DELAPAN

2.8K 552 411
                                    

selamat membaca!

••••••

Chapter 8

    Kini kelas Maira sedang sangat ricuh. Pantas lah ricuh karena kelas ini sedang jamkos, itu adalah kenahagiaan yang selalu di nanti oleh penghuni kelas ini, tapi tidak dengan Maira. Pasal nya ia sangat kecewa  pantas lah kecewa, karena mapel yang jamkos ini adalah mapel Bahasa Indonesia. Pelajaran yang sangat Maira sukai. Belum lagi ia sudah mengerjakan pr yang minggu lalu di kasih oleh guru mapel tersebut. Sangat menyebalkan.

" Kenapa Dah lo Ra? Bad mood? Tumben banget, noh novel ngangur ngga di baca?" Cerocos Hanifa yang duduk di samping Maira. Sejujur nya Maira sangat malas meladeni sahabat nya ini.

" Iya ih, Maira kenapa? Lagi banyak masalah ya lo? Kok kayak lemah,letih,lesu?" Ini lagi Diva yang tiba-tiba muncul , memang di ketahui Diva tidak duduk dekat Hanifa dan Maira, dia duduk dengan Kania, si gadis kutu buku.

" Ya Allah hamba tidak ingin di ganggu oleh dua curut ini Ya Allah jauhkan lah mereka sebentar dari hamba ini," Blak blakkan Maira berdo'a, dan itu membuat Hanifa dan Diva memelototkan matanya, enak saja mereka di panggil curut, dasar Maira sueb.

" Heh onta! Gila ya lo, berdo'a yang bener! Gue di panggil curut ! Lo kira gue apa hah?!!" Kesal Hanifa, sambil menoyor kepala Maira yang berbalut hijab sama sepertinya.

" Gue ngga terima lo sebut curut, dasar Maira ogeb lo! Untung sahabat!" Diva ikut menyahuti ternyata.

" Maaf ya,heheh maaf gue emang lagi bad mood sayang_sayangku ya----" Belum menyelesaikan perkataan nya, tiba-tiba Azlan masuk ke dalam kelas nya. Mau apa dia ke sini? Ah iya Maira lupa kan setelah mapel Bahasa Indonesia, adalah Akidah Akhlak, tepat nya Azlan yang mengajar mapel itu.

" SIAP BERDIRI BERIKAN SALAM!" Ucap Faqih, selaku ketua murid yang mengintruksi semua murid agar berdiri dan memberikan salam kepada guru di depan.

" ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH!" Tukad para murid serempak.

" Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Azlan pelan dan lembut.

●●●●●

" Maira, siap-siap cepat! Awas jangan lama, mama paling ngga suka nunggu," Kata Tania dengan berkacak pinggang menatap anak nya yang baru pulang sekolah itu.

Maira menghela napas sabar " Ya Allah ma, ini kita mau kemana sih? Mau ada pemilihan presiden hah? Maira baru pulang tau capek," Cerocos Maira yang kelihatan nya lemah,letih,lesu.

" Baru perawan aja kamu udah pikun, gimana kalo udah nenek-nenek? Amnesia bisa-bisa. Ya kita mau nentuin gaun nikahan kamu Nak, kan sudah di bahas waktu itu."

Demi apa? Secepat ini? Oh my good Maira sangat lupa, bahkan ia tak ingat sama sekali. Kalau sudah begini dia memang benar-benar pikun. Sungguh Maira memang tidak ingat, tanpa membalas ucapan sang Mama buru-buru ia menaiki anak tangga dan segera menuju kamar nya dengan cepat.

" Ini benerran nyata? Gila bentar lagi gue nikah sama Pak Azlan?" Gumam Maira sambil langsung menutup pintu kamar nya rapat-rapat.

" Apa selama ini, do'a gue di kabulij ya? Gue kan emang kepengen banget nikah sama Gus muda." Cerocos nya, tanpa di sadar mata indah Maira mengerluarkan air mata, perlahan tapi pasti air mata nya meluruh, ia masih tidak menyangka.

Maira masih tidak menyangka, di umur nya yang belum genap delapan belas tahun ia sudah akan menikah. Menikah dengan seorang yang bahkan tebih tua dari dirinya. Hati Maira mencelos begitu saja. Ada perasaan haru dan senang juga. Impian dan halu-halu nya itu akan menjadi kenyataan. Menikah dengan lelaki yang pintar agama.

•••••

Assalamu'alaikum?

bagaimana kabar nya?

baik kan? alhamdulilah bisa up lagi

next?

#salamsayangdaridillo❣️

MAIRAZLAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang