DUA PULUH LIMA

2.1K 326 525
                                    

Selamat membaca!

•••••

Chapter 25

" Bu dokter, Maira ngga apa-apa kan?" Tanya Azlan panik sambil duduk di pinggir brankar Maira.

" Tidak apa-apa Pak, nanti kalau sudah bangun kasih minum air putih satu gelas. Dan sepertinya tubuh Maira tidak kuat kalau melakukan banyak aktivitas." Jelas pembina PMR itu,yang di ketahui seorang dokter juga.

" Kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum."

" Wa'alaikumussalam." Balas Azlan yang kembali fokus memperhatikan Maira yang belum  sadarkan diri itu, tersirat sekali raut khawatir dari wajah tampan Azlan.

" Pak Azlan, saya permisi dulu nanti saya ke sini lagi pak." Pamit Bu Anggi, ia berniat untuk memanggil anak ekskul PMR, satu atau dua orang untuk menemani Maira di UKS.

" Iya silahkan." Balas Azlan pelan.

" Maiii..... Aku di sini." Ucap Azlan pelan, sambil menggenggam tangan Maira.

" Maafin aku. Aku ngga becus jagain kamu."

" Maafin Faiz."

Azlan terus berceloteh sendiri, tanpa sadar matanya mengeluarkan cairan bening. Ia sedih, ia tak mau melihat Maira sakit. Azlan dengan perlahan mengambil tasbih kecil di saku celananya, dan mulai berdzikir pelan menggunakan tangan kanan nya, dan tangan kirinya menggenggam erat tangan gadis yang sangat istimewa di hatinya. Azlan sekarang benar-benar mengakui bahwa ia jatuh cinta pada Maira.

" Ana uhubbuki fillah Maira." Gumam Azlan di benak hatinya.

•••••

" Assalamualaikum,lohh kalian ini ngga ada guru malah pada ribut." Sahut Bu Anggi mendatangai kelas Maira yang sedang jamkos itu.

Diva dan Hanifa tak henti-hentinya menunggu balasan chat dari Maira, sebab menurut mereka berdua. Maira setelah tadi izin sebelum upacara ke kamar mandi ternyata Maira tidak balik lagi, dan itu membuat kedua sahabatnya sangat khawatir,tadi juga mereka sempat melihat ke kamar mandi dan tidak menemukan Maira.

" Wa'alaikumussalam Bu!" Jawab salam mereka kompak.

" Di sini ada yang PMR? Ibu butuh bantuan kalian." Tanya Bu Anggi, ia ingin bisa Maira di temani oleh anak PMR, biar juga Pak Azlan bisa mulai mengajar, pikirnya.

" Ada Bu, saya sama Diva." Jawab Inne, Diva yang di sebut pun seketika dia sadar. Diva lupa kalau dia anak PMR.

" Yaudah, ayok ikut ibu." Ajak Bu Anggi dan di angguki oleh inne dan Diva.

" Nifa, gue pamit dulu ntar kalo ada kabar tentang Maira, gue langsung chat lo."

Hanifa mengangguk " oke."

Tak terasa mereka bertiga, yaitu Bu Anggi, Inne dan Diva sudah sampai di UKS. Betapa terkejutnya Diva melihat Maira yang tertidur di brankar, bagaimana ceritanya? Dengan cepat Diva menghampiri Maira yang masih tertidur itu, dan Azlan pun refleks berdiri dari duduknya, dan agak sedikit menjauh.

" Maaf Pak, saya bawa anak PMR aja buat temenin Maira di sini, takutnya kalau Bapak yang nemenin nanti timbul fitnah. Dan pastinya juga Pak Azlan harus mengajar." Ucap Bu Anggi panjang lebar.

MAIRAZLAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang