pandang arah kebencian.

" CEPAT! SAYA MINTA SEKARANG!" Bentak Pak Wawan, dan nyaris membuat jantung Maira hampir copot.

Keduanya pun segera berdiri dan berpamitan pada Pak Wawan dengan sopan. Dan baru saja keluar ruangan Pak Wawan, Salsya dan Maira kembali menatap kesal satu sama lain. Tidak mau mengambil pusing, Maira segera berjalan ke arah lapangan indor begitupun dengan Salsya.

" Lo tau? Ini semua gara-gara lo Maira!" Kesal Salsya lagi sambil menunjuk muka Maira.

Ya. Kini mereka sudah sampai di lapangan indor dan mulai menyapu lapangan yang luasnya tidak Main-main. Maira hanya tutup kuping, ia terlalu malas meladeni jelmaan seperti Salsya. Yang menurutnya hidupnya terlalu banyak drama, Mungkin kalau Salsya jadi bintang sinetron sudah pasti ialah yang akan memerankan tokoh antagonisnya.

Jam sudah menunjukkan setengaj dua belas. Dan kini Maira sedang beristirahat di bawah pohon mangga dekat lapangan indor. Alhamdulillah Salsya dan Maira sudah selesai menyapu lapangan yang luas nya itu tiada Tara. Maira duduk sambil menggoyangkan kakinya selonjoran karena pegal terus berdiri.

" Nih, minum dulu." Ucap seseorang yang tiba-tiba datang dan ikut duduk di sebelah Maira tapi berjarak sedikit, dan seseorang tersebut menyodorkan satu botol minuman.

" Eh Faqih, thanks ya." Jawab Maira seraya tersenyum dan menerima uluran minuman dari Faqih.

Dengan segera Maira membuka tutup botol minuman itu, dan segera menengak minuman itu sampai setengah. Itu juga tak luput dari penglihatan Faqih, sementara itu menjadi kesempatan emas untuk Salsya. Dengan segera ia membuka kamera di handphone nya dan mengambil gambar Maira dan Faqih yang terbilang cukup dekat itu.

MAIRAZLAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang